NFEC (National Futute Educator Confetences) 2012 suatu acara yang concern ke dunia pendidikan, aku mengikutinya dengan tidak sengaja. Ada suatu email yang menginfokan acara ini padahal aku tidak meng-subscribe event atau organisasi apa pun di emailku. Mungkin ini adalah suatu kebetulan yang indah yang tidak akan lupa aku syukuri karena mendapatkanya. Setelah mendaftar ke acara tersebut aku berharap bisa mendapatkan banyak dari acara ini. Terlebih salah satu passion yang aku ingin gali adalah dari dunia pendidikan. Di masa yang paling labilku sekali pun aku punya banyak passion yang belum aku temukan fokusnya dan berharap dengan ikut partisipan dari youth ESN akan memantapkanku pada jalur pendidikan. Singkat cerita aku lolos ke NFEC 2012 walau pun dari daftar tunggu peserta yang tidak jadi ikut. Tak surut langkahku, aku berpikir aku harus ikut dan berkontribusi lebih walaupun sekecil apa pun langkah yang aku berikan itu.
9 Juni 2012, tepat jam 09.00 rangkaian acara NFEC 2012 dimulai. Aku datang terlambat karena ada insiden ketinggalan travel dan keblabasan. Oia, acara dua hari satu malam itu berlangsung di Sampoerna School Education dan Sampoerna School Bussiness yang terletak di Pancoran, Jakarta. Acara telah dimulai saat aku datang, lalu segeralah kami mengeluarkan jargon NFEC 2012 kali ini yaitu : Muda, Mendidik, Membangun bangsa! Jargon tersebut disertai gerakan yang membuat kami merasa terlecut semangatnya untuk mengapresiasi jargon tetsebut secara nyata.
Setelahnya masuk ke dalam acara plenary 1 dengan tema pendidikan sebagai kunci pembangunan bangsa. Pematerinya adalah Ahmad Rizali yang menyampaikan cerita tentang tantangan pendidikan di masa depan. Dengan memaparkan fakta-fakta yang terjadi di Indonesia kini dari mulai kondisi alam dunia dan Indonesia sampai ke kondisi SDM Guru yang ada sekarang ini.
Dalam plenary yang kedua Adenita (@Adenitaa) , MC, penyiar radio, sekaligus penulis dari Sembilan Matahari dan 23 Episentrum memberikan pendapatnya tentang melangkah dengan hati, passion, dan tentunya cinta. Sesi ini adalah sesi yang menyenangkan dengan kata-kata pengantar semangat yang penuh cinta dari ibu cantik ini.
"Passion lead to succes," ujarnya saat menjawab apa bedanya orang yang sukses dengan yang tidak. Beberapa contoh orang ia ceritakan dari yang mulai berbackground pendidikan teknik dan berpassion kuat ke dunia seni sampai yang melakukan pekerjaan tapi upah yang besar. Segala sesuatu yang dilakukan dengan hati pasti tidak akan membuat lelah dan capek. Karena ketika profesi dibungkus dengam cinta maka akan menghasilkan mahakarya yang tak terduga. Banyak inspirasi yang ia bubuhkan dalam gaya bicaranya yang santai dan tenang. Bertemu dengan orang sepertinya tak akan kusia-siakan dan tak akan ku lepas dalam jejak langkah hari ini.
Setelah mengikuti dua sesi yang luar biasa tiba saatnya kita dikelompokan pada beberapa tema yang telah dipilih. Tema yang aku dapat adalah Green Economy, salah satu tema yang menarik bagi aku yang ingin berkecimpung di dunia lingkungan dan arsitektur. Pembicara adalah orang-orang yang terpilih, mereka adalag Gigih Iman Nugroho dan Achmad Solikhin dari kehutanan IPB. Dua orang tersebut adalah orang yang concern terhadap lingkungan hidup dan telah berkontribusi langsung di dalamnya. Gigih bercerita tentang pengalamannya menjadi jurnalis di Bali. Yang membuatnya merasa aneh adalah ketika ia melihat banyak asing yang justru lebih peduli terhadap sampah di Bali yang telah menggunung. Jepang lah asing yang turun sebagai malaikat tersebut. Dengan permainan edukasi berlabel Bali Eko Karuto ia mengajak anak-anak belajar paham terhadap lingkungan. Sedangkan Imam berkisah proyek penghijauan hutannya melalui anak-anak. Dari Jepara ia mulai merintisnya menanamkan paradigma jika menumbuhkan pohon tak hanya akan menghijaukan bumi namun juga sebagai investasi yang bisa bernilai profit. Banyak lagi cerita orang hebat pioner pergerakan hijau tersebut. Ikut mendengarkan semangat mereka seakan menyiram dan memupuk keinginan di hatiku juga untuk melakukan hal serupa.
Pukul 13.00 kami memulai sesi talkshow dengan narasumber yang boleh dibilang sangat memotivasi di bidang masing-masing. Semua dirangkum dalam kata "we know, we plan, we act,". Kaget juga melihat wajah-wajah artis datang kali ini. Ada Imelda Fransisca, Miss Indonesia 2005, Leo Moko yang mungkin akan lebih dikenal dengan Leo AFI, Nadia Sangga Putra dari Surabaya goes to school, dan komunitas historia Indonesia yang digawangi oleh Asep Kambali, aktifis dan juga guru sejarah. Talkshow berjalan meriah dengan topik dan cerita hidup yang mereka bawa. Bagaimana ternyata Imelda yang cantik dan anggun itu pernah menjadi siswa yang dibully dan menderita anorexia. Bagaimana UNESCO bisa mengubah passion Leo untuk bergerak di dunia kepemudaan. Perjuangan sebuah komunitas belajar di Surabaya Goes To School dan betapa susahnya meyakinkan orang untuk mencintai sejarah negerinya di bawah panji nasionalisme. Sesi ini penuh dengan tepuk tangan dan terasa dalam tepukan tangan itu ada harapan-harapan perubahan. Dan perubahan itu bermula dari perkembangan melalui pendidikan. Pendidikan dapat mengubah segalanya, dan guru adalah agen perubahan itu.
Hari ini Sabtu, 9 Juni 2012 ada 100 pemuda berkumpul dan menjalani pertemuan yang sangat luar biasa ini. Banyak yang bisa diceritakan tanpa harus dituliskan. Aku memilih tidak mengabadikan diri dan acara dengan foto-foto. Aku merekam jejak hari ini dengan tulisan sederhana yang aku persembahkan untuk orang yang mungkin tidak ikut dalam acara namun juga ingin merasaka euforia yang juga aku dan teman-teman disini rasakan. Sungguh satu hari ini semangatku melecut-lecut dan aku dapat terus menerus tertawa lepas. Bertemu dengan kepala-kepala penuh ide, sharing tentang project mereka yang sungguh luar biasa, banyak latar belakang pendidikan yang dibawa dan keberagamaan itu tampak indah jika dirajut dan diintegerasikan dalam satu Indonesia. Aku yakin beberapa tahun ke depan 100 orang yang datang hari ini akab menjadi wakil dari ide-ide mereka dan akan menjadi salah satu tiang pancang yang akan merubah Indonesia. Ini bukan kearogansian semata tapi sebuah doa.
Jika Soekarno berpendapat "Beri aku 10 pemuda maka aku akan mengguncang dunia," maka aku pun yang satu almamater dengannya dapar berkata, " Telah kami berikan 100 pemuda Indonesia, dan kami siap membeli alam semesta,"
Jakarta, 10 Juni 2012
Salam,
NFEC 2012
Muda, Mendidik, Membangun Bangsa
0 Opini:
Post a Comment
Bahasa menunjukan bangsa, jadi pergunakanlah bahasa yang baik dengan format sopan santun yang telah ada :)