Jogjakarta, 21 Desember 2012
Tengah malam ,menjelang pukul
00.00
Pukul 03.00 ,
kereta Kahuripan melaju dan meninggalkan stasiun Kroya. Stasiun yang selalu
mengantarkan aku pada rumah dan rindu. Kali ini aku melepasnya , sebenarnya ada
rindu yang menguak diantaranya utnuk segera kembali pada pulang. Tapi kali ini lain,
aku akan beranjak ke Jogja lalu ke Klaten, Solo dan terakhir kembali ke kota
masa kecilku, Purbalingga.
Pukul 06.00,
Stasiun Lempuyangan menanti kami dengan hingar bingar kegiatan pagi. Jogja aku
sampai pada beberapa kenangan. Okelah, rumah Najma menantiku dan Rini, teman
satu fakultasku yang juga akan menghabisakan beberapa hari di Jogja. Taksi
tanpa Argo antarkan kami ke depan sebuah pasar. Pasar Colombo namanya.
Nama pasar itu
sudah tak asing lagi di telingaku. Saat aku mengalami masa yang berat yaitu
SNMPTN tulis, Kaliurang KM 6 adalah tempat aku menginap. Sudahkah aku
bercerita?
Dulu saat aku
SNMPTN tulis aku mau tidak mau tes di Jogjakarta. Alasannya adalah saat itu aku
juga tengah mencari beasiswa lain, Paramadina Fellowsip (PF) namanya. SNMPTN
tanggal 31 Mei sampai 1 Juni, sedangkan PF tanggal 1 Juni pukul 10.00. Aku
sempat bingung juga, mau pilih yang mana dari keduanya dengan pertimbangan aku
dapat melanjutkan studiku dengan beasiswa agar tak ada beban bagi ibuku. Dengan
segala kenekatan yang aku punya aku setujui kedua-duanya tentu dengan segala
probabilitas yang ada. Aku ikut SNMPTN tes di jogja juga aku ikut PF jam
sepuluh di hotel Ina Garuda, Malioboro. Keputusan yang kubuat dengan matang.
Sebenarnya yang
paling berkesan dari penggalaman tadi adalah aku dan ibuku pergi ke Jogja hari itu menggunakan motor. Dan ibuku lah
yang mengendarai. Bayangkan! Ibuku tak lagi muda (48 tahun) dan dia adalah
seorang wanita! Dari Purbalingga-Jogja (bahkan Klaten) ibuku yang mengendarai
(Kau bisa menebak berapa kilo yang ibu tempuh). Aku tau ibuku lelah, panas
menyengat dan membakar kulitnya, kakinya mengelupas di bawah terik matahari.
Ya,
Ibuku memang orang yang sangat hebat dan
sangat tangguh. Ibu rela melakukan apa saja demi kemajuan aku dan pendidikanku.
Untuk menebus kesalahannya saat aku tidak bisa lolos undangan gara-gara
pilihannya agar aku jadi dokter. Aku sangat terharu akan perjuangan ibu semua karena aku.
I Love U Mom.
Aku tak malu
menceritakan kisah ini , tentang ibu yang kuat yang membesarkan aku dan kakakku
sendiri setelah ayahku meninggal , kepada team juri PF 2011. Mereka juga tak
kalah terharu, begitu pula teman-teman satu perjuangan PF. Menurutnya hal itu
adalah hal yang sangat tangguh bagi seorang ibu.
Ibu bukan lah
wanita yang glamour dan hedonis. Ibu sangat sederhana. Bahkan
ketika aku dengan jahat meninggalkan ibu sendirian di tempat parkir Hotel Ina
Garuda saat aku tengah wawancara, sungguh aku ingin ibu naik ke hotel dan bisa
duduk di ballroom atau sekedar di
serambi hotel. Walaupun ibu sangat sederhana dan penampilannya tak lebih dari
seorang rendahan tapi aku berjanji ibu akan pernah merasakan menginap di hotel
seperti ini bu. Menjadi orang yang terhormat dan dihormati, dan itu semoga
karena perjuangan ibu untukku. Amien.
Ya , kami
memang orang biasa, ibu orang biasa. Bukan ibu yang mengenakan pakaian terbaik
saat ibu pergi ke pasar atau arisan. Bukan ibu yang tidak akan membuat malu
kita kalau kita ajak ke pesta. Tapi ibuku adalah sosok yang lebih dari luar
biasa. Saat ia tak mengenakan baju kebesaran pun, nama dan sumbangsih ibu lebih
mewah dar segala perhiasan yang orang punya.
“Bukan dari
seberapa berarti peran ibu di mata orang lain, namun dari seberapa sayang kasih
ibu yang menemanimu, menunggumu, dan mendoakanmu.”
Jalan-jalan ke
Jogja ini mengingatkanku pada kasih ibu saat itu. Pada Hotel Ina Garuda, pada
UGM dan fakultas pertanian, Kaliurang, Pasar Colombo. Saat aku butuh sekali
dorongan dengan segala keterbatasan fasilitas yang aku punya, ibu ada menemani.
Men-support hari-hari kekecewaan ini
dan mengobatinya dengan butir-butir doanya.
Aku menulis ini
karena teringat hari ini adala hari ibu dan aku dalam beberapa waktu dekat akan
menemuinya. Mengecup lembut tangannya dan berkata hasil dari hari-hari yang
telah ia berikan selama ini. Semoga ibu bangga, begitu pula ayah kandungku yang
telah tiada. Semoga ia tenang di alam sana.
Esok aku akan bertemu ibu, di Klaten :)
Categories: experience, tentang diri
0 Opini:
Post a Comment
Bahasa menunjukan bangsa, jadi pergunakanlah bahasa yang baik dengan format sopan santun yang telah ada :)