Friday, 29 June 2012

Sepi

Posted by Sosiana Dwi On 11:43 pm

Sepi mematikan semua hal yang ingin kutulis
Membawanya ke ranah tersembunyi
Aku tak berhasil menemukannya
Atau aku tak berhasil menemukanku
Sepi menyayat luka
Seperti bunyi kapur menyentuh tembok rumah
Tak luka namun sedih bunyinya
Sepi menghadangku dengan berjuta pertanyaan yang tak sanggup aku urai
Seperti jalinan tali darah ini, semua berasa pekat dan aku terjebak diantara jalinan itu
Sepi, menyuruhku diam
Dalam bosan yang berkelanjutan
Dalam rajutan waktu yang terpintal sesat
Aku sepi dalam sendiriku
Atau sepi dalam kegagalanku
Aku sendiri tak bisa membeda
Semua pekat kini, semua salah kini
Aku sepi dalam dunia yang aku lalai menjalaninya
Sepi, ia teman atau musuhku aku tak peduli
aku hanya mendamba sepi ini membawaku pada kebahagiaan




Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia

Berlayar Dalam Perahu Kertas

Posted by Sosiana Dwi On 9:47 pm

Bisa dibilang aku adalah orang yang cenderung terbawa arus. Terbawa arus dalam hal ini adalah ketika membaca buku. Aku cenderung orang yang suka mengikuti bacaan orang lain, bacaan tertentu tentunya. Kata orang bagus maka aku cenderung akan baca. Aku akan garis bawahi kata cenderung karena tidak selamanya begitu. Banyak pula buku bacaan yang masih jadi witing list untuk dibaca kemudian. Salah satunya ya Perahu Kertas ciptaan Dee alias Dewi Lestari. Aku membacanya karena ia sedang ramai dibacarakan gara-gara dijadikan film oleh sebuah rumah produksi. Film ini juga menampilkan Reza Rahardian , aktor Indonesia favoritku. So, aku tertarik membacanya karena dari semua buku Dee pun belum pernah ada satu pun yang aku baca.

Hehe. Langsung saja....


Perahu Kertas menceritakan tentang Kugy, gadis aneh yang tergila-gila dengan dongeng. Imajinasinya yang tinggi seolah terbentur dengan realita. Mimpinya bukan menjadi dokter, bussines woman, arsitek atau apalah yang mainstream orang rasakan. Ia hanya ingin menjadi juru dongeng. Baginya menjadi pendongeng bagaikan merasakan bumi hanyalah debu di pijakan mereka. Ia berpikir ialah titisan Neptunus dan setiap saat ada masalah ia akan menghanyutkan perahu-perahu kertas berisi isi hatinya untuk nantinya jatuh ke tangan Neptunus.

Sama halnya dengan Keenan, ia bermimpi untuk menjadi pelukis dan ingin merasakan lukisannya menjadi penopang hidupnya. Ketika Kugy dan Keenan dipertemukan mereka merasa seperti ada magnet yang mengajak mereka ingin berbagi mimpi yang ia rasakan. Radar Neptunus.  Keenan merasakan jatuh cinta yang dalam dengan dongeng buatan Kugy dan juga Kugy itu sendiri. Kugy tak menyangka dongeng yang ia berikan telah membangkitkan Keenan dari keterpurukan. Keenan lah yang mengilustrasikan semua mimpinya menjadi gambaran nyata. Ia pulalah negeri dongeng tersebut. Masalah silih berganti menerpa mereka.

Haduh baca sendiri aja deh. Aku tidak bisa menjelaskan secara detail karena terlalu rumit untuk diceritakan. Tapi kalau bolehlah aku mereview buku ini agak seperti teenlit ceritanya namun dengan gaya bahasa yang lebih dewasa. Tapi dari 1-10 aku kasih 7 deh.


Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia

Monday, 25 June 2012

Random #1

Posted by Sosiana Dwi On 9:36 am

Beberapa hari yang lalu perasaanku gak menentu banget. Kadang seneng, cape, lunglai, lelah, galau sampai akhirnya seneng lagi. Kalau dibuat flownya bisa dibilang kayak grafik sinus atau kosinus. Random dan rumit banget. Salah satunya yang random dan menyenangkan adalah saat aku membuka email berakun ITB dengan alamat sosiana.itb@s.itb.ac.id yang aku pakai kalo aku ikutan lomba, ngirim email resmi, dan ngirim artikel ke majalah atau surat kabar. Kata salah seorang sahabat email resmi seperti itu bisa membawa chance gedhe untuk dihargai yang artinya ada kesempatan pula untuk menang atau dimuat.  Secara ada embel-embel universitas. Haha, tapi itu ga sepenuhnya benar kok buktinya banyak artikel yang aku kirim ga ada tuh yang dimuat. Belum.
Back to the topic, malam-malam habis kelelahan Penjenjangan IMA-G aku iseng tuh ambruk di kasur trus cek semua email aku. Kali aja ada rezeki yang tidak terduga-duga. Dan memang benar ada rezeki di email berakun ITB-ku itu.


Dear,

Pertama nulisbuku.com beserta biovision mengucapkan selamat karena dari sekitar 300 naskah yang kita terima, naskah yang Anda kirim dalam biovision writing competition dengan tema “ Inspiring Teacher My Vision Of Education In Indonesia : Gratitude To My Teacher” masuk dalam 60 besar naskah terbaik. (link pengumuman ada di sini :http://nulisbuku.com/blog/?p=101 )



Ke 60 naskah terbaik akan kami bukukan menjadi 3 buku.

Untuk itu kami mengundang Anda para penulis untuk hadir di acara launching buku “Inspiring Teacher “ yang juga akan diumumkan 10 finalis terbaik dan penyerahan hadiah (simbolis) pada 3 orang pemenang “Jalan-Jalan ke Belitung” 

Huaaaa.. aku langsung bahagia banget saat itu. Aku baru ingat beberapa hari yang lalu aku memang mengirimkan sebuah cerpen bertema Gratitude to my teacher ke Bio Vision yang mengadakan lomba tersebut. Aku tertarik dengan hadiah yang diberikan, bukan berupa uang tapi jalan-jalan ke Belitung. Sebuah pulau denga pantai pasir putih dan penambangan timah di dalamnya. Tidak lupa sebuah pulau yang terkenal sejak buku dan film Laskar Pelangi. Terlebih aku memang ingin traveling ke segala penjuru dunia, meskipun itu di negeriku Indonesia. Cerpen yang aku buat berjudul “Wanita di Bawah Sayap Garuda” yang menceritakan tentang guru Pkn ku di SMA yang disiplin dengan tameng panji-panji Pancasia. Sebenarnya cerpen itu kubuat dengan asal-asalan saja, karena penyakit deadlineku belum juga sirna sehingga cerpen dibuat J- deadline. Masih banyak yang belum direvisi dan masih banyak kesalahan fatal yang dibuat. Tapi dan tapi aku masuk dalam 60 besar yang lolos dari sekitar 300an naskah yang dikirim. Huaa, sesuatu sekali. Walaupun sesuatu sekalinya aku ditulis di bagian belakang daftar seolah aku jadi pemenang terakhir. Ga ada harapan untuk masuk sepuluh besar.



Namaku ada di buku kedua dari tiga buku dan berada di bagian bawah. L


Di dalam inbox itu juga ada undangan untuk launching buku. Yang anehnya mesej itu datang H-1 acara yang artinya aku ga ada persiapan untuk datang. Padahal emang aku ada diklat OSKM dan penjenjangan si, hehe. Singkat cerita aku ga dateng saat launching buku. Terlebih emang bukunya masih self publishing dan ini adalah karya sejenis antologi cerpen. Aku pun random sendiri ngga nyangka karya acak adul itu bisa dibuat buku. Bahkan aku pernah berjanji sebelum pengumuman pemenang aku ngga akan promosiin buku yang berisi cerpenku sekalipun menang. Malu.

Dan teng teng teng! Jreng jreng jreng! Aku masuk sepuluh besar. Dan yah, aku ga bisa dapet juara satu dua dan tiga yang artinya ga akan bisa travelling ke Belitung. Alhamdulilah masih dapet buku itu gratisan. Dan yang bisa aku banggakan royalti yang aku dapet di sumbangin ke kegiatan sosial. Bisa infaq sekaligus berkarya adalah hal yang menyenangkan. Tapi yapp alhamdulilah akhirnya ada karya saya yang bisa dapet penghargaan. Meski bukan yang terbaik tapi ada sedikit penghargaan lah. Mungkin kalau aku bisa fokus dan serius bisa lah dapat sesuatu yang lebih baik lagi.

Semangat!

Bandung, dalam kamar yang dingin di pagi hari 


Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia

Sunday, 17 June 2012

Shopping Summit (?)

Posted by Sosiana Dwi On 1:34 am

Kali ini aku akan membiasakan diridengan menulis hal-hal yang terjadi di sekitar yang mungkin menarik di ungkap oleh seseorang mahasiswa yang masih belajar untuk mengemukakan pikirannya. Anggap saja obrolan ini adalah kajian yang lebih mendalam bila dibandingkan dengan ghibah alias ngeggosip.

Akhir-akhir ini banyak bermunculan organisasi muda yang diusung oleh sejumlah golongan yang menginginkan kemajuan. Salah satu ungkapan Bung Karno yang mengatakan, “Beri aku sepuluh pemuda dan aku akan mengguncag dunia,” sepertinya telah menjadi latar belakang berdirinya banyak organisasi kepemudaan. Jiwa muda yang masih menggebu-gebu dengan lecutan semangat yang mudah tersulut, inspirasi yang masih belum tersandung realita, idealisme yang masih kuat menjadikan pemuda adalah salah satu investasi yang cukup kuat. Para pioner perubahan itu bersamasama untuk memajukan Indonesia melalui gerakan nyata yang bentuknya bisa berupa summit, conference, camp, festival,Model United Nations dan banyak lagi bentuknya. Bagaikan jamur yang tumbuh subur disaat musim hujan semnagat tersebut secara sporadisbermunculan. Kita mungkin pernah atau bahkan sering mendengar gerakan seperti Indonesia Mengajar, Indonesian Future Leader, Indonesian Young Summit Conferences, Indonesian-Indonesian yang lain yang intinya adalah satu : semua gerakan itu dilakukan untuk Indonesia yang lebih baik entah bagaimana caranya. Banyak acara lain pula yang hampir sama menyuguhkan magnet besar bagi pemuda.

Oia, FYI acara tersebut menjadidaya tarik tersendiri untuk para pemuda menge-apply nya. Banyak keuntungan yang bisa diperoleh baik itu dari tujuan dan visi misi acara yang tercapai sampai ke efek samping yang menguntungkan. Sebut saja kita bisa mendapat banyak teman dari penjuru tanah air, peserta yang hadir biasanya tidak hanya berasal dari satu daerah saja namun banyak teman yang bisa kita peroleh. Kalau ada yang menyebut membangun networking itu penting itu pula lah yang akan dirasakan para aplikan yang lolos. Jejaring teman semakin lebar dan luas. Ada pula pengaktualisasian diri melalui upgrading-upgrading yang gerakan mereka lakukan. Banyak pengetahuan yang bisa di dapat dengan mengikuti rangkaian acara tersebut. Menambah pengalaman? Salah satu alasan klasik dan yang pasti akan di dapat karena pengalaman bertemu dengan orang-orang dari seberang pulau di Indonesia mungkin hanya akan di dapat di acara tertentu saja. Selain itu terkadang pembicara dan pemateri adalah orang yang menjadi motivator terkenal sebut saja Anies Baswedan, Dahlan Iskan, Ghoris Mustaqim, Iman Usman, dan masih banyak lagi yang lainyya. Itu belum yang akan diperoleh secara gratisannya bisa mengikuti acara keren tersebut dengan murah maupun dengan gratis.

See? Banyak yang mendasari orang ingin berebut lolos dalam ajang tertentu. Saya? Tentu saja banyak acara yang saya juga ingin merasakannya terlebih visi-misi atau tujuan gerakan tersebut sudah klik di hati. Mengirim esay, CV, menjwab pertanyaan tertentu, harapan-harapan yang ingin dicapai di tuturkan dengan rangkaian kata yang apik. Tentu agar esay kita diterima dan kita bisa ikut acara tersebut. Senang jika lolos dan dongkol apabila tidak bisa ikutan.

Beberapa hari yang lalu saya ngobrol dengan teman yang kata teman saya yang lain dia agak antii untuk ikutan summit-summit semacam itu. Saya sendiri tidak tahu karena pengalaman saya ikut acara seperti itu bisa dihitung dengan jempol. Dia tidak ingin menjadi orang yang diberi istilah shopping Summit. dalam obrolan tersut orang yang ia maksud shopping summit adalah orang yang berburu summit atau apalah itu yang berhubungan dengan gerakan-gerakan tersebut. Tujuannya apa? Dari yang ia ketahui tujuannya pun masih belum jelas. Antara ingin pergi jalan-jalan sampai yang hanya ingin memperbanyak daftar list di CV (Curiculum Vitae) saja. Hal yang kami tuduhkan itu berdasar pada ketidakminatan mereka dalam acara tersebut atau malah ketidak tahuan mereka pada tema yang diberikan. Misal acara bertema pendidikan tapi ada diantara mereka yang malah tidak mengerti apa itu pendidikan dan untuk apa mereka ikut dalam acara tersebut. Kasarnya gak ada passion di situ tapi ikutan nimbrung disitu.

Mau tidak mau itu tetap tuduhan kami yang tidak cukup kuat karena secara pribadi kami belum pernah bertanya langsung dengan mereka itu. Tapi dengan cara tersebut, ketidak tertarikannya itu malah membuat saya menyayangkan kursi yang mereka dapat itu. Kalau saja mereka itu tidak lolos dalam acara tersbut paling tidak kursi yang mereka tempati bisa mereka berikan kepada orang lain yang memang lebih kuat passionnya atau yang ingin memberikan sesuatu setelah acara tersebut. Berikan pada yang membutuhkan. Karena acara kepemudaan itu dibuat tentu saja dengan tujuan agar acara tersebut dapat memberi feed back yang baik kepada lingkungan.

Shopping Summit? why Not
kalau memang summit itu sesuai apa yang kita suka, kita yakin kita dapat memberikan tindak lanjut yang baik, kita yakin dapat menjadi sesuatu yang setelah bergabung di dalamnya. Namun saya mohon buang jauh pikiran menjadi shopping  summit kalau kita hanya ingin nyampah , jalan-jalan, bertujuan yang tidak baik atau malah hanya ingin menambah deretan prestasi kita di CV. Gerakan kepemudaan itu butuh tangan pemuda namun bukan pemuda yang oportunis juga. Luruskanlah niat kita karena semua hal bemula dari niat.

Tulisan ini ingin saya berikan pada diri sendiri. Karena terkadang keinginan untuk serakah dan ingin ikut ini itu kuat mengental dalam pikiran. Lupa pada apa yang saya perjuangkan, lupa pada tujuan awal saya dan kadang lupa pada niat. 
Meluruskan niat adalah salah satu bentuk introspeksi diri bagi saya.


Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia

Restaurant

Posted by Sosiana Dwi On 1:15 am

Siang itu aku random sekali jalan-jalan ke Jatinangor menggunakan bus Damri yang berangkat dari depan Unpad DU. Seru sekali sore itu, naik bus Damri yang ber-AC dan terkantuk-kantuk di dalamnya. Sampai di Unpad pun masih seru aku dan Siti ,yang kebetulan sedang liburan di tempatku, naik angkutan umum Unpad yang bernama odong-odong. Seru sekali menikmati pemadangan alam yang terhampar beserta sawah-sawah dengan angin alam yang berhembus dari jendela tak berkaca itu.

Sebenarnya bukan cerita ketika di Jatinangor yang akan ku ceritakan dan menjadi fokus utama cerita ini. Jadi saat aku pulang kembali ke Plesiran, Tamansari laju bus yang aku naiki membawaku ke awang-awang. Banyak kisah yang merajut di otakku. Salah satunya tentang kebahagiaanku ketika ikut NFEC 2012 kemarin. Sedikit banyak pertemuan kemarin dengan banyak pemuda dan pemudi Indonesia itu telah membuat paradigmaku berubah. Bahkan dalam perjalanan Nangor-DU yang cukup lama itu aku telah memikirkan untuk menyetir passionku ke arah lain yang menurutku merambah ke semua minatku. Aku teringat ucapan kawanku yang kurang lebih seperti ini, “Kamu masih 2011, masih ada cukup waktu untuk mencari passion kamu.” Saat aku bercerita tentang kegalauanku memikirkan passion apa yang sebenarnya mendarah daging di pikiranku. Aku tidak tahu apakah yang kualami saat perjalanan ini adalah euforia kebahagiaan sesaat karena baru saja mengikuti NFEC atau tidak , aku sendiri tidak bisa membedakannya.

Lalu pada saat melewati sebuah restaurant dengan budget yang cukup menjebolkan duit mahasiswa berkantong tipis seperti aku, aku berpikir banyak. Lagi-lagi aku menggalau tentang jurusan yang belum juga ada pengumumannya sampai detik itu. Di fakultasku SAPPK (Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan) terdapat dua jurusan yaitu Arsitektur dan Planologi. Aku  masih terdaftar sebagai mahasiswa tingkat pertama di ITB yang ketentuannya mahasiswa tingkat awal ini belum dapat jurusan. Seringkali ketika ditanya tentang jurusan aku selalu menjawab dengan asal dan bingung karena memang aku belum dapat jurusan saat itu padahal universtas lain sudah semenjak awal. Aku dalam awal pilihannya mendaftar arsitektur karena memang belum mengenal planologi. Namun saat mulai pengenalan tentang planologi aku mulai sedikit demi sedikit tertarik. Tapi aku masih belum punya nyali memilih planologi sebagai pilihan pertama. Aku dulu galau memutuskannya sampai akhirnya aku mengambil arsitektur saja. itu dulu saat pemilihan kuisoner namun tidak saat aku melewati retaurant tersebut. Aku mengaitkan restaurant itu dengan acaraku kemarin dan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini.

Biasanya arsitek mengurusi desain dari rumah orang kaya, bangunan gedung tinggi, (CMIIW) dan tidak lupa juga restaurant seperti yang aku lihat tadi. Pemilik restaurant biasanya memulai usaha dari modal yang telah mereka punya. Modal ada, desain bagus dari arsitek ternama, restaurant laku, masakan enak, harga mahal, dia akan kaya. Lalu aku berpikir bagaimana dengan orang yang tidak berada? Aku pernah mendengar lingkaran setan kemiskinan kalau dipikir-pikir apakah ini adalah lingkaran kekayaan, yang kaya makin kaya dan yang miskin akan terus miskin. Picik sekali pikiranku saat itu. Aku tiba-tiba menyesal memilih arsitektur sebagai pilihan pertama. Aku berpikir aku tidak akan terlalu bisa berbuat banyak jika aku menjadi seorang arsitek. Tanganku tidak akan terlalu banyak menggapainya, sebuah pekerjaan yang sulit itu. Setiran passionku tadi telah mengarahkanku agar aku bisa membantu sesamaku. Agar aku bisa menjadi pendidik walau aku bukan seorang guru. Dan dengan desain yang aku buat jika aku menjadi arsitek aku hanya akan memuaskan para penikmat kopi atau dessert di restaurant mahal tersebut. Aku hanya akan membuat desain. Apakah pemulung, nomaden atau pengamen yang lewat depan restaurant itu akan merasa kenyang dengan desain yang aku tawarkan. Yang ada hanya mereka akan merasa iri tidak bisa menikmati desain yang aku buat sambil makan. Mereka kelaparan sobat! Mereka butuh regulasi ekonomi dan tata perkotaan yang baik agar mereka juga bisa sejahtera walau sebagai kaum urban.

Hapeku bergetar, ada sms masuk. Dari Syaukat, “Masuk mana?” begitu tanyanya. Aku langsung sadar ini adalah pengumuman penjurusan.

Aku segera membuka ol.akademik untuk melihatnya. Seketika aku cemas, aku telah berpikiran saat itu juga untuk mendapatkan planologi. Aku bahkan berharap aku terdepak dari pilihan pertama. Aku hampir kekeuh atas pilihanku itu di saat terakhir seperti ini. Aku cemas, loading hapeku agak lama dan ketika ku klik hasil penjurusan aku mendapatkan tulisan :

ARSITEKTUR

Entah kenapa aku lemas dan tidak seceria teman-temanku yang lain kala itu.

Sekali lagi aku tak tahu apakah yang itu tadi adalah euforia sesaatku saja atau memang pikiran terdalam yang baru saja muncul. Ini hanya pendapat dan apa yang aku pikirkan maaf jika berbeda dengan yang lain tapi aku tidak berusaha mendeskreditkan siapa atau pihak mana pun. Aku tengah galau terhadap hidupku lagi, aku masih berpikir.

Bandung, 17 Juni 2012
dalam pengaduan



Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia

Beranjak Dari Gelap

Posted by Sosiana Dwi On 12:19 am

Beberapa hari ini aku begitu bahagia. Bukan karena penjurusan yang telah menempatkanku pada pilihan pertama Arsitektur bukan pula karena IP semester terakhirku turun jeblok. Atau karena liburan ini diisi oleh diklat masa Orientasi siswa baru OSKM 2012? Tidak juga.

Aku begitu bahagia karena beberapa hari yang lalu aku mengalami sebuah pengalaman baru. Untuk pertama kalinya aku  mengikuti seminar bertaraf nasional dengan dihadiri banyak pemuda dan pemudi se-Indonesia. Walau pun aku sering ikut atau cuma asal ngikut seminar di kampus yang kadang gedhe tapi kali ini lain. Di acara bertajuk National Future Educator Conferences (NFEC 2012) Aku bisa merasakan feel euforia yang berbeda. Andakan saja ada ahli aura di tempat ini aku bisa yakin ada lebih dari 75% orang yang kutemui memiliki semangat yang lebih dari semangat mengguncang dunia. Acara NFEC ini mengumpulkan orang dengan passion yang tinggi terhadap dunia pendidikan. Tapi jangan salah, mereka ini datang bukan dari IKIP, bidang keguruan maupun seorang guru saja namun mereka merupakan orang dari latar belakang keilmuan yang berbeda-beda. Ada yang ahli terhadap hutan, seorang arsitek, kesehatan masyarakat, teknik, ekonom bahkan aku juga menemui beberapa murid SMA yang telah semangat melakukan perubahan. Tentang acara sendiri aku telah beberapa mengupasnya dalam catatan lain di belahan lain blog ini intinya banyak sekali pembicara yang sangat menginspirasi.



Namun bukan soal keseluruhan acara, makanan yang enak-enak tersebut, maupun pembicara yang menginspirasi tersebut yang membuat aku bahagia mengikuti rangkaian acara NFEC 2012 ini. Pertemuan dengan banyak isi-isi kepala yang mempunyai semangat juang tinggilah yang membuat aku seperti disulut senyumnya untuk tak hentinya tersentum bahagia. Aku seperti menemukan keluarga yang akan mendukung segala apa yang kuperbuat. Telah kutemukan pejuang-pejuang kemerdekaan di era pasca kemerdekaan ini. Mereka itu hanya dengan membuat forum diskusi kecil saja bisa membuat kehangatan dalam sekejap. Mereka bukan tipe orang yang tertutup untuk bercerita, mereka terbuka bercerita tentang hidup dan project yang tengah mereka lakukan. Kita seperti telah sahabat lama yang lama tak bersua yang ingin menumpahkan semua cerita. Seolah cerita tersebut sayang untuk tidak dibagi. Diantara mereka beberapa orang sangat idealis. Ada yang dengan kuliahnya di bidang teknik dia tidak ragu untuk mengajar anak SD. Ada pula yang enggan untuk ikut SNMPTN undangan dan tulis karena dia yakin banyak kecurangan dan ke-gambling-an di dalamnya.

w.o.w melihat kegigihan dalam cerita mereka aku merasa malu dengan pencapaian diriku sendiri. Aku merasa belum pernah memperjuangkan sesuatu. Aku ingin membuat perubahan tapi itu hanya terhenti dalam batas konseptual. Aku ingin melangkah namun seribu ketakutan telah membuatku mundur teratur. Aku merasa malu ketika harus sharing project aku hanyalah pemimpi kecil yang tengah meraih bulan hanya dengan bercerita dan bercerita.

Aku bahagia kini bukan karena aku merasa gagal akan pencapaianku tapi aku bahagia karena dengan ikut acara ini aku bisa tersadarkan. Aku terdasarkan oleh kenyataan bahwa untuk meraih bulan aku harus membuat roket untuk terbang dan menembus atmosfer ketakutan-ketakutanku sendiri.
Kuceritakan padamu aku begitu bahagia,

Aku bahagia aku telah sadar dari kegelapan dan akan segera mungkin menyalakan lilin.

Aku bahagia aku bisa melihat dunia! J


Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia

Thursday, 14 June 2012

Derita Ratu Kecantikan

Posted by Sosiana Dwi On 9:27 am


Judul                           : Ratu Kecantikan, Harga Sebuah Martabat (Dalam penerbit lain di beri judul Alivia)
Penulis                       : Langit Kresna Hariadi
Penerbit                     : Edelweiss
Distributor                 : Mizan Media Utama
Tahun Terbit              : 2010
Tebal buku                : viii+302 halaman
Genre                        : Dewasa

Gajah Mada, adalah sebuah buku biografi Patih Gajah Mada yang dikemas apik dalam bentuk fiksi oleh Langit Kresna Hariadi. Pria yang lahir  di Banyuwangi, 24 Februari 1959 adalah penulis roman Indonesia yang sukses membawakan berbagai cerita sejarah menjadi sebuah karya sastra yang bisa dinikmati oleh khalayak ramai. Bukunya yang lain adalah Balada Gimpul, Kiamat Para Dukun, Libby, Melibas Sekat Pembatas,, Kiamat Dukun Santet, dan novel sejanis Gadjah Mada,, Perang Paregres, Candi Murca. Setelah sukses dengan bukunya tersebut ia kembali memikat pembaca oleh sebuah novel yang diadaptasi kisah nyata ratu kecantikan di sebuah daerah kepulauan di Indonesia.
Bertutur tentang Novi Wulandari, gadis belia mantan ratu kecantikan di daerahnya Kepulauan Riau yang menginjakan kaki di Yogyakarta. Awalnya ia sempat ragu dan merasa dibuang di kota pendidikan tersebut karena merasa di pisahkan oleh jerat cinta Haikal, cinta pertamanya di Tanjung Pinang. Namun seiring berjalannya waktu ia tersadar laki-laki macam apa Haikal tersebut.
Dalam ranah rantau tak mudah menjaga kemolekan wajahnya dari pandangan tergiur para laki-laki. Dari mulai Hudioko, senior yang kesetanan mengejarnya dan memojokannya dengan tendesi kebaikan di bioskop dengan pikiran jahat penuh mesum, lalu Busma, pemuda kaya yang selalu berpikir dapat membeli hati dan harga diri –termasuk keperawanan— wanita  dengan hartanya sampai Pak Monde, dosen salah psikologi di kampusnya yang ternyata kesemsem dengannya dan hampir menjeratnya di Hotel Kaliurang. Perjalanan cinta yang busuk yang selalu dapat ia hindari tersebut memberikan trauma yang cukup atas gambaran laki-laki sehingga membuatnya masuk ke dalam sebuah LSM advokasi perempuan di kota Yogya. Kegigihannya dan sepak terjangnya menjaga kehormatan harkat martabat wanita mendudukannya pada jabatan paling penting di LSM tersebut. Bahkan bertemu dengan laki-laki baik hati, tampan, mapan dan seorang pilot pun segera ditepis lamarannya hanya karena idealisme yang tinggi akan sebuah suami. Sampai suatu kali ia justru mendapat pelecehan seksual dari sesamanya di LSM tersebut yang membuat ia mundur teratur dan terus fokus pada mimpinya untuk terus belajar dan mendapat predikat summa-cumlaude.
Di akhir perjalanan pendidikannya dengan tetap menjaga kesucian atas dirinya ia justru tenggalam oleh cinta yang baru sesaat orang baru dikenal hembuskan. Hanya berdasar dejavu yang ia rasakan, seluruh harta yang ia jaga dari laki-laki sebelumnya terengkuh dalam waktu satu malam pada Swanggala, nama samaran seorang pria beristri dan beranak dua. Hamil pun tak dapat ia nyana lagi. Depresi karena tidak mempunyai bapak bagi anaknya dan juga rasa malu karena seperti memakan ludah sendiri atas ucapannya saat menjaga idealismenya, ia hampir memutuskan aborsi dan bunuh diri. Sampai suatu ketika ia mendengar lantun Al-Quran dengan segenap tangis yang luar biasa dalam dari seorang perempuan di seberang kamarnya. Astuti, gadis yang sekarang ia anggap adik sendiri itu ternyata memiliki kesedihan lebih dalam darinya. Ibunya hilang tiga tahun yang lalu dalam perjalanan mencari anaknya Ludi Setiawan, kakak Astuti, yang meninggal karena kecelakaan. Seluruh keluarganya menganggap ibunya telah mati bahkan ayahnya akan segera nikah lagi.
Atas dasar balas budi ia berusaha mencari ibu Astuti. Beruntung Novi menemukan dimana keberadaan ibu Astuti dengan tuntunan Dharmahamca, lelaki berewokan seniman baik hati dan religius. Perjalanan itu membawanya ke Banyuwangi, sebuah kota yang terletak jauh di timur jawa dengan Dharma. Ibu tersebut hilang ingatan, sedikit sakit jiwa dan dirawat oleh keluarga Dharma. Dengan memenuhi nazar Dharma untuk kembali tulus bersih ia mencukur semua berewok yang membuat orang takut padanya yang membuatnya terlihat tampan dan meminang Novi untuknya sebagai cara membantu Novi yang tak bersuami. Nasib berkata lain ketika Dharma telah terlebih dahulu dipinta untuk jadi suami Astuti.
Perjalanan kisah Novi sang ratu kecantikan di pulaunya telah membuatnya trauma dan menutupi kisah hidupnya pada siapa saja termasuk kedua orang tuanya. Alivia adalah anak yang ia lahirkan setelah ia berjuang keras menutup aib dengan rapat namun ia buang segera karena malu untuk merawatnya. Namun Alivia lah yang membuat takdir ibunya bersambut baik.
Sebuah roman wanita yang menyedihkan dan syarat makna. Berisi banyak pendapat perjuangan hak-hak wanita tentang banyak pelecehan yang laki-laki berikan. Sebuah idealisme wanita yang entah kenapa di hancurkan oleh laki-laki pula bakan oleh kaumnya sendiri. Membacanya membuat saya terus menerus bertanya apakah ini tugas wanita, melayani nafsu pria? Sebuah buku yang sangat menarik untuk membacanya sampai tuntas. Sebuah ungkapan kegelisahan yang wanita pikirkan dituturkan dengan gamblang oleh seorang penulis laki-laki. Saya tidak habis pikir buku yang berserak di kumpulan yang terbuang  sanggup menguras air mata dan meruntuhkan pendapat tentang Rego nggowo rupa, harga membawa kualitas. Walaupun cover tak cukup menarik memikat perhatian namun buku ini sampai pada pusat perhatian dalam relung saya.
DSC00698.jpg





Wednesday, 13 June 2012

Tiga Teman Seperjuangan

Posted by Sosiana Dwi On 9:20 am

Selamat malam dunia, 
dan selamat datang pagi di dunia baru Sosiana...

Akan aku suakan salam kehangatan bagi catatan kecilku yang telah menemani aku dalam beberapa masa labilku. Beberapa bulan terakhir ini aku mengenal dengan namanya beragam perubahan yang signifikan. Salah satunya adalah ketika harus lepas dari catatan. Kesibukan atau kesoksibukan membuat sangat terbatas waktu yang disisihkan untuk mengenang dan merumuskan perihal yang terjadi di hati. Sebagai mahluk yang ekstrovert aku merasa momen seperti ini lah yang hilang padahal momen inilah yang mengasyikan. Aku sendiri tidak mengerti yang aku bicarakan dan aku hanya berusaha merumuskan beberapa pikiran yang baur antara senang, sedih, kecewa, putus asa, emosional hingga absurda dari mulai kevakumanku dalam menulis. 

Selama ini aku dikenalkan pada dunia kuliah dan kebebasan. Suatu udara yang membuat aku jungkir alik mati-matian berubah tapi membuat aku lepas. Keadaan dimana aku bisa mencari jati diri dengan utuh tanpa berbenturan dengan paradigma orang lain. Aku mulai mengenal hal yang dulunya gelap dan tabu bagi aku tapi aku menikmatinya. Aku mengenal jiwa-jiwa baru pemandangan yang indah. Spirit baru, orang baru, pengalaman baru, kota baru dan beragam masalah baru. Dalam kebebasanku aku sering halnya tidak merasakan orang lain ada pula yang tidak memiliki kebebesan dan dari hari itulah aku merasakan ada ketidaknyamanan. 

Seperti terlahir kembali ke dunia aku juga masih meraba-raba. Lingkungan fakultas dan pendidikan dari sekolah arsitektur, perancangan dan pengembangan wilayah yang memang aku sukai begitu mendidikku dengan pemikiran baru. Mencari permasalahan adalah tugas wajib yang efek sampingnya malah menjadi task buat kami orang terdidik. Penggemblengan kalkulus, kimia fisika (walau secara tidak langsung) menuntun aku berdiri namun bekal kemanusiaan membuat aku banyak berjalan. Inilah memang tugas manusia untuk berjalan dan menemukan tujuan yang sadar atau tidak kita sedang menuju ke arahnya.

Inilah tantangannya dan dalam menemukan tantangan itu aku dikenalkan pada tiga orang yang sangat random saling berkaitan dan berkenalan dengan hidupku. Mereka aku kenal dengan kehebatannya sebagai diri mereka sendiri. Herawan dengan keberbedaanya dalam hal branding, Siti dengan ibusentris dan prestasinya, Bastian dengan yah seperti yang Siti sebut ensiklopedi berjalannya dan kami dengan kecocokan yang saya tidak pahami. Kami hanya orang biasa saja yang karena cocok menjadi meyatu satu sama lain. 

Kevakumanku menulis notes ini cukup terwakilkan dengan mangatakan bahwa selama ketidak produktifanku terisi dengan tiga orang tadi. Mereka lah yang mengajariku berjalan meski belum pernah berancang-ancang berlari. Tapi apalah arti hidup hanya untuk diam? Perubahan dibentuk karena perpindahan.

Satu yang cukup menorehkan inspirasi dihatiku ketika NFEC 2012 lalu di Sampoerna Foundation, "Bambu selama tiga bulan pertama hanya akan tumbuh sebagai rebung, namun tiga bulan kemudian dia akan menjadi bambu sepanjang lima meter," Kami sedang menumbuhkan bambu teman namun kami masih underground . Yang kami yakin suatu hari kita akan bertunas dan bercokol di bumi pertiwi yang kaya akan bambu ini. :)

Bandung, 13 Juni 2012 


Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia

Sunday, 10 June 2012

Rekam Jejak Kebangkitan 100 Pemuda

Posted by Sosiana Dwi On 6:23 am

NFEC (National Futute Educator Confetences) 2012 suatu acara yang concern ke dunia pendidikan, aku mengikutinya dengan tidak sengaja. Ada suatu email yang menginfokan acara ini padahal aku tidak meng-subscribe event atau organisasi apa pun di emailku. Mungkin ini adalah suatu kebetulan yang indah yang tidak akan lupa aku syukuri karena mendapatkanya. Setelah mendaftar ke acara tersebut aku berharap bisa mendapatkan banyak dari acara ini. Terlebih salah satu passion yang aku ingin gali adalah dari dunia pendidikan. Di masa yang paling labilku sekali pun aku punya banyak passion yang belum aku temukan fokusnya dan berharap dengan ikut partisipan dari youth ESN akan memantapkanku pada jalur pendidikan. Singkat cerita aku lolos ke NFEC 2012 walau pun dari daftar tunggu peserta yang tidak jadi ikut. Tak surut langkahku, aku berpikir aku harus ikut dan berkontribusi lebih walaupun sekecil apa pun langkah yang aku berikan itu.


9 Juni 2012, tepat jam 09.00 rangkaian acara NFEC 2012 dimulai. Aku datang terlambat karena ada insiden ketinggalan travel dan keblabasan. Oia, acara dua hari satu malam itu berlangsung di Sampoerna School Education dan Sampoerna School Bussiness yang terletak di Pancoran, Jakarta. Acara telah dimulai saat aku datang, lalu segeralah kami mengeluarkan jargon NFEC 2012 kali ini yaitu : Muda, Mendidik, Membangun bangsa! Jargon tersebut disertai gerakan yang membuat kami merasa terlecut semangatnya untuk mengapresiasi jargon tetsebut secara nyata.

Setelahnya masuk ke dalam acara plenary 1 dengan tema pendidikan sebagai kunci pembangunan bangsa. Pematerinya adalah Ahmad Rizali yang menyampaikan cerita tentang tantangan pendidikan di masa depan. Dengan memaparkan fakta-fakta yang terjadi di Indonesia kini dari mulai kondisi alam dunia dan Indonesia sampai ke kondisi SDM Guru yang ada sekarang ini.

Dalam plenary yang kedua Adenita (@Adenitaa) , MC, penyiar radio, sekaligus penulis dari Sembilan Matahari dan 23 Episentrum memberikan pendapatnya tentang melangkah dengan hati, passion, dan tentunya cinta. Sesi ini adalah sesi yang menyenangkan dengan kata-kata pengantar semangat yang penuh cinta dari ibu cantik ini.

"Passion lead to succes," ujarnya saat menjawab apa bedanya orang yang sukses dengan yang tidak. Beberapa contoh orang ia ceritakan dari yang mulai berbackground pendidikan teknik dan berpassion kuat ke dunia seni sampai yang melakukan pekerjaan tapi upah yang besar. Segala sesuatu yang dilakukan dengan hati pasti tidak akan membuat lelah dan capek. Karena ketika profesi dibungkus dengam cinta maka akan menghasilkan mahakarya yang tak terduga. Banyak inspirasi yang ia bubuhkan dalam gaya bicaranya yang santai dan tenang. Bertemu dengan orang sepertinya tak akan kusia-siakan dan tak akan ku lepas dalam jejak langkah hari ini.

Setelah mengikuti dua sesi yang luar biasa tiba saatnya kita dikelompokan pada beberapa tema yang telah dipilih. Tema yang aku dapat adalah Green Economy, salah satu tema yang menarik bagi aku yang ingin berkecimpung di dunia lingkungan dan arsitektur. Pembicara adalah orang-orang yang terpilih, mereka adalag Gigih Iman Nugroho dan Achmad Solikhin dari kehutanan IPB. Dua orang tersebut adalah orang yang concern terhadap lingkungan hidup dan telah berkontribusi langsung di dalamnya. Gigih bercerita tentang pengalamannya menjadi jurnalis di Bali. Yang membuatnya merasa aneh adalah ketika ia melihat banyak asing yang justru lebih peduli terhadap sampah di Bali yang telah menggunung. Jepang lah asing yang turun sebagai malaikat tersebut. Dengan permainan edukasi berlabel Bali Eko Karuto ia mengajak anak-anak belajar paham terhadap lingkungan. Sedangkan Imam berkisah proyek penghijauan hutannya melalui anak-anak. Dari Jepara ia mulai merintisnya menanamkan paradigma jika menumbuhkan pohon tak hanya akan menghijaukan bumi namun juga sebagai investasi yang bisa bernilai profit. Banyak lagi cerita orang hebat pioner pergerakan hijau tersebut. Ikut mendengarkan semangat mereka seakan menyiram dan memupuk keinginan di hatiku juga untuk melakukan hal serupa.

Pukul 13.00 kami memulai sesi talkshow dengan narasumber yang boleh dibilang sangat memotivasi di bidang masing-masing. Semua dirangkum dalam kata "we know, we plan, we act,". Kaget juga melihat wajah-wajah artis datang kali ini. Ada Imelda Fransisca, Miss Indonesia 2005, Leo Moko yang mungkin akan lebih dikenal dengan Leo AFI, Nadia Sangga Putra dari Surabaya goes to school, dan komunitas historia Indonesia yang digawangi oleh Asep Kambali, aktifis dan juga guru sejarah. Talkshow berjalan meriah dengan topik dan cerita hidup yang mereka bawa. Bagaimana ternyata Imelda yang cantik dan anggun itu pernah menjadi siswa yang dibully dan menderita anorexia. Bagaimana UNESCO bisa mengubah passion Leo untuk bergerak di dunia kepemudaan. Perjuangan sebuah komunitas belajar di Surabaya Goes To School dan betapa susahnya meyakinkan orang untuk mencintai sejarah negerinya di bawah panji nasionalisme. Sesi ini penuh dengan tepuk tangan dan terasa dalam tepukan tangan itu ada harapan-harapan perubahan. Dan perubahan itu bermula dari perkembangan melalui pendidikan. Pendidikan dapat mengubah segalanya, dan guru adalah agen perubahan itu.


Hari ini Sabtu, 9 Juni 2012 ada 100 pemuda berkumpul dan menjalani pertemuan yang sangat luar biasa ini. Banyak yang bisa diceritakan tanpa harus dituliskan. Aku memilih tidak mengabadikan diri dan acara dengan foto-foto. Aku merekam jejak hari ini dengan tulisan sederhana yang aku persembahkan untuk orang yang mungkin tidak ikut dalam acara namun juga ingin merasaka euforia yang juga aku dan teman-teman disini rasakan. Sungguh satu hari ini semangatku melecut-lecut dan aku dapat terus menerus tertawa lepas. Bertemu dengan kepala-kepala penuh ide, sharing tentang project mereka yang sungguh luar biasa, banyak latar belakang pendidikan yang dibawa dan keberagamaan itu tampak indah jika dirajut dan diintegerasikan dalam satu Indonesia. Aku yakin beberapa tahun ke depan 100 orang yang datang hari ini akab menjadi wakil dari ide-ide mereka dan akan menjadi salah satu tiang pancang yang akan merubah Indonesia. Ini bukan kearogansian semata tapi sebuah doa.


Jika Soekarno berpendapat "Beri aku 10 pemuda maka aku akan mengguncang dunia," maka aku pun yang satu almamater dengannya dapar berkata, " Telah kami berikan 100 pemuda Indonesia, dan kami siap membeli alam semesta,"


Jakarta, 10 Juni 2012

Salam,


NFEC 2012

Muda, Mendidik, Membangun Bangsa


Published with Blogger-droid v2.0.4
  • Contact us

    Sosiana Dwi Architecture 2011 Bandung Institute of Technology