Monday 23 April 2012

Penggunaan Re-Use : Niat Baik yang Salah Kaprah

Posted by Sosiana Dwi On 9:22 pm



Nama dari kertas re-use pertama kali aku dengar dari kampusku, ITB. Berawal dari zaman PROKM ITB (Pengenalan Ruang Orientasi Keluarga Mahasiswa ITB) atau biasa dikenal dengan ospek dimana saat itu kita diwajibkan membuat sebuah buku dari sisa kertas yang sudah tidak terpakai lagi bagian belakangnya. Itupun awalnya aku salah dengar, aku kira penulisan re-use adalah Rius. Maklum aku benar-benar anak desa yang lumayan katro.

Sebenarnya konsep kertas re-use sudah aku aplikasikan lama sebelum ini hanya saja dahulu aku tidak tahu istilah kerennya. Biasanya aku menggunakan kertas sisa itu untuk coret-coretan rumus saat ulangan atau latihan soal. Jadi hal itu tdak asing, namun kali ini lain karena pemakaiannya agak dipaksakan.

aku yang merupakan anak baru dalam dunia mahasiswa sekaligus pula anak baru di Bandung tidak tahu mesti berbuat apa padahal spek tersebut harus tersedia esok hari. Kertas re-use tersebut mencari dimana saja aku tidak tahu padahal aku sendiri baru saja pindahan ke kos baru. Itupun belum semua barang-barangku terpindahkan.

Hal yang pertama yang aku lakukan untuk memenuhi perintah membuat buku re-use tersebut adalah ke tukang fotokopian. Karena aku belum punya kertas apa pun yang bisa di jadikan re-use paling banter adalah kertas legalisasi ijazah. Hal tersebut juga karena perintah kakak taplokku atau kakak pembimbingku.

Pergilah aku ke Fotokopian terdekat kosan, aku minta sama mas-masnya dan ternyata banyak yang mencari spek tersebut sehingga kertas re-use itu sudah tidak tersedia lagi. Dengan akal cerdik akhirnya kertas re-use tersebut aku hasilkan dengan cara memfotokopi kertas A4 biasa dengan sembarang data lalu kertas putih di baliknya aku gunakan sebagai kertas re-use yang dimaksud oleh kakak-kakak itu. Sebenarnya dalam hati aku pikir ini pekerjaan yang ekstra double, pertama memfotokopi kertas bersih dengan sesuatu yang asal saja sehingga kertas itu telah di katakan "re-use". Padahal "use" apa yang telah kita lakukan? "Use" tersebut bisa dikatakan pemaksaan untuk penggunaan.

Telah lama semenjak kejadian itu aku baru tahu jika penggunaan kertas re-use itu ada makna dan tujuannya. Ternyata re-use bertujuan agar kita bisa menggunakan kembali kertas sisa fotokopian yang biasanya selalu sisa bagian putih di belakangnya. Agar kita bisa hemat kertas dan mendaur lagi kertas. Pada dasarnya kertas itu dibuat dari bubur pohon sehingga semakin banyak kertas yang kita butuhkan semakin banyak pula pohon yang ditebang. Mulia niatnya namun bagiku kacau implementasinya.

Pekerjaan macam itu bukannya malah membuang-buang kertas baru dengan fotokopian hal yang tak berguna. Padahal kertas yang difotokopi pada sisi sebelahnya bisa digunakan kan? Atau dengan kata lain dua sisi kertas bisa digunakan jika kita tidak mematuhi aturan re-use yang konyoll tersebut. Ini tak lepas dari andil salahku yang sudah mahasiswa namun tidak bertanya lebih “Kenapa aku mesti nurut aja?” atau “Buat apa pekerjaan itu?”. Tapi apa daya tidak semua orang punya kertas bekas di kamar kosnya atau bahkan rumahnya. Tidak semua menggunakan kertas di rumahnya, karena tidak semua keluarga bekerja dengan kertas. Atau anak baru sepertiku yang mulai kuliah saja belum sudah ada kertas sisa.

“Harusnya kan kalian usaha mencari kertas sisa!”

Kita bisa saja mencari kertas bekas di perkantoran apabila sempat tapi apabila waktu tidak sempat apakah kita juga mesti nurut juga?

Celotehku saat ini hanya ingin mengungkapakan kalau penggunaan kertas re-use itu baik, kita bisa menggunakan kembali kertas sisa yang tidak terpakai. Tapi hal tersebut tidak perlu dipaksakan apabila memang tidak ada lagi kertas re-use. Kita gunakan saja kertas biasa yang masih kosong sebagai spek kita tersebut. Dengan begitu sisa kertas di bagian belakangnya bisa digunakan sebgai re-use di kemudian hari. Tidak ada yang terbuang dan program recycle kertas masih dapat kita lakukan walaupun tidak dengan doktrin spek kertas re-use.

Sampai saat ini saya yang masih ‘nurutan’ telah menggunakan hampir lebih dari 3 buku yang terbuat dari kertas re-use bohongan. Dan saya telah menyesal berbuat hal bodoh tersebut.

 Silahkan berkomentar, mahasiswa harus idealis!

Sumber : google.com
Categories: ,

2 comments:

  1. fleksibel terhadap cara.

    niatnya bagus, tp karena kaku dalam implementasi, ya jadinya malah menghasilkan akibat buruk yg lainnya.

    mungkin aku hnya butuh satu buku tulis (bigboss) utk semua matkul dalam satu semester. wkwkwk,.,.

    ReplyDelete
  2. Ini buat acara di luar kampus mas, kayak ospek unit dll lah

    ReplyDelete

Bahasa menunjukan bangsa, jadi pergunakanlah bahasa yang baik dengan format sopan santun yang telah ada :)

  • Contact us

    Sosiana Dwi Architecture 2011 Bandung Institute of Technology