Sunday 17 June 2012

Restaurant

Posted by Sosiana Dwi On 1:15 am

Siang itu aku random sekali jalan-jalan ke Jatinangor menggunakan bus Damri yang berangkat dari depan Unpad DU. Seru sekali sore itu, naik bus Damri yang ber-AC dan terkantuk-kantuk di dalamnya. Sampai di Unpad pun masih seru aku dan Siti ,yang kebetulan sedang liburan di tempatku, naik angkutan umum Unpad yang bernama odong-odong. Seru sekali menikmati pemadangan alam yang terhampar beserta sawah-sawah dengan angin alam yang berhembus dari jendela tak berkaca itu.

Sebenarnya bukan cerita ketika di Jatinangor yang akan ku ceritakan dan menjadi fokus utama cerita ini. Jadi saat aku pulang kembali ke Plesiran, Tamansari laju bus yang aku naiki membawaku ke awang-awang. Banyak kisah yang merajut di otakku. Salah satunya tentang kebahagiaanku ketika ikut NFEC 2012 kemarin. Sedikit banyak pertemuan kemarin dengan banyak pemuda dan pemudi Indonesia itu telah membuat paradigmaku berubah. Bahkan dalam perjalanan Nangor-DU yang cukup lama itu aku telah memikirkan untuk menyetir passionku ke arah lain yang menurutku merambah ke semua minatku. Aku teringat ucapan kawanku yang kurang lebih seperti ini, “Kamu masih 2011, masih ada cukup waktu untuk mencari passion kamu.” Saat aku bercerita tentang kegalauanku memikirkan passion apa yang sebenarnya mendarah daging di pikiranku. Aku tidak tahu apakah yang kualami saat perjalanan ini adalah euforia kebahagiaan sesaat karena baru saja mengikuti NFEC atau tidak , aku sendiri tidak bisa membedakannya.

Lalu pada saat melewati sebuah restaurant dengan budget yang cukup menjebolkan duit mahasiswa berkantong tipis seperti aku, aku berpikir banyak. Lagi-lagi aku menggalau tentang jurusan yang belum juga ada pengumumannya sampai detik itu. Di fakultasku SAPPK (Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan) terdapat dua jurusan yaitu Arsitektur dan Planologi. Aku  masih terdaftar sebagai mahasiswa tingkat pertama di ITB yang ketentuannya mahasiswa tingkat awal ini belum dapat jurusan. Seringkali ketika ditanya tentang jurusan aku selalu menjawab dengan asal dan bingung karena memang aku belum dapat jurusan saat itu padahal universtas lain sudah semenjak awal. Aku dalam awal pilihannya mendaftar arsitektur karena memang belum mengenal planologi. Namun saat mulai pengenalan tentang planologi aku mulai sedikit demi sedikit tertarik. Tapi aku masih belum punya nyali memilih planologi sebagai pilihan pertama. Aku dulu galau memutuskannya sampai akhirnya aku mengambil arsitektur saja. itu dulu saat pemilihan kuisoner namun tidak saat aku melewati retaurant tersebut. Aku mengaitkan restaurant itu dengan acaraku kemarin dan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini.

Biasanya arsitek mengurusi desain dari rumah orang kaya, bangunan gedung tinggi, (CMIIW) dan tidak lupa juga restaurant seperti yang aku lihat tadi. Pemilik restaurant biasanya memulai usaha dari modal yang telah mereka punya. Modal ada, desain bagus dari arsitek ternama, restaurant laku, masakan enak, harga mahal, dia akan kaya. Lalu aku berpikir bagaimana dengan orang yang tidak berada? Aku pernah mendengar lingkaran setan kemiskinan kalau dipikir-pikir apakah ini adalah lingkaran kekayaan, yang kaya makin kaya dan yang miskin akan terus miskin. Picik sekali pikiranku saat itu. Aku tiba-tiba menyesal memilih arsitektur sebagai pilihan pertama. Aku berpikir aku tidak akan terlalu bisa berbuat banyak jika aku menjadi seorang arsitek. Tanganku tidak akan terlalu banyak menggapainya, sebuah pekerjaan yang sulit itu. Setiran passionku tadi telah mengarahkanku agar aku bisa membantu sesamaku. Agar aku bisa menjadi pendidik walau aku bukan seorang guru. Dan dengan desain yang aku buat jika aku menjadi arsitek aku hanya akan memuaskan para penikmat kopi atau dessert di restaurant mahal tersebut. Aku hanya akan membuat desain. Apakah pemulung, nomaden atau pengamen yang lewat depan restaurant itu akan merasa kenyang dengan desain yang aku tawarkan. Yang ada hanya mereka akan merasa iri tidak bisa menikmati desain yang aku buat sambil makan. Mereka kelaparan sobat! Mereka butuh regulasi ekonomi dan tata perkotaan yang baik agar mereka juga bisa sejahtera walau sebagai kaum urban.

Hapeku bergetar, ada sms masuk. Dari Syaukat, “Masuk mana?” begitu tanyanya. Aku langsung sadar ini adalah pengumuman penjurusan.

Aku segera membuka ol.akademik untuk melihatnya. Seketika aku cemas, aku telah berpikiran saat itu juga untuk mendapatkan planologi. Aku bahkan berharap aku terdepak dari pilihan pertama. Aku hampir kekeuh atas pilihanku itu di saat terakhir seperti ini. Aku cemas, loading hapeku agak lama dan ketika ku klik hasil penjurusan aku mendapatkan tulisan :

ARSITEKTUR

Entah kenapa aku lemas dan tidak seceria teman-temanku yang lain kala itu.

Sekali lagi aku tak tahu apakah yang itu tadi adalah euforia sesaatku saja atau memang pikiran terdalam yang baru saja muncul. Ini hanya pendapat dan apa yang aku pikirkan maaf jika berbeda dengan yang lain tapi aku tidak berusaha mendeskreditkan siapa atau pihak mana pun. Aku tengah galau terhadap hidupku lagi, aku masih berpikir.

Bandung, 17 Juni 2012
dalam pengaduan



Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia

Categories:

1 comment:

  1. Sosi, itu yang di atas kok belum diganti Mahasiswa Arsitektur? Masih TPB, :) hehe^^

    ReplyDelete

Bahasa menunjukan bangsa, jadi pergunakanlah bahasa yang baik dengan format sopan santun yang telah ada :)

  • Contact us

    Sosiana Dwi Architecture 2011 Bandung Institute of Technology