Friday 31 December 2010

Biang Kerok BANDIT ( PART 1)

Posted by Sosiana Dwi On 3:00 pm

sebelah kanan adalah Om Najib ( keren dengan Ninjanya, agak mesum pikirannya, hehhe)

sebelah kanan najib ada Daning (anak bharega-PMR-, selalu dekat dengan Fika, pernah cinlok sm Aga di Bali)

kanannya lagi Yanuar / Yanu (agak pendiam di kelas, tapi menjabat wakil pradana pramuka lho )

samping kanannya adalah Okvita/ kunyil/pithik ( yang paling pendiam, agak tomboy, suka warna hijau, pendiammmm bgt, rela diapa-apain, bahkan bayarin kas anak kelas ^^)

sampingnya lagi adalah Akrom/ Fuqo/Tofu (ketua kelas paling imut sedunia, diangkat jadi ketua kelas seumur hidup, pendiam dan selalu terimaan jika dikerjai anak kelas)

terakhir adalah Jayanthi/ Dje ( yang paling endut , nak teater, bisa main biola, yang suka ngasih jarkom)



other photo


to be continued.....

Good Bye 2010 , Welcome 2011

Posted by Sosiana Dwi On 2:38 pm
hari ini yang cerah tak seperti biasanya
Desember yang terakhir menyambutku
31 Desember
esok itu tahun baru...
aku tak pernah merasa ada perbedaaan hari ini atau ketika hari esok
esok tetap sama
semoga matahari tetap menyinari seterang biasa dan lebih penting lagi matahari tetap terbit di sebelah timur
aku akan tetap berusaha tersenyum untuk menyambutnya
oke....
now..
banyak sekali kesalahan yang telah kuperbuat semasa 2010
aku lalai
aku bodoh
terlalu banyak kesalahan yang telah kuperbuat di tahun ini
semisal aku telah berhasil laki-laki pengganggu di tahun sebelumnya dan menggantinya dengan 2 sosok yang baru yang anehnya berulang tahun di hari yang sama.
mesngisi mereka di hari-hariku
mungkin karena kelalaianku aku ceroboh.
dan nilai-nilaku banyak yang turun

ya , tapi tidak untuk tahun ini. 2011
aku ngga akan mengatakan kata menyesal kalau-kalau aku gagal meraih mimpiku di tahun ini
aku harus kuliah!!!
aku harus masuk STAN
tapi aku juga ga menutup mata untuk sekolah lain juga
peringkatku di TO STAN kemarin menyadarkanku kalau aku memang ordinary people
aku masih banyak kekurangan
aku harus bisa menutupi dan memperbaikinya
kini aku akan mencoba menjalai hidup yang "prihatin"
dengan batuan segenap keluarga
ibu bapak mamas
pacarku tercinta yang hebat
yang mengenalkanku akan birokrasi tak selamanaya buruk
"Ogi Setiawan"
aku bangga pada kalian
dan ngga akan kujatuhkan kepercayaan kalian

lalu aku sambut 2011 dengan senyuman =)

Saturday 18 December 2010

Aku dan Duabelas IPA 4

Posted by Sosiana Dwi On 11:28 am
aku terdanpar di kleas yang ramai nian dan pintar-pintar.begitu awal kisahnya.
ada nungky ( cewe dengan segala kepintaran di biologi, peraih medali perunggu OSN bio dan ranking paralel SMA)
ada sofian ( ketua OSIS, debatter bahasa inggris)
ada bani ( ketya MPK )
ada tryoso ( ketua Satria Nusantara)
ada ufan ( paskikab dan ketua merpati putih)
ada nanda ( ketua teater yang main dramanya bagus)
ada banyak sebenarnya yang ga bisa di sebutin satu per satu.sedang aku?
haaaa.....
apa yang aku perbuat?
hampir ngga ada...
itu perkiraan awalku.
namun sayang semya berubah setelah menikmati kebersamaan kelas selama beberapa lama
yang hebat-hebat yang sering membanggakan nama sekolah tertilap mereka yang sering buat onar.

( to be continued)

Thursday 16 December 2010

Mimpi dan Masih Bermimpi

Posted by Sosiana Dwi On 3:26 pm

Mimpi ini
Untuk jelajahi alam semesta dan ungkap misterinya
Untuk arungi samudera dan menyelam bersama cerita
Untuk daki gunung tertinggi dan bebas bersama angina matahari
Untuk keliling sahara dan dehidrasi bersama fatamorgana
Untuk berselimut dingin dan hangat bersama nafas mimpi
Untuk terbang beradu di langit biru dan menari bersama mega

Hingga angan itu terjemput awan jingga lalu menyanyi lagu senja

Di ufuk lain kilau warna warna-warni
Biasan mentari dalam semburat pelangi
Dalam spectrum itu
Kutulis janjiku satu demi satu
Tentang mimpi yang tak lekang waktu
Lepas hujan ia akan menagihnya
Meniti tangga perjuanagn sampai ke surga

Sunday 12 December 2010

my image

Posted by Sosiana Dwi On 5:20 pm

kalau ingin tahu foto diriku ya ini.
ini dibuat sesuai dengan foto asli.
kalau aku bilang si lumayan mirip lah....

Piala Citra Sedang Sakit

Posted by Sosiana Dwi On 5:13 pm
Kisah Pelajar Desa Raih Piala Citra (1) Film pendek berjudul Pigura besutan duo sutradara dari SMPN 4 Satuatap Karangmoncol, Purbalingga, berhasil menyabet Piala Citra untuk Kategori Penghargaan Khusus dari Dewan Juri. Wartawan Suara Merdeka, Sigit Harsanto, mencatat upaya sekolah terpencil itu mengukir sederet prestasi bidang perfilman.

SEJAK kali pertama digelar pada 1955, Piala Citra masih tetap menjadi penghargaan paling prestisius bagi insan perfilman di Tanah Air. Namun, bagi remaja yang menyutradarai Pigura, Darti (15) dan Yasin Hidayat (13), penghargaan itu dianggap sama seperti hadiah ketika menjuarai berbagai lomba lainnya.

’’Piala Citra-ne mriang, agi tek bondhol klambi men anget njur mari maning (Piala Citra sedang sakit, sekarang sedang saya bungkus baju biar sehat kembali-Red),’’ kelakar sutradara Darti saat dijumpai di kediamannya di Grumbul Arca, Desa Karangmoncol, Purbalingga, Kamis (9/12).

Rupanya sejak diserahkan pada malam penganugerahan Festival Film Indonesia (FFI) 2010 di Ballroom Central Park, Jakarta Barat, Senin (6/12), piala tersebut hanya ditaruh di dalam lemari pakaian di dalam kamar yang lantainya masih beralas tanah. Seperti penghargaan terdahulu yang pernah diterimanya, putri pasangan buruh tani, Kinarja dan Yatimah itu, bakal menyerahkan piala tersebut untuk dipajang di sekolah.

Sebelumnya, melalui film Baju Buat Kakek, Darti meraih penghargaan Aktris Terbaik Festival Film Anak (FFA) Medan (2009). Film yang sama pada ajang yang sama juga menyabet penghargaan Film Terbaik, Sutradara Terbaik (Misyatun, Kelas VIII) dan Editor

Wednesday 8 December 2010

Film Pendek Masih Terabaikan

Posted by Sosiana Dwi On 11:48 am


Padahal,film yang
Indonesiajustru adadi film-filmpendek.
Oleh Mohammad Akbar
Di tengah persaingan sarat konflik terhadap nominasi film cerita pada gelaran Festival Film Indonesia (FFI) 2010, mungkin banyak pihak yang telah melupakan film pendek. Film pendek merupakan salah satu kegiatan yang turut dilombakan pada festival pelat merah" ini. Film ini rata-rata berdurasi 30 menit. Di sini, tak ada keriuhan, apalagi tarik ulur kepentingan. Bahkan, hampir sebagian besar wartawan peliput FFI terasa begitu abai untuk memberitakan bahwa di Batam, Ahad (28/11), FFI telah mengumumkan nominasi film pendek dan film dokumenter.
"Begitulah industri film kita. Keberpihakannya masih condong kepada film panjang (film cerita). Padahal, kalau kita mau jujur, film pendek itu adalah laboratorium pembuatan film. Bahkan, film Indonesia yang sebenarnya, ya ada di film pendek," kata Dimas Jayasrana, salah satu juri film pendek, dalam obrolan dengan Republika. Dimas tak sekadar berupaya memberikan pembelaan terhadap jerih payah yang telah dilakoninya. Namun, dari 67 judul film yang telah didaftarkan, lima judul film di antaranya telah dinyatakan lolos untuk bersaing. Dimas mengatakan, begitu tampak keragaman tema cerita lewat pendekatan lokal Indonesia.
Pendekatan lokal di sini merujuk pada pen-cernaan tema yang berasal langsung dari wilayah sekitar pembuat filmnya berada, hingga dialog- . dialog yang masih memakai bahasa lokal. "Bisa dibilang gaya pencernaan dan dialog semacam itu akan sangat sulit untuk ditemukan pada film panjang nasional kita," kata Bowo Leksono, anggota dewan juri film pendek lainnya.
Bowo sendiri merupakan salah satu pegiat pembuat film pendek dari komunitas lokal Banyumas Raya. Dalam wilayah Banyumas Raya ini berisi empat kabupaten, yakni Purbalingga, Banjarnegara, Cilacap, dan Banyumas.
Dari 67 film yang masuk ke dalam meja dewan juri film pendek itu. Bowo mengakui ada salah satu karya pelajar SMP asal Banyumas Raya. Film berjudul Pigura itu bercerita tentang kerinduan anak-anak terhadap bapaknya. Dialog yang digunakannya adalah bahasa Banyumasan.
Selain tema cerita lokal ala Pigura. Bowo mengatakan, cerita yang ada di film pendek FFI 2010 sangat luas. Dalam film Timun Mas, pembuatnya mencoba meracik ulang legenda Timun Mas tersebut dalam bentuk animasi. Selanjutnya, ada Marni yang bercerita soal Petrus (penembak misterius) dalam lokal Yogyakarta masa kini.
Lalu, Sang Penggoda bercerita tentang terorisme. Kelas 500-an seputar persoalan lokal di Jawa yang dikemas dalam dialog berbahasa Bojonegorom, serta Angin mengenai perjalananspiritual seorang anak manusia untuk berusaha menjadi lebih baik.
"Semuanya digarap dengan teknik pembuatan film yang baik dan rapi. Kami saja bahkan sangat sulit untuk menentukan siapa kira-kira yang akan bisa menang," kata Dimas.
Mengenai masih terjadinya Jawa-sentris pada isi cerita film pendek. Dimas menilai hal tersebut kemungkinan terjadi akses untuk mengirimkan karya ke FFI masih lebih luas dari para pembuat film pendek asal Jawa. "Memang ada beberapa pembuat dari luar Jawa, tetapi jumlahnya masih sangat sedikit. Kemungkinannya, minimnya publikasi di luar Jawa sana." kata dia.
Peran pemerintah
Terhadap minimnya perhatian yang terjadi pada kegiatan film pendek di FFI 2010 ini menjadi semacam cerminan dari bentuk kurang pedulinya pemerintah terhadap karya "ini. Sejauh ini, kata Dimas, ruang untuk memutarkan film pendek sceara massal hanya ada di bioskop jaringan Blitz maupun beberapa pusat kebudayaan asing yang ada di Indonesia.
"Kalau kita melihat jaringan bioskop yang ada sekarang, semuanya masih didominasi dan dimonopoli oleh film panjang. Untuk film pendek, rasanya sangat sulit untuk mcncmbusnya," kata Dimas.
Padahal di luar negeri, kata pria yang juga bekerja pada pusat kebudayaan Prancis ini, perhatian pemerintah terhadap geliat dan kemajuan film pendek sangat besar.
"Di beberapa negara Eropa, seperti Belanda, Jerman, maupun Prancis, perhatian terhadap film pendek sangat besar. Tak cuma memberikan bioskop yang bisa ditonton untuk umum, dalam proses produksi mereka juga memberikan banyak kemudahan kepada para pembuatnya," ujar Dimas. ed darmawan sepriyossa

Anak Desa Sabet Piala Citra

Posted by Sosiana Dwi On 11:42 am
TEMPO Interaktif, Purbalingga  - Sebuah film pendek karya Darti dan Yasin berjudul Pigura, berhasil menyabet piala citra dalam gelaran Festival Film Indonesia 2010. Mereka mendapatkan penghargaan khusus kategori film pendek di ajang tertinggi perfilman Indonesia itu.

“Saya tak menyangka film yang dibuat anak-anak SMP 4 Karangmoncol Purbalingga bisa menang di FFI,” terang Aris Prasetyo, Guru Sinematografi SMPN 4 Karangmoncol, saat dihubungi Tempo, Selasa (7/12).

Aris mengatakan, menurut Ketua Dewan Juri Film Pendek Agni Ariatama, film Pigura berhasil menyabet penghargaan tersebut sebagai bentuk apresiasi terhadap semangat, motivasi, dan inisiatif kelompok berbasis komunitas dalam pengembangan kesadaran terhadap bahasa audio-visual ditingkat akar rumput. “Dengan segala keterbatasannya, mereka mampu menghadirkan karya yang baik,” kata Agni.

Koordinator Komunitas Pecinta Film Purbalingga, Bowo Leksono, yang pertama kali mengenalkan film pendek di Purbalingga mengaku cukup bangga karya ‘anak desa’ sudah bisa diapresiasi di tingkat nasional. “Jangan hanya berhenti di sini dan jangan cepat puas. Anak-anak harus bikin film yang lebih bagus lagi dengan cita rasa lokal,” katanya.

Ia mengaku cukup senang, apa yang dirintisnya sudah masuk ke kurikulum sekolah-sekolah. Tahun ini, kata dia, akan digelar kembali festival film pendek Purbalingga yang ke lima untuk menjaring karya-karya baru buatan anak-anak sekolah. “Konsepnya layar tanjleb, karya mereka akan diputar di desa-desa,” katanya.

Sedangkan sutradara peraih piala citra tersebut, Darti dan Yasin, mengaku sangat bangga karyanya bisa menang di tingkat nasional. “Senang, bisa ketemu langsung para pemain film. Membayangkan kelak bisa menyutradarai mereka,” ujar Darti.

Sedangkan Yasin mengaku senang bisa berfoto bersama aktor dan aktris untuk ditunjukkan pada teman-teman dan orang-orang di desanya. “Kapan lagi bisa foto bersama artis,” katanya lugu. Keduanya kini masih duduk di bangku kelas IX dan VII SMP 4 Karangmoncol, Purbalingga.

ARIS ANDRIANTO

Monday 6 December 2010

Posted by Sosiana Dwi On 12:10 pm

Hujan Abu-Abu

Posted by Sosiana Dwi On 11:43 am
Hujan Abu-abu

Hari ini....
Di daerahku.....
Ratusan mil jauhnya dari gejolak awan panas
Gugusan wedhus gembel
Tercurah hujan abu......
Mendebukan segala bersih
Dan memudarkan hitam dan putih

Hari ini
ratusan orang menderita
Melihat sanak saudara hitam terluka
Dan kita melihat mereka merana

Hari ini dan hari-hari sebelumnya
Di suatu negeri antah berantah
Yang dekat dan selalu terjamah
Tercurah hujan abu-abu
Mebodohkan negeri dengan hitam dan kebohongan 
Dan memudarkan hitam dan putih
Mana hitam ? mana putih? Bahkan kita tak pernah sadar
Suatu negeri yang mendoktrinkan keadilan
Yang bahkan dapat dibeli dengan uang
Para wedhus wedhus dan gembel-gembel

Hujan abu terjadi hari ini saja di daerahku
Namun hujan abu-abu selalu dan masih menimpa negeri itu
Sungguh nelangsa dan merana

Hari ini dan hari-hari sebelumnya
Ribuan orang menderita
Melihat penguasa bersenang-senang di atas sana
Melihat hitam-hitam yang menodai keadilan
Dan kita melihat mereka merana
Menjadi bagian dari realita

Hitam itu tak pernah terjamah, putih itu akhirnya selalu mengalah
Yang hitam menjadi tabu untuk dilakukan , yang putih menjadi ketinggalan zaman

Ya.. itu terjadi di negeri antah berantah
Aku kata mereka, yang hidup merana di negeri sana
Aku hanya terdiam tak berbuat apa-apa
Karena aku melihat ini adalah bagian dari hujan abu-abu
Aku buta karena itu,
Karena semua tinggal debu yang menyisakan sesak di hati mereka

Sore ini....
Di daerahku.....
Tercurah hujan air.....
Menyejukan hari secara bersih
Dan memudarkan kekotoran

Sore ini dan semoga untuk kedepannya
Di negeri antah berantah itu
Yang dekat dan selalu terjamah
Tercurah hujan air bahagia
Menyadarkan negeri dengan putih dan kebenaran 
Mana hitam ? mana putih? Yang dapat mereka bedakan
Suatu negeri yang penuh keindahan
Yang bahkan dapat dilihat dengan senyuman

Semoga...
Semoga saja..
Kita berdoa....

Saturday 4 December 2010

Doa Seorang Atheis

Posted by Sosiana Dwi On 1:08 pm
Berawal kisah saat aku masih belia


Ketika kau masih tertatih mengeja nama

Aku telah berulah

Menjelajah dimensi sains

Lewat kacamata Hawking dan Darwin

Bersama mereka

Berbaris ribuan fakta

Menindas spiritual

Merajai intelektual

Bersama mereka

Berderet ribuan tanya

“Dimana Tuhan?”

“Apa Dia ada untuk menjawab pertanyaan?”

“Atau hanya muncul dalam kitab yang diwariskan?”

Huft... aku tak tahu

Lalu sadarku mendewasakanku

Mata ini terbuka dan ini nyata

Kejam itu merajam sendi ketidakadilan

Disana,

diatas milyaran uang rakyat mereka tertawa

Tak mau buang waktu untuk sekedar sembayang

Sedang disini,

ribuan doa, jua tak buatku kaya apalagi bahagia

pecah hatiku meronta “Arghh!” aku berteriak,

di antara perih yang menghimpit

yang menjadi cadas di jalanku yang sempit

Tapi semua usang layaknya sepeda tuaku

Seperti mimpi-mimpiku

Seperti beban di pundakku

“Dimana Tuhanku Yang Mahaadil?”

“Apa Dia ada? Diantara jerit dan doa?”

“Apa Dia juga ada diatas nista dan derita?”

Lagi-lagi aku tak tahu...

Detik yang sesaat

Kutelusuri jalanku yang sesat

Pola pikirmu yang sederhana

Tak untukku yang susah dan resah

Aku limbung dalam bingung

Bagai balita kehilangan ibunya aku bertanya

“Dimana Tuhanku?”

….....

Aku butuh jawaban!

Bukan makian dan sindiran!

Bukan titel “Atheis” yang kuharapkan!

Bukan ayat-ayat kemunafikan!

Aku semakin limbung dan bingung

Lalu aku sendiri dan mencari

Jalan sesatku ini







“Oh Tuhan...(jika memang ada)”

“Dimana Engkau”

Kali ini dan untuk kesekian kali

Ku bertanya dan berdoa

Entah untuk-Mu atau logikaku

Aku mencari-Mu dalam gugusan bintang

Aku menanti-Mu dalam dehidrasi siang







Aku memimpikan-Mu dalam fatamorgana padang

Karena kejadian manusia dan alam semesta

Pasti kan ada jawabnya

Mungkin Engkau Tuhannku (jika memang ada),

mungkin sang alam dan para ilmuwan,

atau penderitaaanku yang mengaburkan logikaku





ditulis untuk tugas bahasa indonesia tentang balada. karena aku ngga punya kisah hidup yang indah akhirnya aku mengisahkan temenku. walau aku ngga minta izin dulu ke ida. tapi ya sudahlah. balada dia tas sebenarnya mengisahkan tentang teenku yang mencari aTuahnnya. pernah vacum kepercayaan selama beberapa waktu. tapi sekarang dia sudah menemukan Tuhan.
mencari Tuahan itu lebih indah daripada kita diberi dari orang tua kita lho...
begitu katanya

Posted by Sosiana Dwi On 1:03 pm
hadoh hadoh..
gambar prespektif kursi yang awalnya buat aku bete.
susah banget gila. padahal cuma bentukan angka empat kayak gitu doank.
gurunya cepet banget lagi neranginnya. aku kan tambah pusing..
tapi setelah tau kalo gambar kayak gitu pake titik hilang sim salabim..
jadi gambar kursi yang dapat nilai 9..
ahihihihihi

ada yang pesen gambar itu smaa aku . lumayan ditraktir ayam goreng satu bungkus. hehehe
menyenangkan ya punya bakat itu...

Posted by Sosiana Dwi On 12:57 pm
ini gambar prespektif untuk tugas seni rupa. awalnya aku mati-matian ga bisa buat. tapi setelah tau tehniknya, it's easily guys!! ^^
ya sudah semenjak itu aku punya ide gila buat menjual gambar-prespektifku ke teman-teman. seharga Rp 5.000,00 sampe Rp 20.000,00
lumayan bisa nambah uang jajanku yang pas-pasan.
itu juga karena teman-temanku yang malas buat gambar. padahal kalu latihan pasti bisa lah!!

aku juga kudu berterimakasih sama Pak Purwanta. karena berkat jasanya aku jadi tahu ternyata bakatku adalah nggambar! buat desain kamar! geometri! pandang ruang ( ternyata tak dinyana-nyana pandang ruangku bagus juga lho di IQ, hehehe)

sejak itulah mimpiku yang semula ga da gambaran mau jadi apa setelah lulus SMA nanti jadi sedikit cerah. aku mau masuk ARSITEKTUR!!
memang kalo arsitek itu masuk teknik tapi aku pengen. aku yakin bisa mengatasinya. aku ga tau ini bakat atau cuma kemampuan biasa- biasa aja . tapi aku berharap ini anugrah Tuhan buat aku.
ARSITEKTUR ! tunggu aku/

Kertas Buram

Posted by Sosiana Dwi On 12:02 pm
Sabar mengadu dalam sepi
keheningan lewati detik jam berbunyi
mengirama malam
dalam dendang diam meredam

jaga mata tertawa
walau lelah kantung hitam
bergelayut dinding resah
membendung kaca air lelah

jaga hati percaya
ada belai lembar buram
disetiap kusam perih yang terpintal

bunyi aroma malam
yang pekat nan memabukkan
memudar buram buram kertas
hah...

aku menghela diam
dendang ragu akan masa depanku
akankah nanti jalan yang kulalui
sekisut jalinan tulisan ini
akankah visul masa depanku seburam kertas-kertas kopian ini??

sang malam diam dalam dendang
Sang Tuhan menyimpan jawaban
  • Contact us

    Sosiana Dwi Architecture 2011 Bandung Institute of Technology