Puisi ini aku sempatkan tulis sewaktu aku masih dalam taraf galau-galaunya. Daripada dibuang sayang aku tuliskan kembali dalam blogku, :)
makian dendam kembali berdendang,
membusuk, menjadi kompos,
namun
kembali menumbuhkan pucuk-pucuk bunga di serambi rumahku,
akankah ku telan pahit buahnya,
seranum makian ludahku ini,
sehingga
kelu...
ketika kurasakan suara ini tercekat sepersekian inci dari hari itu,
sepersekian sekon membawaku pada rasa sakit pada kakiku,
untuk lepas dari sekedar kepura-puraanku,
bahwa aku terkena candu akan kepahitan ,
yang membawa kenikmatan untuk mencicipi lagi dan lagi,
aku ingin kembali menghadirkannya,
mencium wangi ranumnya,
atau kini ia telah menjadi milik orang ,
tak adakah waktuku untuk mencuri kembali buahnya ,
menghadiahkannya sebagai santap malam-malamku,
sebagai obat rasa kantukku,
agar aku kembali tidur
tidur dalam pembaringan ini
selamanya sebelum aku tak sempat
menuju hari bahagia....
makian dendam kembali berdendang,
membusuk, menjadi kompos,
namun
kembali menumbuhkan pucuk-pucuk bunga di serambi rumahku,
akankah ku telan pahit buahnya,
seranum makian ludahku ini,
sehingga
kelu...
ketika kurasakan suara ini tercekat sepersekian inci dari hari itu,
sepersekian sekon membawaku pada rasa sakit pada kakiku,
untuk lepas dari sekedar kepura-puraanku,
bahwa aku terkena candu akan kepahitan ,
yang membawa kenikmatan untuk mencicipi lagi dan lagi,
aku ingin kembali menghadirkannya,
mencium wangi ranumnya,
atau kini ia telah menjadi milik orang ,
tak adakah waktuku untuk mencuri kembali buahnya ,
menghadiahkannya sebagai santap malam-malamku,
sebagai obat rasa kantukku,
agar aku kembali tidur
tidur dalam pembaringan ini
selamanya sebelum aku tak sempat
menuju hari bahagia....
Categories: puisi hati
0 Opini:
Post a Comment
Bahasa menunjukan bangsa, jadi pergunakanlah bahasa yang baik dengan format sopan santun yang telah ada :)