Saturday, 31 December 2011

Re-SOLUSI 2012

Posted by Sosiana Dwi On 10:08 pm

Kiamat 2012?
 Harusnya menjadi takhayul bagi aku yang sudah menjadi mahasiswa dengan wawasan dan pengetahuan yang lebih dari orang yang tidak kuliah. Terlebih aku adalah orang islam yang punya iman. Tak ada yang akan tahu pasti kiamatnya kiamat tanggalnya apalagi  jam dan waktunya. Tapi itu tak menyurutkan niatku untuk makin insaf dan tawakal sama yang punya aku, Pencipta langit dan bumi dan segala isinya. Tak akan, aku sudah tahu kegagalan menjalankan 2011 kemarin. Banyak sekali yang alfa yang harusnya aku jalani.
Sebenarnya bukan kerena besok itu tanggal 1 Januari 2012, bukan karena malam ini malam tahun baru, bukan juga karena besok itu akan dekat dengan kiamat  (katanya). Tapi aku sedang bersungguh-sungguh untuk memperbaiki kesempatan yang Tuhan masih berikan untukku. Kesempatan itu mahal, niat itu banyak namun kemauan yang amat sangat susah aku ambil. Nafsu syetan lah yang banyak menghalangi niat kebaikan. Dan kemauanku belum cukup keras menghalanginya. Inilah momen aku ingin berubah. Tak hanya ingin berubah selama bulan januari terhitung dari aku posting tulisan ini, tapi hingga berakhirnya tahun 2012 (mungkin sampai kiamat yang mungkin juga akan datang).
Aamiin
Aku ingin banyak merevolusi diri ini. Aku udah gedhe! Tahun ini aku kuliah di Institut Terbaik Bangsa (ehm, sekadar melebihkan), institut gajah. Aku sudah jadi mahasiswa dengan kata MAHA didepan siswa. Aku tak mau hanya jadi siswa yang patuh saja sama aturan dan pasif aja sama keadaan, aku harus jadi MAHA! Tapi untuk ukuran aku , aku juga tidak ingin takabur dan sombong atau melebihi kemampuan aku. Aku harus jadi MAHA atas diriku sendiri. Menjadi MAHA pemberantas atas kemalasan, kesombongan, kejahatan, keserakahan, keegoisan dan ke-x-an yang lain yang melekat di badan.
Oke , dengan bertiupnya terompet di rumah tetangga atau di alun-alun kota saya canangkan gerakan 2012!
1.       Ayo bangun pagi dan lebih pagi! (terhitung dari tanggal ini maka besok 1 Januari 2012 harus bangun pagi)
2.       Selesaikan dengan baik apa yang telah kamu mulai! (maka kalau sudah ikut organisasi atau kepanitiaan harus selesai dan tuntas dengan totalitas tinggi, jangan ngabur coy kayak kemarin)
3.       Bagilah waktu dengan sebaik-baiknya (terkait rule no 2) dan raihlah sebanyak-banyaknya!
4.       Hemat!!!! (ingat kamu sedang diamanahi uang negara! Kalau kamu gagal kamu sedang mengkorupsi jutaan masyarakat Indonesia yang gagal ke ITB karena kamu)
5.       Rajin-rajin olahraga! (Menunggu purcell junior dibeli, sepeda baru 0:D)
6.       Begadang jangan begadang! (Nanti dimarahi Rhoma Irama, cukupkan tidur jam 11 malam saja)
7.       Jangan malas belajar! (Jangan anggurkan Kalkulus, Kimia, Fisika ooh, IPK menunggu di tengah tahun ooh)
8.       Cari kegiatan yang SANGAT AMAT ber-MANFAAT dan tidak terlalu mengganggu! (Untuk ini harus, demi mimpi)
9.       Use english please to develop your english! (Aku aja ngga ngerti apakah ini kalimat belepotan atau tidak. Pokoknya ga tau gimana caranya aku mesti belajar ngomong inggris setiap hari)
10.   Rajin menulis tulisan bermutu! (karena tulisanku kali ini benar-benar sudah jauh dari mutu)
11.   Dan tak kalah dan jauh lebih penting rajin beribadah menghadap ke Allah SWT! (Terlepas dari kapan kiamat datang)

Apalagi ya? Hmm . bingung untuk sekarang ini dulu baru itu, nanti kalau sudah ada ide baru aku akan update tulisan ini. Yang jelas agendaku untuk tahun depan (yang akan dimulai beberapa menit lagi) adalah :
1.       ITB FAIR 2012
2.       PEMIRA (Pemilu Raya) ITB 2012
3.       Indonesian Young Changemaker Summit (IYCS) 2012
4.       Gelar Budaya Aceh
5.       Penempatan jurusan dan ospek Jurusan (semoga dimana saja yang terbaik)
6.       PRO-KM ITB (kalau namanya masih sama)
7.       Aku Masuk ITB
8.       Jalan-jalan media KOMINFO
9.       Semoga ikut summit-summit yang lain

Heal My Self : Sosiana

Posted by Sosiana Dwi On 12:42 am

Hidupku itu penuh dengan sebentar,
Sebentar-sebentar bahagia, sebentar-sebentar sedih

aku lagi pengen buka aib semasa SMA. SMA memang kata orang penuh dengan romansa putih abu-abu. Kata orang bahagia. Aku pun secara sebentar-sebentar merasakan itu. Sudah tek terhitung berapa kali aku senang berbunga-bunga karena jatuh cinta. Entah itu cinta monyet, cinta ngefans, hingga cinta yang beneran sampai pengen mati rasanya kalau ga ketemu.

Cinta itu buat aku bagai bumbu bunga penyadap saat sekolah. Bila nggak ada seperti hari-hari tidak ada topik untuk dibicarakan. Tidak ada wajah untuk dibayangkan. Tidak ada senyum yang bisa merontokkan kesedihan. Dan tidak ada cerita konyol dibuatnya.

Ke-ekstrovertan-ku membuat aku sudah biasa bercerita kepada siapa saja. Banyak cinta yang bersambut namun banyak pula yang kandas. Ada yang prnah sampai membuat hari-hari hanya berwarna kelabu, hitam, kelam, gelap, mendung saking sedihnya. Ada yang pernah menghancurkan mood dengan membuatku menangis sejadinya-jadinya tapi tanpa suara di kamar sendirian, padahal dua hari kemudian aku akan ada pengumuman SNMPTN. Pengumuman yang sangat penting.

Ah, sudahlah. Aku sendiri bingung mau cerita apa. Banyak yang mesti disensor agar menjamin keberlangsungan blog ini *lebay.

Akhir kata aku cuma mau ngasih tau kalau aku yag sekarang udah beda dengan aku yang dulu. Aku yang sekarang tidak mudah untuk mengenal cinta. Aku yang sekarang sangat berhati-hati pada yang namanya cinta. Aku cuek dan udah ngga mau tahu. Aku sekarang maaf sudah sangat trauma pada hal-hal cinta-cintaan. Aku sekarang sangat pilih-pilih dekat dengan lawan jenis.

Buat yang pernah jadi romansa putih abu-abuku, aku cuma sedang "Heal my self" untuk "Hell them"

Aku sedang senang berorganisasi, sedang senang menari saman, membuka wawasan, dan membuka pertemanan.
Percintaan skip dulu deh sampai "Heal my self"-nya selesai.

Friday, 30 December 2011

Buku Sketsa bagian I

Posted by Sosiana Dwi On 12:32 am
Begadang membuat buku sketsa sekiranya tak begitu sia-sia. Beberapa patah garis dan gambar selesai pada tugas DPP Arsi pertama. Lelah juga..

But I like several picture in here,
PICT 1
Sebenarnya aku dapat gambar dengan angle seperti ini dari cover buku sakti ITB. Menurutku keren pake banget. Salam Ganesha itu adalah slogan, motto yang paling aku kagumi. Tiap kali ada acara mengumandangkan salam ganesha aku merasa jiwaku sebagai mahasiswa terpanggil.

PICT 2
Waktu itu demi sebuah sketch book yang terisi aku dan Ivanie (teman sekampung dan sefakultas) rela duduk jongkok dan dengan tekun mensketsa. Dan tau ngga? Ini di gambar bukan di kertas sketch lhoo, tapi di kertas bekas brosur iklan bimbel. Super lah, haha

PICT 3
Gedung tertinggi di ITB. Satu-satunya yang lantainya delapan dan katanya angker. Aku sendiri ga ngerti apa kepanjangan dari PAU *lhoo. Ya sudahlah. Terletak di depan perpus ITB, di bagian belakang kampus. Di lantai 3 ada mushola yang kini kalau mau sholat tempat wudlunya harus naik ke lantai 4 *demiapa. Tapi kalau iseng naik lift ke lantai 8 , trus kita lihat jendela, terus kita lompat,  bakal banyak pemandangan indah yang terlihat. Saraga dan kolam renang satu contohnya (ga disaranin buat ngintip orang dari sini)

PICT 4
Kamar tidur impian. Sebenernya ini karya semasa SMA , pas pelajaran seni lukis. Kita disuruh buat kamar impian. Kalau akau malah bikin kamar yang lebay banget sampai dua tingkat. Hehehe. Karena aku males ngisi sketch book ku sama apa, ya sudah isi saja dengan print out gambar ini. :p

PICT 5
Foto diri, lagi-lagi ini gambar jadul yang aku masukin

PICT 6
Hasil pin-upku yang pertama. Judulnya "Kota Masa Kecil". Kota saat aku masih kecil dan Purbalingga kota yang kecil namun bermassa. Dapat Sangat bagus. Tak tahulah itu apa artinya.

PICT 7 
Mengenang sepedaku yang telah hilang. Ini lagi di trotoar jalan Dago.

PICT 8
Tau ini apa? Aku juga ga rau. wkwkwk. Yang jelas ini ada di Dubai, salah satu kota yang arsitektunya di luar dugaan.

PICT 8
Asalnya ini gambar di brosur faklutasku SAPPK. rada miring tuh tiangnya , moga ga ambruk deh di gambar.


 PICT 9
Jembatan layang Pasupati (Pasteur-Cipati) CMIIW. Salah satu icon kota Bandung. Kalau aku lihat itu ini cion keburukan kota Bandung juga karena di bawah jembatan nan megah dan indah itu banyak perumahan kumuh.

PICT 10
Gedung Sate. Pertama kali aku ke tempat ini aku sedang melihat Video mapping gedung sate. Tepat pada hari Ulang Tahunku yang ke-18 :)

PICT 11 
Tadi mengenai jembatan Paupati sekarang adalah tentang di bawah Pasupati. Kamu bakal lihat gimana kaum urban merombak tempat kumuh ini jadi tempat yang indah. :)


Sekian dulu deh sketch book ku besok kita bedah lagi deh sketch bookku yang agak lebih mendingan dari ini. HAHA. 
Salam

Friday, 23 December 2011

Liburan Awal ini

Posted by Sosiana Dwi On 11:34 pm

Sekarang cerita tentang backpacker yang sesungguhnya. Jadi liburan kali ini seperti biasa aku naik kereta api kelas ekonomi menuju kampung halaman. Memang tidak ada kereta yang lansung menuju Purbalingga. Otomatis aku selalu mencari kereta yang paling tidak melewati Kroya Banyumas,stasiun terdekat dari rumah.
Alhamdulilah aku tidak ikut UAS sama sekali. Walaupun nilaiku tak bagus-baguas amat sih. Tidak semua dapat A (okelah.. hiks). Tapi paling tidak aku jadi orang paling yang santai sekarang. Rencananya aku ga akan langsung pulang ke rumah. Ingin ada jeda untuk bisa menjelajah Bandung dan segala isinya. Lagian libur satu bulan akan terasa membosankan jika hanya dihabiskan di rumah. Kamu mesti tahu jika kotaku hanya itu-itu saja dan sangat membosankan (bagiku).
Minggu pertama aku dan beberapa teman dari SAPPK mengunjungi museum PP Iptek yang berada di Kota Baru Padalarang. Museum itu tak jauh berbeda dengan yang ada di TMII. Yang membuat berbeda adalah terdapat jam matahari (sundial) terbesar se-Asia Tenggara. Lalu dilanjut sholat di Masjid Al-Irsyad, masjidnya warga Kota Padalarang yang didesain oleh maestro arsitek Indonesia, Ridwan Kamil. Waw! Dia adalah my favorite. Sekilas aja penjelasan tentang jalan-jalan ke Kota Baru kali ya. Selebihnya bisa dilihat di postingan blog sebelumnya ­­­­atau malah yang akan datang (belum di posting, hehe)
Hari-hari berikutnya Cuma diisi dengan malas-malasan di asrama, ngebo mpe jam 11 siang, ngampus bentar dan hedon. Sekarang aku mau nggaris bawahi yang hedon. Gila lah itu, hampir satu minggu aku hedon ke mall tiap hari. Ciwalk, BEC, BIP dan Gramedia kayak udah jadi langganan. Sebenernya ga beli apa-apa tapi Cuma mau jalan-jalan. Tapi ya tetep ujung-ujungnya duit juga, akhir-akhirnya makan juga kalo ngga di KFC , McD, D’Kost ya Pizza Hut. Tapi kebanyakan di bayarin sih. Cuma yang makan di McD aku lebih suka makan deh, njebolin kantong. Walaupun ice cream juga tapi kalo tiap hari mah jebol banget ni tabungan. Kapan bisa beli sepeda lagi! Hosh
Selanjutnya hari-hari menuju pulang. Tiket kereta ekonomi Kahuripan udah di tangan. Tanggal 20 Desember malem aku bakal pulang. Tinggal pembubaran P3R 19-20 Desember yang bikin aku galau. Entah kenapa aku lagi ga pengen ikut. Mungkin alasannya adalah karena tanggal 20 aku messti pulang dan sepertinya bakal buru-buru kalau pulang tanggal segitu dan ikut P3R. Dengan kegalauan kas remaja masa kini aku putuskan aku ga ikut P3R dan aku akan ke Jogja!!!
Jogja
Alasan kuat aku ke kota ini adalah :
1.       Ibu ngajakin, biar sekalian ke Klaten dan bisa makan duren sepuasnya, sekenyangnya, dan semuntahnya. Kebetulan budhe lagi panen duren jadi why not coba!
2.       Tiba-tiba bin ijig-ijig si Zegha, Tomo eh Arif , Tugas, Rosi, Ami, Sasti, Nastiti, Lia, dan Ketang Annas Talimudin pada ke sana mau pada backpackingan. So aku jadi tertarik gitu buat ikutan walaupun ga sepenuhnya ikut sih.
3.       Tiketku sampai Lempuyangan Jogja.
4.       Ayolah, it’s my holiday, it’s time to forget Calculus, Physics, and my Chemistry and it’s time to HAVE FUN :D!!

Kereta kali terasa lebih ramai selain oleh pedagang yang ga henti-henti jualan, banyak anak ITB yang nemenin. Bahkan anak yang duduk sebelahku juga anak ITB. Banyak pula anak SAPP(e)K yang naik kereta. Jadi aku sangat senang naik kereta kali ini. Rasanya banyak saudara di sekelilingku. Saudara yang sederhana sehingga mau naik kereta ekonomi (huks).
Stasiun Lempuyangan menyambut pagi ini dengan kata Jogja dan jogja. Naik taksi sampai rumah Najma, si empunya penginapan (plakk) maksudnya yang punya rumah. Dan blekk aku langsung tidur karena di kereta aku ga bisa tidur soalnya jadi bantalnya Najm. Haha, sorry jem. Dan aku masih latah dengan beberapa aksen sunda yang telah aku pelajari. Seperti punten untuk kata ganti permisi dan kata Aa atau teteh untu mas dan mba. Wew, jadi malu mengingat aku lagi di jawa dan masih aja make tetek bengek itu.
Sorenya keliling juga aku di Jogja. Kota yang entah kenapa tak ada di benak untuk aku singgahi buat kuliah. Jalanan malioboro aku kelilingi sama motornya Najem. Lalu berhentilah kami di parkiran shopping, suatu tempat yang khusus menjual buku-buku dengan harga yang sangat miring.
Awalnya Cuma mau lihat-lihat tapi aku kalap saat tahu harga suatu buku.
“Ini berapa A?” tanyaku sambil memegang buku Negeri Lima Menara.
“Dua puluh ribu aja mba,” seketika aku langsung noleh ke Aa-nya dan mendelik ga percaya.
“Kenapa mba? Kemurahan ya? Lebih juga engga apa-apa kok.” Kata Aa-nya bergurau sambil cengangas-cengenges.
What the heaven lah” pikirku dalam hati.
Jadilah aku kalap membeli dua buku sekaligus yang totalnya adalah tigapuluhribu! Uang segitu aku baru bisa beli sampul hardcover Harry Potter deh. Oke daripada aku tambah kalap lagi jadinya kita get out deh dari kawasan itu dan melaju ke Mall Maliboro.
Rata-rata sih di mall ada apa aja ga begitu tertarik aku beli-beli sampai di toko buku bahasa inggris aku ketemu sama Rindy, temen SMA-ku. Aduh sebenernya lagi ga pengen ketemu sama anak Purbalingga sih disitu. Tapi mo gimana lagi. Ternyata dia lagi sama Tina, pacarnya sejak SMA. Ngobrol-ngobrol bentar dan ya udah. Kita mau duluan dan karena perut dan ga sinkron kita makan de di lesehan. Aku kira ini bakal murah dan ternyata makanannya lebih mahal dari Bandung sekalipun. Masa ayam bakar atau goreng harganya Rp 17.000,00 dan itu belum sama nasi. Ya sudah Cuma nasi goreng yang kita makan, dan itu porsinya sama kaya porsi limaribu nasgor depan kanayakan.  Ini mah keterlaluan lebih keterlaluan lagi ada pengamen yang kita ga mau bayar, eh dia malah nyeletuk anj*ng. Siapa suruh ngamen di depan kita, orang kita dari awal ga mau bayar kok dianya aja yang maksa.
Next, kita ke pasar malam di alun-alun. Rame nian lah, padahal bukan hari libur dan bukan malam hari libur. Kami janjian sama Tomo, Tugas, Lia, Annas, Zegha buat ketemuan kalo lagi pada di Alun-alun. Kita smsan deh dan janjian di wahana Ombak Asmara yang deket rumah hantu. Aku sama Najem nyari-nyari deh suara rumah hantunya. Ketemu dan ga ada siapa-siapa yang kita kenal. Kita terus sms ke mereka.
“Dimana lu?”
“Ombak asmara deket Kora-Kora sama Bom-bom car,” jawab mereka
“Kita juga disitu, tapi ga liat kalian. Ya udah kita ketemu di depan loket Ombak ya.”
“Oke,”
Beberapa saat kemudian.
“Lu pada dimana?”
“Di loket, “
“Kita juga di loket, dimananya?”
Hahhaha. Ngakak lah kalau inget itu. Autis banget kita sampai kita tahu ternyata di alun-alun itu ada 3 wahana Ombak Asmara dan ketiganya deket sama Bom-bom car dan deket sama Kora-Kora juga. Setelah kita akhirnya ketemu kita ketawa-ketawa ngakak.
Najma minta naik wahana Kora-Kora. Kita sih oke-oke aja. Aku pada dasarnya suka yang beginian nurut. Mahal juga biaya masuknya, 7ribu cing. Aku yang hanya kebagian tempat duduk di bagian tengah ga merasa tertantang. Najm duduk di sebelahku sedang Lia duduk di seberangku.
Saat wahana mulai menggoyang kapal kami dengan ritme yang kecil, si Najm udah mulai teriak-teriak dan nutup mata. Kayaknya mulai nagis dia. Aku kelabakan bingung. Aduh gimana nih sama Najm. Pas kora-koranya ngayun tinggi banget si Najm teriak-teriak histeris dengan mata tertutp. Teriaknya kaya orang kesurupan lagi. Makin ga enak ati nih, takut ada apa-apa ntar gimana aku mesti bilang ke ibunya Najm nih? Aku Cuma bisa nutupin telinganya Najm biar dia ga denger suara orang lain yang teriak. Huaa, yang lain pada teriak aku Cuma nutupin telinganya Najm sama ngliatin anak cowo dan Lia bergantian, haha. Mulai kelabakan sendiri. Seru sih wahananya tapi dah biasa aja kali ini.
Pas turun Najm dah kayak orang mabok, matanya merah, untung ga sampe semaput dia. Sukur deh. Dia malah nyuruh aku naik Ombak sama Anas dan Lia.
Ombak asmara, awalnya sangar liat mas mas yang jaga. Ototnya keker, matanya tajem, Cuma pakai singlet item dan celana jeans. Rambutnya gondrong , tapi mirip banget la sama cowo yang ada di film A Moment to A Remember. Atraksi dimulai. Kami duduk melingkar. Wahana diputar dan kami ga bakal jatuh karena gaya sentripetal yang ditahan oleh tempat duduk kami. Diputarnya awalnya lambat dan lama-lama beberapa orang yang tubuhnya gede-gede ndorong wahana kami dengan alunan musik disco. Feel disconya kerasa banget, ada lampu-lampu warna-warni juga, ditambah mas-masnya pada nari dengan suasana disco. Gaya mereka cool banget , aku kayak lagi nonton dan main film rasanya. Mereka juga gelantungan kayak monyet tapi gaya mereka tetep cool. Kayak bad boy gitu deh. Seru abis. Serunya dari siluet-siluet saat kita berputar, serasa di film dan mereka yang sangat cool terus kita pandang lain karena gerakan wahananya yang muter. Ditambah lagi ada yang sirkus dengan ngaitin kaki di tali-tali pancang wahana. Dia gelantungan kayak kelelawar. Haha, super deh buat mereka itu. Atraksi abis deh, keren sumpah deh. Kembali ke masa kanak-kanak lagi rasanya yang Cuma ada pasar malam satu desa satu.
Dan sekian deh, capek. Muter-muter jogja in one day. Besok dah harus ke Klaten
Bye bye.. :p



Thursday, 22 December 2011

Ibu dan Kota Jogja

Posted by Sosiana Dwi On 10:43 am

Jogjakarta, 21 Desember 2012
Tengah malam ,menjelang pukul 00.00

Pukul 03.00 , kereta Kahuripan melaju dan meninggalkan stasiun Kroya. Stasiun yang selalu mengantarkan aku pada rumah dan rindu. Kali ini aku melepasnya , sebenarnya ada rindu yang menguak diantaranya utnuk segera kembali pada pulang. Tapi kali ini lain, aku akan beranjak ke Jogja lalu ke Klaten, Solo dan terakhir kembali ke kota masa kecilku, Purbalingga.
Pukul 06.00, Stasiun Lempuyangan menanti kami dengan hingar bingar kegiatan pagi. Jogja aku sampai pada beberapa kenangan. Okelah, rumah Najma menantiku dan Rini, teman satu fakultasku yang juga akan menghabisakan beberapa hari di Jogja. Taksi tanpa Argo antarkan kami ke depan sebuah pasar. Pasar Colombo namanya.
Nama pasar itu sudah tak asing lagi di telingaku. Saat aku mengalami masa yang berat yaitu SNMPTN tulis, Kaliurang KM 6 adalah tempat aku menginap. Sudahkah aku bercerita?
Dulu saat aku SNMPTN tulis aku mau tidak mau tes di Jogjakarta. Alasannya adalah saat itu aku juga tengah mencari beasiswa lain, Paramadina Fellowsip (PF) namanya. SNMPTN tanggal 31 Mei sampai 1 Juni, sedangkan PF tanggal 1 Juni pukul 10.00. Aku sempat bingung juga, mau pilih yang mana dari keduanya dengan pertimbangan aku dapat melanjutkan studiku dengan beasiswa agar tak ada beban bagi ibuku. Dengan segala kenekatan yang aku punya aku setujui kedua-duanya tentu dengan segala probabilitas yang ada. Aku ikut SNMPTN tes di jogja juga aku ikut PF jam sepuluh di hotel Ina Garuda, Malioboro. Keputusan yang kubuat dengan matang.
Sebenarnya yang paling berkesan dari penggalaman tadi adalah aku dan ibuku pergi ke Jogja  hari itu menggunakan motor. Dan ibuku lah yang mengendarai. Bayangkan! Ibuku tak lagi muda (48 tahun) dan dia adalah seorang wanita! Dari Purbalingga-Jogja (bahkan Klaten) ibuku yang mengendarai (Kau bisa menebak berapa kilo yang ibu tempuh). Aku tau ibuku lelah, panas menyengat dan membakar kulitnya, kakinya mengelupas di bawah terik matahari.
Ya,
 Ibuku memang orang yang sangat hebat dan sangat tangguh. Ibu rela melakukan apa saja demi kemajuan aku dan pendidikanku. Untuk menebus kesalahannya saat aku tidak bisa lolos undangan gara-gara pilihannya agar aku jadi dokter. Aku sangat terharu akan perjuangan ibu semua karena aku.
I Love U Mom.
Aku tak malu menceritakan kisah ini , tentang ibu yang kuat yang membesarkan aku dan kakakku sendiri setelah ayahku meninggal , kepada team juri PF 2011. Mereka juga tak kalah terharu, begitu pula teman-teman satu perjuangan PF. Menurutnya hal itu adalah hal yang sangat tangguh bagi seorang ibu.
Ibu bukan lah wanita yang glamour dan hedonis. Ibu sangat sederhana. Bahkan ketika aku dengan jahat meninggalkan ibu sendirian di tempat parkir Hotel Ina Garuda saat aku tengah wawancara, sungguh aku ingin ibu naik ke hotel dan bisa duduk di ballroom atau sekedar di serambi hotel. Walaupun ibu sangat sederhana dan penampilannya tak lebih dari seorang rendahan tapi aku berjanji ibu akan pernah merasakan menginap di hotel seperti ini bu. Menjadi orang yang terhormat dan dihormati, dan itu semoga karena perjuangan ibu untukku. Amien.
Ya , kami memang orang biasa, ibu orang biasa. Bukan ibu yang mengenakan pakaian terbaik saat ibu pergi ke pasar atau arisan. Bukan ibu yang tidak akan membuat malu kita kalau kita ajak ke pesta. Tapi ibuku adalah sosok yang lebih dari luar biasa. Saat ia tak mengenakan baju kebesaran pun, nama dan sumbangsih ibu lebih mewah dar segala perhiasan yang orang punya.
“Bukan dari seberapa berarti peran ibu di mata orang lain, namun dari seberapa sayang kasih ibu yang menemanimu, menunggumu, dan mendoakanmu.”
Jalan-jalan ke Jogja ini mengingatkanku pada kasih ibu saat itu. Pada Hotel Ina Garuda, pada UGM dan fakultas pertanian, Kaliurang, Pasar Colombo. Saat aku butuh sekali dorongan dengan segala keterbatasan fasilitas yang aku punya, ibu ada menemani. Men-support hari-hari kekecewaan ini dan mengobatinya dengan butir-butir doanya.
Aku menulis ini karena teringat hari ini adala hari ibu dan aku dalam beberapa waktu dekat akan menemuinya. Mengecup lembut tangannya dan berkata hasil dari hari-hari yang telah ia berikan selama ini. Semoga ibu bangga, begitu pula ayah kandungku yang telah tiada. Semoga ia tenang di alam sana.
Esok aku akan bertemu ibu, di Klaten :)

Saturday, 17 December 2011

Posted by Sosiana Dwi On 1:41 am
Alhamdulilah, hadiah notebook itu alias pengganti sepedaku itu memang sudahlah hak milikku. 

"Yang jujur akhirnya mujur. "

Sepedaku, kau jugalah pengalaman bagiku untuk berhat-hati di tanah rantau.

Wednesday, 14 December 2011

Seneng atau Bingung?

Posted by Sosiana Dwi On 10:03 pm
Pulang-pulang kelaperan, nasi belum mateng. Daripada kelamaan nunggu nasi iseng deh buka labtop terus ol fb. Hal pertama yg aku lakuin kalau ol fb biasanya liat status temen-temen dan kadang liat link yang dishare, biasanya menarik sih. Sampai pada link yang di-share sama AMD Rising Star, salah satu kontes foto yang pernah aku ikutin. Sistem lombanya tuh kita upload foto terus kita share ke temen-temen buat di vote sama mereka. Lima vote terbanyak tuh bakal dapetin notebook dari AMD. Nah pas liat link ini http://www.facebook.com/notes/amd-rising-stars/brilliant-moments-photo-contest-the-winners/339392236076138
 aku rada ga minat gitu sih soalnya aku dah lama banget ga ngeshare tuh foto. Jadi aku yakin banget aku ga bakal menang.

Tapi oooh tapi aku kaget abis sampai mau keluar nih bola mata dari tempatnya soalnya tiba-tiba da foto yang aku share. 


What? Aku ga nyangka. Demi apa pun aku ga nyangka. Demi Tuhan , Bangsa dan Almamater aku ngga nyangka abis lah. Aku di peringkat lima dengan vote yang cuma 149!! Dan dapet hadiah notebook Sony VAIO E350 yang pastinya dapteng dari AMD.

Tau kenapa aku ngga yakin itu aku?
Soalnya vote aku tuh kecil banget. Beberapa minggu yang lalu pas aku liat itu aku turun peringkat ke peringkat 13 dari yang awalnya 2. Vote orang-orang yang lain itu bisa sampai 1000an, 600, 500, 400, aku aja sampai bingung tuh mereka pake dukun apa bisa kuat begadang dan ga nglakuin apa-apa selain ngajak orang ngevote tuh foto. Dan aku lebih ga nyangka ternyata yang votenya tuh ampe 6000 ga masuk dalam list pemenang. Malah foto aku yang ga pernah aku share lagi malah menang. Cuma 148 vote dengan total yang ngliat emang cukup banyak sih sekitar 560an.

Aku bingung.
aku mesti seneng dapet notebook gratis dan bisa beli sepeda lagi ATAU aku harus kecewa dengan sistem penjurian yang kayaknya sangat ga transparan. 

Jujur saja aku harus bingung deh kayaknya,

Tapi demi apapun aku seneng banget lah. Setidaknya aku bisa ngebuktiin ke ibuku kalau aku bisa ngilangin sepedaku aku juga bisa mbeli sepeda juga dengan uang dan keringat aku.


Yee...
Sepeda baru nih. Aku janji bakal ngasih banyak gembok tuh ke sepedaku. Kalau perlu lima biji terus biar aman aku taruh sekre UKA deh. Terus sesuai janjiku itu duit dibagi dua sama Reta dan anak SAPPK yang lainnya. :)

Alhamdulilah buat hari ini


Tuesday, 13 December 2011

Arogankah?

Posted by Sosiana Dwi On 2:30 pm
Malas menghadapi mantanku itu, jangan sebut mantan lah. Aku malu dan menderita! Menyesal ga akan ada guna karena dia. 

Oke, Sekarang aku tanya apakah benar anak-anak kedinasan itu begitu sangat loyal kepada pemerintah?

Apa mereka benci dikritik?

Apa mereka juga terlalu arogan?

Atau justru aku yang sangat arogan?

mohon jawabannya. Atau aku akan tersandung pada kesalahan yang tak berujung.

Benci

Posted by Sosiana Dwi On 12:16 am
Rampung sudah trilogi Ronggeng Dukuh Paruk milik Ahmad Tohari. Rampung.

Tiba-tiba kesensitivanku sebagai permpuan terkoyak. 
Kenapa harus selalu perempuan yang menerima kenyataan pahit?
Kenapa?

Aku pun pernah merasakannya, begitu pula ibuku. Aku dan ibuku dan semua kaumku.

aku benci laki-laki dan segala berahinya 
 

Monday, 12 December 2011

Simbol

Posted by Sosiana Dwi On 11:02 pm
Tadi sore, 20.00 aku dan beberapa maganger Kabnet KM-ITB yang belum dilantik akhrinya kini resmi dilantik menjadi calon staf. Dilantik maupun tidak akan mempengaruhi kinerjaku dan beberapa kawan lainnya. Simbolisasi dengan sebuah pin yang tadi dipasangkan ke baju kami bagiku hanya sebuah simbol. Tak ada makna jika aku tak memeberinya jiwa.

Dan itu yang belakangan terjadi pada aku. Aku kehilangan arah tujuan hidup. Mau kemana dan mau apa aku hidup. Aku tak mungkin menguasai semua hal yang aku inginkan. Fokus ada pada aku dan aku mersakan belum menemukan fokus hidupku. Semua masih sporadis saat ini. Aku seperti berjudi atas hidupku, mana yang menang dan mana yang menyenangkan aku kuasai. Dan aku kehilangan arah hidupku.

Seperti tadi yang aku bilang, saat aku mengenakan simbol yang aku sandang sore tadi aku merasa aku masih jiwa yang kosong. Dan in tadi tak ubahnya sebuah simbol yang berjalan dan bersandiwara atas drama hidupku. Menjadi staf kabinet itu adalah bagian dari awal hidupku. Namun dalam pelaksanaannya aku belum tahu harus apa.

Aku hilang dalam banyak,


aku bisu dalam ramai,


sekali lagi aku hilang arah tujuan.

Sunday, 11 December 2011

Posted by Sosiana Dwi On 9:47 pm
Aku masih belum tahu tujuan hiduku sampai saat ini,

Aku belum dapetin passion dan  jati diri aku,

God, It will be a hard for me


Thursday, 8 December 2011

Gue Bisa Karena Gue Coba

Posted by Sosiana Dwi On 9:30 pm
Unbeliveble,
16,56 MINUTES penonton...
Rekor dalam hidup aku, itu rekor!!! Rekor sekali lagi saya ulangi, REKOR bukan REKTOR!


Apaan sih? Gaje banget nih Sosi..
Iyalah gaje, ngomongin apaan juga ga jelas pisan


Huaa, intinya aku seneng banget bisa meyelesaikan semua mata pelajarn olahraga di kampus. Dulunya sewaktu SMA aku mengira di kampus tidak akan bertemu lagi pelajaran OLAHRAGA.

FAKTANYA...
kampusku sebut saja ITB justru kampus yang mencanangkan adanya pelajaran OLAHRAGA.

OH YEAHH...
dan aku benci dengan OLAHRAGA apalagi yang namanya LARI.

TERNYATA
penilaian UTS, UAS adalah LARI keliling saraga ENAM kali.
ENAM kali , 6
6,
6,
6,


selama aku lari aku ga mau ada beban,
TAPI oh TAPI 
aku ingin sekali membuat REKOR dalam hidup aku.

Ayunan langkah,
selalu aku bisikan sama diri aku sendiri kayak gini,

"Sosiana, kamu pasti bisa lari. Yang lain juga bisa kok, ayoo lari, si 'itu' aja bisa lari kok. Kok kamu engga?"
bisikan yaang ternyata bukan setan menyemangatiku.

Saat sakit perut melanda , aku berbisik,
"Kamu sakit Sosis? Sakit tuh rasanya gimana si? Ga ada kan ya? Jadi sakit itu ada ketika kamu mengadakannya. Kalau kamu bilang ga sakit ga sakit kan jadinya,"

Lari teruslah aku, lari walau rasanya pengen muntah dan pingsan.
"Pingsan ga akan menyelesaikan masalah kan ya?" aduh , lama-lama aku kok jadi kayak setan yang memanasi-manasi diri sendiri ya? Huaa...

dan ...
Terereng teng teng...
16,56 minutes
Ini adalah kali pertama aku lari dengan baik dan benar. Semenjak aku SD sampai SMA ga pernah aku lari dengan kilat dan mencoba cepat. Belum pernah sodara sodara!!

YASUDAHLAH

kita sudahi saja ke-GAJE-an ini. Okeh? 
intinya,
Dimana ada kemauan, disitu selalu ada semangat dan kemajuan yang akan mendorongmu.

Tuesday, 6 December 2011

Berjalanku dalam Sendiri

Posted by Sosiana Dwi On 10:28 am

Mereka tidak tahu bagaimana dulu aku selalu bersemangat menegejar mimpiku. Walaupun itu hanya aku sendiri, aku berjuang di dalam keterbatasan yang aku punya. Kurangnya informasi, kurangnya fasilitas, tapi aku selalu bersemangat mencapainya.

Sama bersemangatnya seperti sekarang. Dimana aku sudah punya berbagai ragam informasi, hampir punya beberapa fasilitas, banyak kenalan , banyak cerita. Aku masih bersemangat sebagai objek yang mampu menge-share apa yang aku dapat. Aku bersemangat untuk hal ini. Aku merasa aku punya tanggung jawab untuk membaginya dan tak ingin ada rahasia. Terlebih aku ingin berbagi pada orang yang seperti aku dulu, bersemangat sekali mencari informasi.

Dulu aku adalah anak desa dengan segudang mimpi. Aku sekolah di kabupaten kecil yang amat sangat tidak ramai yaitu Purbalingga, Jawa Teengah. Aku sekolah di pusat keramaian, berharap anak desa yang jauhnya 13 kilometer ini tidak gaptek dan punya informasi lebih. Berharap bisa jadi Agent Of Change bagi kampungnya. Berharap lebih dengan mimpi-mimpinya.

Sampai suatu kali aku harus menyelesaikan studi dan meneruskan di jenjang perguruan tinggi. Aku tak ingin seperti halnya teman-temanku. Kuliah di tempat yang dekat sehingga bisa sering pulang. Jogja,Solo, Semarang adalah kota yang tak ingin aku tinggali untuk kuliah. Aku ingin Bandung ataupun Jakarta, tempat yang jauh ,setidaknya untuk Purbalingga sebagai patokan. Dan beberapa pertimbangan lain membuatku ingin di kedua kota tersebut. Aku sempat beberapa kali bertanya pada guru BK-ku dan sedihnya tidak direspon dengan baik.
"Buat apa jauh-jauh, di Jogja aja ada arsitektur kan? Di UGM contohnya. Ngpain di ITB yang jauh?" begitu kata-kata salah satu guru BK yang membuatku down.
Aku butuh dukungan,untuk aku yang keras kepala ini. Bukan penolakan yang tak beralasan. What the .... dengan kata jauh. Aku bisa mandiri dengan tidak terlalu boros pulang pergi kampung setiap weekend. So?

Aku mencari jalanku sendiri , aku juga mencari beasiswa dengan jalanku sendiri. Paramadina Fellowship dan Beasiswa Monbukagakusho aku lalui sendirian. Kecuali Bidik misi tentunya yang perlu ada keterkaitan pihak sekolah. Aku mencari info sendirian. Mba Dora salah satu almamater dari sekolahku yang kebetulan adalah mahasiswa SBM ITB sering aku rusuhkan. Setiap saat aku bertanya dan sering merepotkan. Mas Amiril , teman dari mba Dora juga aku repotkan untuk bertanya-tanya tentang BIUS (Beasiswa ITB untuk Semua).Aku merepotkan banyak orang, ya mungkin lebih karena aku tak ada internet untuk mengakses sumber informasi lebih.

Sekarang, aku sudah tinggal di Bandung. Telah hampir menyelesaikan studi satu semesterku. Alhamdulilah sekarang aku merasa siap membantu orang yang dulunya seperti aku , bersemangat mencari informasi dengan ketidakdukungan beberapa pihak.

Share info, sudah aku lakukan. Info pun tak sekedar info Universitas, tapi juga info lomba. Apakah aku terlalu bersemangat?
Apakah aku begitu?

Namun aku kecewa dengan beberapa penolakan yang aku alami. Aku kecewa pada sistem cara pikir beberapa orang diantaranya. Apakah mimpiku itu hanya aku yang punya? Mereka berbeda pendapat denganku? Atau aku yang terlalu berlebihan?

Rasanya aku ingin pindah saja pada kota yang penuh dengan semangat-semangat baru. Kota yang optimis pemuda-pemudinya. Kota dengan mereka yang penuh sejuta mimpi. Aku tak sejalan dan melawan arus. Aku?


Monday, 5 December 2011

Harga Tiket Masuk Ganesha

Posted by Sosiana Dwi On 10:34 pm
Saat awal menginjakan  kaki di dunia perkampusan aku punya banyak angan-angan. Banyak sekali dan memang kedengarannya muluk untuk dikerjakan seorang remaja yang canti dan kece #eaa yang belum pandai membagi waktunya. 

Aku?
semasa SMA itu anak rumahan yang ga boleh keluar-keluar oleh maminya. Pernah suatu kali aku memutuskan kabur dari RUMAH.
What?
Kabur dari rumah.
Yap, aku kabur dari rumah pergi ke rumah mbahku yang letaknya sebenarnya ga terlalu jauh, cuma sekitar satu kilometeran. Tapi aku berangkat dari rumah pagi-pagi buta, yaitu pukul 05.00, saat semua orang masih sibuk dengan lelapnya. Aku keluar dari kamar setelah semalaman mengurung diri di kamar sambil menangis meratapi nasib tidak boleh ikut ini-itu. Aku tak mau bertemu dengan ibuku, dan terlebih pada Bapak tiriku. Aku benci bapak tiriku, dan alhamdulilah sekarang dia sudah tak ada lagi di rumah. :)

Dulu kebebasanku dibatasi. Walaupun sebenarnya niatnya baik untuk masa depanku namun aku merasa itu seperti pengekangan hak-hakku untuk mencari berbagai pengalaman. Aku kuper dan jadi kutu buku.
Setiap hari aku tak bisa pulang hingga sore hari. Aku takut dimarahi juga pulang telat namun hampir tiap hari pula aku selalu pulang agak terlambat (tapi ga sampai lebih dari jam 6 sore). Aku biasa nongkrong di perpus bersama teman-teman. Aku ikut piket perpustakaan di SMA. Senang juga bisa berkumpul tanpa harus dikekang di rumah. Perlu diketahui rumahku itu cukup jauh yaitu 13 Kilometer dari pusat kota. Tidak punya kendaraan pribadi sehingga bergantung pada angkot dan bis (2 kali kendaraan umum) yang sangat tidak menentu jadwalnya. Aku ga pernah bisa ikut acara-acara sekolah yang menurutku lumayan bisa menambah pengalaman organisasi Sedih juga mengingat hal itu. :'(

TAPI..
tidak untuk saat ini, saat aku injakan di kampus Ganesha. Kampus yang dulu pernah disebut "Putra-putri terbaik bangsa" lahir. 
Engga buat kesempatan yang Tuhan beri buat aku.
Engga,
Ibaratnya sekarang aku diberi tiket GRATIS (ya karena aku dapet BIDIK MISI) pergi ke Dufan,
Kebayang kan kalau di Dufan itu yang terpenting kita masih punya cap di tangan kita bisa ke wahana apa saja sesuka hati. Sampai cape , sampai kaki bengkak kita masih bisa main-main di Dufan jikalau cap di tangan kita masih ada.
Begitu pula di ITB. Aku udah dapet tiket gratis, aku bisa menjelajahi semua fasilitas di ITB secara maksimal, sampai puas, sampai kaki lelah untuk melangkah, sampai bosan tapi ini adalah tiket GRATIS kita. 


Bayangkan ada ribuan orang yang gagal masuk ITB karena didepak oleh kita. Oleh karena itu aku adalah harapan dari ribuan yang tersingkir itu, agar aku dapat memajukan Indonesia lewat ke-tekhnikan yang aku pelajari. Harga tiket masuk Ganesha ini tidak lah murah. Aku harus berjuang melawan keterbatasan dan sedikit kemungkinan (serasa lagu banget). 

SO.....

Tiket GRATIS ini tidak akan aku sia-siakan begitu saja. Aku baru saja menjelajah beberapa event acara kampus, itu belum cukup mengajariku tentang semua wahana disini. Masih banyak kegiatan , dalam bentuk pengabdian, penelitian dan pendidikan yang aku dapat raih disini. Alhamdulilah ibuku mendukung. Sejak kepergian bapak tiriku , ibuku menjadi orang yang terbuka sikapnya terhadap hal-hal baru. Begitu juga padaku. Begitu juga pada Tiket emasku ini. 

Walaupun aku ga yakin dapet IP tinggi disini tapi aku yakin dalam bidangku Arsitektur orang ga akan nanya berapa IP arsitek sebelum dia ngrancang rumah. 
Iya kan?
Yang akan lebih ditanya adalah 'Seberapa banyak pengalaman merancang sebuah bangunan?"
Iya kan?
Aku tahu mengalahkan IP dan otak-otak anak ITB itu tak mudah ya, mereka itu bagai dewa lah intinya.


Untungnya aku adalah orang yang cukup ambisius dan bersemangat untuk hal-hal macam ini. Kalau aku sudah punya keingingan aku akan optimis akan hasil yang aku punya. Karena "Aku yakin , Aku BISA."

Homesick

Posted by Sosiana Dwi On 2:07 am
Kalau aku sedang homesick maka:

Aku ga belajar KIMIA sama sekali
ini UTS kedua teman-teman!
UTS kedua!

harusnya aku


TAPI....
aku ga mikirin apa-apa selain RUMAH
dan segala KENANGAN-nya

KENANGAN
baik dan BURUK

Nah, yang BURUK-lah yang aku terus menerus pikirkan!
PIKIRKAN saudara-saudara!

maka KIMIA dan segala macam isinya tidak aku pikirkan!
entah mau jadi apa nilai KIMIA ku nanti!
padahal aku pengen dapet IP > atau = 3,5
hua, itu SUSAH kalau akunya kayak GINI!!

sekian deh :(

Saturday, 3 December 2011

Aku Sampah Karena Masa Laluku

Posted by Sosiana Dwi On 1:53 am
Eksterm..


Mereka merubahku pada rentang yang sangat eksterm,
aku menjadi terjerumus pada dosa yang terlanjur ternoda,
tak mengapa jika ada maaf yang kan terimaku tak hingga,
jika itu tak mengapa,


Sampah,
aku jadi sampah,
dan aku lelah, 
menjadi keluh kesah yang sangat sampah ini,
waktuku terbuang hanya untuk sampah,
dan kini aku tak beda dengan sampah,


Mereka merenggut kota mimpiku


aku benci mereka,
benci pada hal yang dulu sangat aku sayang ,
pada hal-hal yang aku kejar,
pada kebahagiaan yang fana,
pada senyum-senyum palsu,
pada janji-janji haru, 
pada sentuh-sentuh nafsu,


pada mereka yang membuatku malu pada aku yang dulu,




Kepada kota mimpiku,
aku kini sampah,
aku tahu kau tak kan pernah menerima sampah,
aku hanya ingin meminta maaf jika aku hanya sampah,
aku harap kau dapat mendaur ulangku,
memanfaatkanku,
dan maaf tulisan ini hanya sampah,


aku ga ngerti gimana cara menghukum diri sendiri T_T

Wednesday, 30 November 2011

Senandung Suara Seruling Simpang Dago

Posted by Sosiana Dwi On 11:17 pm
Hari itu terik. Walaupun aku tahu seterik-teriknya Bandung tak akan lebih terik dari Purbalingga. Namun terik kali itu menyengat, ditambah lagi pertigaan simpang Dago adalah sumber kemacetan yang makin menyengatkan hari itu. Seperti biasa aku pulang dengan naik angkot. Sebenarrnya naik angkot adalah keterpaksaanku karena seharusnya aku bisa menaiki sepedaku kalau saja sepedaku tidak "dirampas dan aku (mungkin) tidak ceroboh.

Kembali ke angkot Kalapa - Dago yang berwarna hijau itu, aku duduk di belakang supir dekat dengan pintu masuk sekalgus keluar. Terik ini tak membuat pengamen di jalanan Ir. Juanda atau Dago ini pantang mendendangkan lagu-lagunya. Tak seperti biasa kali ini pemain seruling pun ikut mencari peruntungan. Hal yang baru pernah aku temui selama aku naik angkot Kalapa Dago ini. Alunan seruling ini merdu membuat mata ngantuk juga. Bapak peniup seruling itu adalah orang yang cukup renta usianya. Aku taksir umurnya sekitar 50an tahun. Namun aku tak ingin membayarnya karena teringat kondisi dompetku yang sedang cekak di akhir bulan.



Penumpang di depanku tepatnya yang duduk di sebelah pintu kanan masuk jika dilihat dari luar adalah seorang wanita muda berjilbab pink. Dia satu angkot dengan beberapa teman-temannya. Aku tak begitu paham apa dia anak ITB juga atau bukan namun jika dilihat dari gaya berbusananya dia adalah orang yang cukup modis. Karena Blackberry adalah salah satu gadgetnya.

Seruling tetap berdendang. Mataku sedang mengamati kemacetan dan tidak menyadari kalau wanita tadi yang sedang kuceritakan ternyata menutup telinganya. Aku sempat heran, begitu pula teman-temannya. Seakan tahu pertanyaan dari kami-kami ini dia berkata, "Kata hadits Rasullullah kalau dengar suara seruling kita harus menutup kuping, itu gunanya baca-baca hadits,".

Aku tersentak. Lebih karena aku baru pernah mendengar hadits seperti itu dan karena wanita itu berbicara dekat dengan mulut angkot. Dekat dengan pintu angkot berarti dekat dengan bapak peniup seruling itu. Entah dia paham atau tidak suaranya akan terdengar ke bapak itu.

Setelah perkataan dari wanita itu bapak itu menengadahkan uang dalam bekas aqua gelas lalu langsung beranjak pergi. Iya. Dia langsung beranjak padahal tak satupun dari kami sempat merogoh uang. Wanita tadi ternyata akan memberi uang namun tak sempat karena bapak itu telah ngloyor saja.
"Yah, gimana si Bapak. Padahal mau ngasih uang," ujarnya. 

Aku mengira pasti bapak itu merasa sakit hati dengan perkataan wanita tadi. Iyalah, aku juga merasa tersinggung padahal bukan aku objek penderita itu. Kalau aku jadi bapak itu tadi aku akan merasa sakit hati yang amat sangat. Salah satu mata pencaharian kita tiba-tiba dijudge sebagai pekerjaan yang dilarang (walaupun secara implisit). Padahal bisa jadi itu adalah keahlian satu-satunya milik si bapak, dan berarti sumber penghidupan si bapak.

Yah, aku kecewa dengan tindakan si wanita tadi. Aku tahu maksud dia baik, aku tahu maksud hati dia adalah berjalan di bawah tuntunan Rosullallah SAW tapi dan tapi bukan begitu caranya. Bukan begitu "menasehatinya" di depan umum dengan nada suara yang keras dan di dengar oleh penumpang lain. Itu akan membuat bapak tadi malu , rendah diri atau apalah itu namanya.

Setelah kejadian itu aku merasa penasaran juga akan kebenaran hadits itu. Aku buka google dan http://filsafat.kompasiana.com/2011/07/19/lagunyanyian-yang-dianggap-haram-oleh-sebagian-pihak/
dari yang aku baca hadits itu masih diperdebatkan dan masuk ke dalam kategori hadits mungkar. Dan hadits mungkar kedudukannya lebih parah dari sekedar hadits dhaif. Dan memang banyak sekali dalil pengharaman musik yang derajat haditsnya bermasalah. Dan wajar bila Abu Bakar Ibnul Al-Arabi mengatakan, “Tidak ada satu pun dalil yang shahih untuk mengharamkan nyanyian.” Dan Ibnu Hazm juga senada. Beliau mengatakan, “Semua riwayat hadits tentang haramnya nyanyian adalah batil.”Begitu kata Kompasiana.

Bagaimana dengan ini Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia hendak berbicara, maka dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya, maka dia akan bebicara, tetapi apabila tidak bermanfaat, maka dia akan diam. Adapun orang yang bodoh, hatinya berada di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap agamanya”. 

Sebenarnya kalau aku boleh memilih lebih baik aku menjaga perkataanku akan tajamnya lidah dan tidak menyakiti siapa pun daripada mempercayai hadits yang masih belum jelas tingkat kepercayaanya. Sama-sama menjalankan ibadah bukan?

:)

#melepas penat setelah bergulat dengan Kalkulus

Tuesday, 22 November 2011

The Truely "Sang Penari"

Posted by Sosiana Dwi On 10:30 pm
Sebelumnya aku menulis tentang my experience membca buku Ronggeng Dukuh Paruk yang bukunya diangkat ceitanya dalam sebuah film.

Menari bukanlah bidangku, bukan pula minatku. Aku tak pandai mengolah gerak tangan menjadi sebuah liukan indah. Terlebih posisiku sebagai wanita jawa yang (seharusnya) lemah gemulai, santun, dan jika menari anggun mempesona bak putri raja. Aku tak terlalu seperti itu. Bisa si lemah gemulai tapi tidak terlalu luwes.

Semasa SMP ada pelajaran menari oleh ibu (yang aku lupa, yang pasti beliau lembut dan kulitnya amat putih) dan SMA pun ada. Tapi tak ada interest buat aku suka menari.

Hingga tiba aku di kampus Gajah Bandung ini. Saat Open House Unit (OHU) Pro KM kami mahasiswa baru di beri kebebasan untuk memilih unit sebagai ajang sosialisasi dengan lingkungan. Sebagai anak yang baru di-ucul dari kandang atau istilahnya dilepaskan jauh dari rumah aku sangat bahagia. Aku ingin berorganisasi, berkreasi dan tak ingin dikekang seperti jaman putih abu-abu dulu. Sehingga hapir semua unit aku datangi dan aku daftari.

Kokesma (unit koperaisan yang pada akhirnya aku lepaskan dengan telah membayar Rp 30.000,00 yang sekarang entah untuk apa)
Boulevard (majalah kampus, Alhamdulilah masih jalan)
U-Green (sebuah unit bertema lingkungan yang sangat berat untuk aku lepaskan sebenarnya kalau tidak mempertimbangkan jadwal yang tabrakan)
Persma (surat kabar mahasiswa, yang aku lepas karena sudah ada Boulevard)
KPA (angklung, aku tak pernah datang karena suda terlalu banyak personil)
UKA (Unit Kebudayaan Aceh, The most lasting, paling akhir daftar dan paling lama bertahan :) )

UKA, dari awal yang hanya iseng-iseng untuk mencari unit budaya yang juga sekaligus bisa olahraga. Saman mungkin jawabannya. Beberapa mengikuti saat latihan yang melelahkan , yang penuh emosi kadang kala , penuh lebam di kaki yang sebagai tumpuan, paha biru-biru karena sering ditepuk dengan keras, tangan lecet-lecet, huahhh. Namun sungguh walau sakit-sakit begitu tapi sangat menyenangkan bisa menari aceh yang butuh kekompakan.

Pesijuk atau acara syukuran bagi orang Aceh adalah tampil perdana di lingkungan kampus. Acara yang digelar bagi massa UKA yang merayakan wisudanya di ITB itu meriah. Aku menari tari Rateeb bersama kawan 2011 lainnya.

Foto bersamo anak UKA 2011 :D


Setelah Peusijuk kami kembali di buat sibuk oleh acara yang cukup besar. Festival Citylink, salah satu mall baru di kawasan Kopo Bandung mengundang kami dalam acara perayaan ulang tahunnya yang pertama dalam tajuk "Proud of Indonesia". Menurut kak Sabe salah satu manajemen tariku event ini adalah yang cukup besar dalam memberi dana untuk UKA. Sekitar 2 juta kami dibayar. WOW menurutku.

Dua minggu untuk latihan yang super sibuk. Untung tak ada UTS sehingga aku tidak terlalu keteteran. Dua Minggu untuk penampilan yang tak lebih dari 20 menit. 

Minggu, 20 November 2011 
dari sekre UKA kami bertolak sekitar habis dzuhur sampai di Kopo kami hampir kaget dibuatnya karena mallnya ternyata cukup besar.
Bikin anjlok jantung saat liat mallnya lebih besar dari BIP

Butuh 2 jam untuk berdandan , dan jam empat kami pentas juga .

Foto Bersamo penari UKA nan cantik dan abang-abang rapa'i dan syekh (Bang Herle, yang ditengah)
Bang zilal, Kak Arin, Kak Arma, Yaya, Nisa, Naya, Kak Sabe, Rina, Kak tika, Luthfan
AKU (=D), Tasa, Amel, Alfy, Kak Madam,, Kak Anjar, Vanie

Formasi : 
Kuning ::: Atas
Biru :::: Bawah

Ratoh, kami berdendang 
 Hai laotsaaaa.....

Yiiipppppp.... :D

ehm, manisnya pakai songket :P


aku sekarang merasa senang ketika menari, 
aku merasa akan berdendang ketika ada suara Rapa'i dibunyikan,
dengan tangan kosong ,
atau dengan musik dan lagu,
aku merasa senang ketika dentaman tangan menghentak dan memeca keheningan,
dan aku akan merasa senang ketika ada suara tepukan tangan,

aku menjadi sang penari,
sang penari yang tak pernah terjadi sebelum-sebelum ini,
wow
aku menari
dan aku bisa menari 
aku bisa menghbur hati

:D

Sunday, 20 November 2011

First Impression sang Ronggeng

Posted by Sosiana Dwi On 12:29 am
Sang Penari
Beberapa hari yang lalu sedang booming film Sang Penari besutan sutradara Ifa Ifansyah.  Aku sendiri baru tahu kalau Sang Penari adalah film yang didasarkan dari novel terkenal Ronggeng Dukuh Paruk (RDP) milik sang legendaris Ahmad Tohari. Yang membuat aku tertarik membacanya tak lain dan tak bukan karena sejarah dari AHMAD Tohari yang ternyata adalah orang Banyumas tulen. Sama sepertiku yang lahir dan dibesarkan sampai umur 17 tahun di Purbalingga (yah, meski bukan Banyumas tapi paling tidak satu rumpun, satu bahasa, dan satu karisidenan).  Ditambah , disini di kota rantau ini aku merasa menemukan kebahagiaan jikalau menemukan saudara sepertiku, saudara yang bisa berbahasa “ngapak “juga.  Jarang kutemukan para ngapakers itu dan dalam buku Ahmad Tohari aku menemukan saudara , seperti kawan lama yang tak pernah kukenal lagi.

Kawan lama. Semasa SMA aku sering melihat buku RDP sebagai pajangan di rak perpustakaan. Tapi pajangan hanya tinggal pajangan karena sedikit dari siswa menyentuh buku itu, padahal dari pihak sekolah menyiapkan buku itu dalam jumlah banyak dengan maksud tertentu juga. Aku salah satu dari siswi yang tega itu. Tak pernah melirik buku itu karena covernya yang tidak menarik. Seorang penari dengan gambar ala Zaman dahulu. Sangat tidak menari buatku di era internet dan komputer ini.

Lihat sampulnya yang jadul ini!! 



Namun kini berubah. Karena latah kehadiran Sang Penari di layar emas aku mendownload ebooknya. Hanya sekedar ingin membaca ceritanya sebelum menonton filmnya. Biasanya jika sudah begitu aku akan membandingkan antara film dan buku. Dan supaya lebh jelas juga membaca sudut pandang Ahmad Tohari dan sudut pandang Ifa.

Latahku berlanjut menjadi jatuh cinta. Aku jatuh cinta pada gaya bahasa Ahmad Tohari, aku jatuh cinta pada karakter-karakter yang ia imajikan dalam sebuah frame-frame adegan diskripsi. Dan terutama aku jatuh cinta pada Rasus. Lelaki yang mencintai Srintil, sang ronggeng dengan sepenuh hati bukan karena nafsu semata.
Aku jatuh cinta pada hal yang aku kira akan membosankan. First Impression ternyata tak akan menceritakan segala isi rupa dan warna. Beberapa buku yang  kulihat dengan sampul dan kata persuasif yang menaik namun isinya zonk. Hanya sebuah gembar-gembor yang tidak penting. Dan dari sebuah buku dengan cover yang amat tidak menarik ada sebuah cerita sarat makna. RDP, cerita kehidupan fakta masyarakat.

Yah, first impression juga harus diolah menurut hematku. Apabila kau mmebaca buku RDP dengan tanpa menyaring setiap detil kata dan adegan yang ia tuturkan , hmm bukan tidak mungkin kau akan menganggap ini adalah buku yang sarat dengan muatan pornografi dan kekerasan atau istilahnya saru. Tapi ini budaya, menurutku.

Aku jadi teringat guru bahasa Indonesiaku semasa SMA, Ibu  Sri Asmani yang sering kita panggil bu As. Beliau yang mengajar pelajaran B.Indo selalu di akhir jam sekolah selalu membuat kami terkesima. Disamping cara mengajarnya enak , komunikatif kami diajak belajar sastra lama dengan sesuatu yang menarik. Mendongeng. Itulah hal yang kami sukai dari beliau. Walau kadang sayup-sayup ceritanya mengalirkan kami ke lelap siang hari namun cerita-cerita itu membekas seperti cerita RDP ini. Membacanya selalu membuatku teringat gaya bercerita Ibu As, teringat beliau teringat cerita-cerita macam Senyum Karyamin,  Burung-burung Manyar, dll aku sendiri lupa apa saja ceritanya.

“Lihat segalanya , Lebih dekat. Dan kau akan mengerti”. Sepenggal lagu dari Sherina Munaf menyadarkanku lagi , seharusnya aku belajar lagi dan lagi untuk terus menginvetigasi masalah lebih dekat. Mengingat judging masih melekat padaku dan kehidupanku.

First Impression itu tidak berguna bagi manusia kritis. Akankah aku adalah korban dari kebodohan yang aku buat sendiri?

Semoga saja aku bisa merubahnya.
semoga

Saturday, 19 November 2011

Misteri Hilangnya Uang Galon

Posted by Sosiana Dwi On 8:27 am
Minggu ini Jumat, Sabtu dan Mingguku banyak tersisa untuk libur. Praktikum fisika terakhir telah usai dan memang kuliahku hanya sampai pada tahap hari Jumat. Seperti biasa saat sedang liburan maka waktuku banyak tersisa untuk memeluk bantal, monyet dan selimut hangatku tercinta di kamar no 19 Asrama Baru Kanayakan ITB. Sisanya aku sempatkan untuk mencuci baju dan merapikan kamar yang memang sudah layak disebut kapal pecah.

Kebetulan hari itu adalah jatahku untuk membeli galon yang memang telah kosong di kamarku. Daripada aku mati dehidrasi aku segera menaruh galon di lantai satu dengan terlebih dahulu menyelipkan uang lima ribuan sebagai harga galon itu. Saat itu juga aku melihat galon kamar no. 20 (Kamar tetangga alias punya Dwi, Bangka) sudah terisi oleh air. Memang salahku menaruh galon itu sudah agak siangan sehingga tidak cepat-cepat mendapat isi. sekitar pukul 11.00 aku meletakkannya dan pukul 15.00 aku kembali turun dari lantai tiga karena hendak pergi ke kampus. Di serambi depan aku berpapasan dengan bu Asrama , aku menyapa dan menanyakan kabar galonku apakah sudah terisi atau belum.

"Sudah, itu galonnya sudah isi ada di pos satpam. Tapi tadi belum naruh duit ya?" ibu berkata.
aku keheranan, perasaan aku telah menyelipkan selembar uang lima ribuan di perekat. "Sudah kok Bu, saya yakin sudah. "kataku penuh keyakinan.
"Lha tadi amangnya minta uang lagi ke ibu, jadi ibu kira Sosi belum bayar. Mungkin ketinggalan kali atau jatuh uangnya?"
Aku berpikir keras, sepertinya sudah. Berbekal rasa tidak enak hati maka kuulurkan uang lima ribuan lagi sebagai pengganti uang galon yang tiba-tiba hilang. Kulihat dompet dan itu adalah beberapa lembar uang terakhirku (:'()

Aku beranjak ke kampus. Jatah voucher makanku adalah di Borju, salah satu kantin dengan predikat mahal di kampus. Sayang jika tidak di pakai, dan lauk yang tersisa adalah dengan harga sepuluh ribuan keatas. Sedangkan nilai jual dari Voucher beasiswa makan adalah enam ribu rupiah. Jadi aku harus menambah senilai empat ribu rupiah, tah tidak terlalu mahal untuk sapo iga dengan nasi daging dan taburan paprika. :p

Oke and then acaraku beralih ke ngumpul SAPPK untuk persiapan TPB Cup nanti sore. Perlu di ketahui dalam pertandingan ini tak hanya permainan yang di lombakan namun suporter dan kreativitasnya juga di pertaruhkan. Kami selalu mengenakan dresscode untuk setiap kali support ke pertandingan futsal. Hari ini kami mengenakan kardus sebagai proprti pertunjukan. Namun ada kejadian yang tidak diinginkan datang. Kamera dslr milik Gagas hilang. Padahal tadi kita bersama-sama terus di Campus Center (CC) Barat. Dan benda itu hilang dalam sekejap mata. Oh. nasib sedang tidak baik kepada Gagas. Semoga cepat ketemu ya Gas, sama seperti sepedaku yang cepatlah ketemu. :(

Karena lapar (lagi) aku dan Vanie memutuskan untuk jalan-jalan melihat stand makanan dari festifal kuliner Ocean Ovulution milik himpunan KMKL (keluarga mahasswa kelautan). Ada beberapasa stand makanan seperti sosis bakar, minuman, makanan jaman dahulu , sushi, dan Coto makasar. Karena penasaran pada Coto Makasar aku beranikan mencoba terlebih hari itu dingin pasti enak jika makan makanan yang hangat seperti soto walaupun harus hedon sebesar 15.000 rupiah.

Namun kehedonisan sore itu terbayar dengan sebuah kekecewaan. Saat aku mencicipi makanan itu dan aku merasakan coto itu dingin dan terlalu banyak bumbu yang asing di lidahku yang jawa ini. Kuahnya dingin , dan nasinya sudah agak bau dan lembek. Intinya tidak enak lah. Aku menyesal karen apasti itu jatah makanku selama beberapa hari mendatang.

akhrnya aku pulang juga saat pukul 23.00 , acaraku hari ini memang tak terlalu padat hanya latihan Ratoh untuk penampilan besok minggu di Citylink dan menonton pertandingan SAPPK lawan FTMD. Saat pulang aku menelusuri tangga di asrama baru berharap uangku yang lima ribu benar-benar terjatuh. Tapi nihil . Aku berhenti sebentar di kamar No. 20 dan aku bercerita kejadian hari ini hingga saat Dwi tiba-tiba mengeluh hal yang sama tentang galon yang uangnya raib seketika. Dia juga mengatakan galon yang tadinya terisi jadi kosong seperti ada yang menukarnya. Yang lebih menyebalkan penukaran galon itu tanpa disertai penggantian uang sehingga dengan kata lain Dwi membelikan seseorang galon dan dia harus memebeli galon lagi.

Terbukti korban galon hari ini tak hanya aku, tapi juga Dwi temanku. Kami kesal dibuatnya, siapa yang berani-beraninya melakukan itu. Walaupun hanya lima ribu tapi jika digabung maka akan tetap jadi banyak bukan? Uangku, uang Dwi, mungkin juga uang anak asrama lain. Asrama sudah tak lagi aman. Aku berspekulasi itu adalah anak asrama sendiri. Asrama dari calon insinyur Indonesia yang katanya adalah orang cerdas Indonesia. Mengapa mereka berulah bagai pencuri? hmm

Ironisnya dengan uang lima ribu yang kupakai sia-sia itu pasti dapat menyambung hidupku selama beberapa hari. Melihat isi dompet dan ATM-ku yang tak lagi tebal. yah, yah.  Gara-gara kehedonan yang membawa penyesalan tentunya uang lima ribu dapat menambah-nambah uang di kantongku yang tinggal tiga ribu rupiah. Aku sangat menyesal. Pelakunya  semoga dapat ditangkap dan tak akan mengulangi  kesalahan nista ini.

Aamiin,


ikhlas sos. :)



  • Contact us

    Sosiana Dwi Architecture 2011 Bandung Institute of Technology