Siang itu aku random sekali jalan-jalan ke Jatinangor
menggunakan bus Damri yang berangkat dari depan Unpad DU. Seru sekali sore itu,
naik bus Damri yang ber-AC dan terkantuk-kantuk di dalamnya. Sampai di Unpad
pun masih seru aku dan Siti ,yang kebetulan sedang liburan di tempatku, naik
angkutan umum Unpad yang bernama odong-odong. Seru sekali menikmati pemadangan
alam yang terhampar beserta sawah-sawah dengan angin alam yang berhembus dari
jendela tak berkaca itu.
Sebenarnya bukan cerita ketika di Jatinangor yang akan ku
ceritakan dan menjadi fokus utama cerita ini. Jadi saat aku pulang kembali ke
Plesiran, Tamansari laju bus yang aku naiki membawaku ke awang-awang. Banyak kisah
yang merajut di otakku. Salah satunya tentang kebahagiaanku ketika ikut NFEC
2012 kemarin. Sedikit banyak pertemuan kemarin dengan banyak pemuda dan pemudi
Indonesia itu telah membuat paradigmaku berubah. Bahkan dalam perjalanan
Nangor-DU yang cukup lama itu aku telah memikirkan untuk menyetir passionku ke
arah lain yang menurutku merambah ke semua minatku. Aku teringat ucapan kawanku
yang kurang lebih seperti ini, “Kamu masih 2011, masih ada cukup waktu untuk
mencari passion kamu.” Saat aku bercerita tentang kegalauanku memikirkan passion
apa yang sebenarnya mendarah daging di pikiranku. Aku tidak tahu apakah yang
kualami saat perjalanan ini adalah euforia kebahagiaan sesaat karena baru saja
mengikuti NFEC atau tidak , aku sendiri tidak bisa membedakannya.
Lalu pada saat melewati sebuah restaurant dengan budget yang
cukup menjebolkan duit mahasiswa berkantong tipis seperti aku, aku berpikir
banyak. Lagi-lagi aku menggalau tentang jurusan yang belum juga ada
pengumumannya sampai detik itu. Di fakultasku SAPPK (Sekolah Arsitektur
Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan) terdapat dua jurusan yaitu Arsitektur
dan Planologi. Aku masih terdaftar
sebagai mahasiswa tingkat pertama di ITB yang ketentuannya mahasiswa tingkat
awal ini belum dapat jurusan. Seringkali ketika ditanya tentang jurusan aku
selalu menjawab dengan asal dan bingung karena memang aku belum dapat jurusan
saat itu padahal universtas lain sudah semenjak awal. Aku dalam awal pilihannya
mendaftar arsitektur karena memang belum mengenal planologi. Namun saat mulai
pengenalan tentang planologi aku mulai sedikit demi sedikit tertarik. Tapi aku
masih belum punya nyali memilih planologi sebagai pilihan pertama. Aku dulu
galau memutuskannya sampai akhirnya aku mengambil arsitektur saja. itu dulu
saat pemilihan kuisoner namun tidak saat aku melewati retaurant tersebut. Aku mengaitkan
restaurant itu dengan acaraku kemarin dan dengan kondisi bangsa Indonesia saat
ini.
Biasanya arsitek mengurusi desain dari rumah orang kaya,
bangunan gedung tinggi, (CMIIW) dan tidak lupa juga restaurant seperti yang aku
lihat tadi. Pemilik restaurant biasanya memulai usaha dari modal yang telah
mereka punya. Modal ada, desain bagus dari arsitek ternama, restaurant laku,
masakan enak, harga mahal, dia akan kaya. Lalu aku berpikir bagaimana dengan
orang yang tidak berada? Aku pernah mendengar lingkaran setan kemiskinan kalau
dipikir-pikir apakah ini adalah lingkaran kekayaan, yang kaya makin kaya dan
yang miskin akan terus miskin. Picik sekali pikiranku saat itu. Aku tiba-tiba
menyesal memilih arsitektur sebagai pilihan pertama. Aku berpikir aku tidak
akan terlalu bisa berbuat banyak jika aku menjadi seorang arsitek. Tanganku tidak
akan terlalu banyak menggapainya, sebuah pekerjaan yang sulit itu. Setiran passionku
tadi telah mengarahkanku agar aku bisa membantu sesamaku. Agar aku bisa menjadi
pendidik walau aku bukan seorang guru. Dan dengan desain yang aku buat jika aku
menjadi arsitek aku hanya akan memuaskan para penikmat kopi atau dessert di
restaurant mahal tersebut. Aku hanya akan membuat desain. Apakah pemulung,
nomaden atau pengamen yang lewat depan restaurant itu akan merasa kenyang
dengan desain yang aku tawarkan. Yang ada hanya mereka akan merasa iri tidak
bisa menikmati desain yang aku buat sambil makan. Mereka kelaparan sobat! Mereka
butuh regulasi ekonomi dan tata perkotaan yang baik agar mereka juga bisa
sejahtera walau sebagai kaum urban.
Hapeku bergetar, ada sms masuk. Dari Syaukat, “Masuk mana?”
begitu tanyanya. Aku langsung sadar ini adalah pengumuman penjurusan.
Aku segera membuka ol.akademik untuk melihatnya. Seketika aku
cemas, aku telah berpikiran saat itu juga untuk mendapatkan planologi. Aku bahkan
berharap aku terdepak dari pilihan pertama. Aku hampir kekeuh atas pilihanku
itu di saat terakhir seperti ini. Aku cemas, loading hapeku agak lama dan
ketika ku klik hasil penjurusan aku mendapatkan tulisan :
ARSITEKTUR
Entah kenapa aku lemas dan tidak seceria teman-temanku yang
lain kala itu.
Sekali lagi aku tak tahu apakah yang itu tadi adalah euforia
sesaatku saja atau memang pikiran terdalam yang baru saja muncul. Ini hanya
pendapat dan apa yang aku pikirkan maaf jika berbeda dengan yang lain tapi aku
tidak berusaha mendeskreditkan siapa atau pihak mana pun. Aku tengah galau
terhadap hidupku lagi, aku masih berpikir.
Bandung, 17 Juni 2012
dalam pengaduan
Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia
Categories: curhat
Sosi, itu yang di atas kok belum diganti Mahasiswa Arsitektur? Masih TPB, :) hehe^^
ReplyDelete