Friday, 29 March 2013

Dari Pemuda untuk Indonesia

Posted by Sosiana Dwi On 10:41 pm

 Pekanbaru, 29 Maret 2013

Beberapa hari yang aku tengah berada di seberang pulau, dimana akses internet disini amat sangat terbatas. Hanya ada jaringan ESDPA, tidak ada akses 3G maupun HSDPA kadang kala malah justeru GPRS! Sudah alhamdulilah itu, paling tidak bisa cek email saban hari walaupun sangat susah untuk attach email berukuran besar sehingga akses informasiku ke luar termasuk ke kampus cukup tersendat. Tiba-tiba si Herawan Dwika Purba salah seorang sohib di genk sahibul facebook-ku mengabarkan jika aku lolos Indonesia Youth Forum (IYF) 2013 yang akan diselenggarakan di Bandung Mei mendatang. Tentu saja aku senang, sangat berterima kasih dan tak menyangka aku bisa lolos. Karena biasanya dalam ajang seperti ini aku biasanya daftar tapi pendaftaranku hanya menggantung di email saja. Tak pernah ditanggapi karena memang tidak beruntung untung lolos.

Kebahagiaanku begitu terasa, bahkan hati ini ikut bergetar rasanya. Sungguh ini tidak sedang melebay-lebaykan pernyataanku. Kenapa?

Akan ku kisahkan mengapa aku begitu bahagia ikut acara-acara yang seperti ini. Seperti yang aku ceritakan tadi, aku memiliki genk yang kami (secara tidak resmi) memberi nama Sahibul Facebook (SF). Mungkin hal ini terinspirasi dari novelnya A. Fuadi Negeri 5 Menara yang punya Sahibul Menara-nya. Mereka selalu bertemu di bawah menara pondok pesantren Madani begitu pula SF yang selalu bertemu di Facebook. Ini semua karena keterbatasan kami yang berada pada jarak geografis yang berjauhan. Sosiana Dwi N. Alias aku asli Purbalingga yang kini berdomisili di Bandung, Herawan Dwika P. Yang aku sebut tadi juga berasal dari tempat yg sama dan sekarang mengenyam ilmu Psikologi di UGM Jogjakarta, Bastian Hidayat dari Gunung Kidul yang melalang buana sampai ke negeri Jiran di IIUM, dan yang terakhir adalah si bungsu Siti Kholifatur R. Arek Ponorogo yang juga terbang ke Malaysia dan bersekolah di MMU. Kami bertemu pada kerandoman yang sangat random karena keterikatan masing-masing dan cerita pertemuan kami. Semua berawal dari usaha kami meraih mimpi kami, karena ajang beasiswa dan karena ajang kepemudaan.

Apa yang mendekatkan kami?

Entahlah, aku belum melakukan penilitian pertanyaan  tersebut tapi asumsiku mengatakan  kami dekat karena passion masing-masing dari kami dan usaha kami meraih apa yang kami cita-citakan. Masing-masing dari kami punya kelebihan sendiri-sendiri yang jujur membuatku terinspirasi. Ketika aku merasa merasa tak percaya diri ku tahu si Sohibul telah banyak memberikan sesuatu yang membuat semangatku bangkit. Mereka saja bisa aku pasti bisa!

Sohibul Facebook adalah sebagian dari kumpulan pemuda Indonesia yang bermimpi.

Berawal semangat dari Sohib inilah aku mengikuti suatu acara kepemudaan yang diselenggarakan di Jakarta mengenai pendidikan. Disana aku melihat bahwa ternyata banyak kutemukan pemuda-pemudi Indonesia yang bermimpi besar bagi negeri ini. Bercerita dengan mereka satu per satu bagai mengurai pemikiran yang jika di essaykan bisa jadi merupakan jawaban dari permasalahan negri ini. Secara keseluruhan momen berdiskusi dengan para peserta adalah momen terbaik dari ajang kepemudaan seperti ini. Dari ngobrol dengan peserta lain inilah kita bisa  bertukar pengetahuan, problem solving, bisa saling mendoakan mimpi. The best lah!

Ternyata benar, bagi kamu yang ingin bermimpi dan terus bermimpi tanpa takut kehilangan passion maka bertemanlah dengan orang-orang yang sepassion denganmu.

Dari situlah beberapa kali aku jadi menyukai kegiatan pemudaan seperti ini. Bisa menambah jaringan silahturahmi, jaringan teman dan jaringan ilmu dari konten acaranya sendiri. Pada awalnya secara jujur aku hanya ingin menambah daftar panjang CV-ku, biar panjang dan kelihatan WOW seperti orang-orang yang aku jadikan preseden. Ada pula yang aku lihat karena GRATIS-nya, jalan-jalannya dan venuenya lumayan keren. TAPI kini aku sadar mari kita LURUSKAN NIAT. Karena dengan niat yang tidak baik maka hasil yang di dapatkan pun pasti tak berujung baik pula tho? Kalaupun jadi baik biasanya kurang berkah. Jangan menodai niat suci visi kepemudaan dengan hal-hal seperti itu.
LURUSKAN NIAT! Jangan pernah ikut acara karena hal-hal diatas! Yang pertama adalah niat baik kita, hal-hal diatas anggap saja sebagai bonus saja.

 Awalnya pula semua ajang kepemudaan aku sambangi satu-satu untuk dijajal siapa tau  lolos, tapi setelah dipikir ulang  aku telah jahat pada orang-orang yang ternyata ingin sekali ikut acara tersebut. Padahal mungkin aku tidak tahu apa-apa, tidak capable di bidang tema acara itu, hanya ingin sekedar jalan-jalan dan niat yang kurang tulus di dalamnya. Maka aku eliminasi satu per satu apa yang menjadi minat terbesarku apa yang tidak. Apa yang perlu dan apa yang tidak. Berjalanlah sesuai kebutuhan.

Dalam IYF 2013 ini sendiri sangat tertarik untuk turut serta karena ada pertanyaan mengenai sosial project . Satu hal yang sedang aku geluti walau hanya berupa ide, survey dan belum ada bentuk implementasinya. Doakan ya! :D Mengenai sosial project aku nanti aku jelaskan lain waktu ya. Selain karena belum jadi dan belum direalisasikan aku tidak mau ada pihak yang ter-PHP-kan begitu pula saya. Spoilernya bertemakan pendidikan. :P Sedangkan acara-acara yang dihadirkan menurut saya unik dan menarik antara lain ada








Berita mengenai IYF ini tersebar di facebook sehingga ke-KEPO-anku mengekliknya. Proses seleksi pendaftarannya berjalan lancar saja sampai aku masuk ke 250 besar. Lalu setelah ada proses interview yang hampir saja aku terlambat mengaksesnya. Sampai datang jadwal interview via skype di siang hari Kamis. Entahlah labtopku tiba-tiba jadi tidak bisa mengakses skype, ku utak-atik sampe deadline interview berakhir.  Sampai akhirnya panitia memperbolehkan wawancara by phone yang langsung kusambut dengan baik. Sekitar 15 menit tanya jawab berlangsung dengan baik dengan pertanyaan mengenai motivasi, kontribusi dll yg jadi mengingatkanku dengan pertanyaan osjur. Wawancara itu berlangsung di tenda kopi pinggir jalan, dengan tingkat kebisingan yang cukup. Maklum anak kos yg tengah kelaparan. Haha.

Sekarang aku bersyukur bisa diterima di IYF ini. Dengan ini aku berharap sosial projectku bisa aku segera kerjakan dengan semangat yang di bawa dari IYF 2013. Doa-doa dariku dan 200an mimpi pemuda Indonesia semoga dapat terwujud melalui starter IYF ini. Aku sempat berjanji dengan Daniel, ketua angkatan AR 2011 yang mengetahui aku ikut IYF bahwa kelak aku bisa menularkan ilmuku dari IYF ini. Tak hanya sekedar omong dan presensi kehadiranku disana tapi juga semangat berbagi bagi teman-teman di sekelilingku.

Semangat menginspirasi!

Hanya 25Ribu?!

Posted by Sosiana Dwi On 7:57 pm

Bandung
Rabu,20 Maret 2013


Malam di studio gambar lantai 4, Gedung Arsitektur IX B ITB kembali memunculkan kehidupannya. Beberapa malam yang lalu hanya tumpukan maket berdebu dan kegelapan yang tinggal di ruang ini. Namun berkat sidang kedua bagi para TA-ers inilah suara cutter beradu dengan cutting mat atau blender  yang berbunyi menyakitkan dari para busa yang tengah dicincang kembali terdengar. Mereka adalah para maketor dari angkatan 2011 yang sedang membantu mahasiswa tingkat akhir (TA) menyelesaikan maketnya untuk sidang di hari Jumat ini. Kami kembali mengejar deadline. Pekerjaan menjadi maketor pernah aku ulas sebelumnya.

Tak beda jauh dengan aku dan Fitri Sekar Asih yang bergabung dalam satu tim maketor. Sudah sejam lebih dalam cahaya lampu neon kami memotong karton. Pop mie sudah habis segelas, dan mulutku pun sudah berbusa nyanyi-nyanyi tidak jelas. Dasar aku yang memang cerewet kubuka percakapan dengan cerita-cerita yang ngalor ngidul ngetan ngulon. Dari cerita saat kelas 3, cerita konyol yang semakin menambah daftar cerita foolish story -ku, sampai akhirnya cerita saat-saat aku magang di TU.

Aku pernah magang di Tata Usaha (TU) SMA selepas pengumuman kelulusan diumumkan. Saat LULUS adalah penantian panjang kita bisa keluar dari SMA namun disitu pula awal kegamangan seorang Sosiana akan masa depannya. Belum ada satu pun universitas yang aku dapatkan. Baik itu swasta hanya untuk sekedar cadangan maupun negeri via SNMPTN undangan yang gagal kuraih.

Akan kemanakah lulusan SMA ini? Ketika biaya adalah persoalan ia menimang mau kemana nantinya.

Akhirnya untuk sementara magang di TU SMA sembari menunggu ujian tulis. Sebelumnya aku dan beberapa temanku sudah mendaftar, yang aku ingat sebelum kelulusan diumumkan. Persyaratannya mudah saja, tanpa perlu seleksi berlebihan. Hanya modal mau saja magang dengan biaya "ongkos"  jalan yang tak seberapa. Aku pun mau dengan beberapa temanku lain. Aku  Endar, Alip, Nurul, Ilham, Wiji, Ginanjar. Dalam maganger itu ada pula Sutrisno yang biasa di panggil Inno namun ia tak sempat melanjutkan pekerjaan karena keburu keterima di SBM ITB dan perlu ikut materikulasi.

Pekerjaan kami simple sebenarnya, tanpa butuh ketrampilan khusus. Hanya perlu ketrampilan mendengarkan dan menjalankan dengan baik pekerjaan yang disuruh tersebut. Menulis ulang nilai UN angkatan kami di buku induk (sehingga kami tahu semua nilai teman-teman kami semua), menempel foto, membantu legalisasi Ijazah, memfotocopy, stempel-stempel, bersih-bersih, kadang online, ngeprint adalah beberapa list pekerjaan kami. Sangat tentatif pekerjaan kami sebenarnya. Pekerjaan ini pula membuat kami terkadang bertatap dengan teman-teman seangkatan yang kadang sedang mengurusi legalisasi untuk keperluan universitasnya.


Perasaanku sedih tentunya, lagi-lagi teringat aku belum keterima di mana pun. Apalagi jika diberi pertanyaan semacam ini,
"Lho Sos kamu disini? Keterima di mana sekarang?"

Rasanya cukup nyesek. Apa itu nyesek? Yaitu jleb banget di hati dan tidak tahu mau menjawab apa. Ironis.
Tapi bekerja magang lumayan mengasah ketrampilan, mengisi waktu walaupun seharusnya lebih baik diisi dengan bimbingan SNMPTN.  Ada kerjaan alih-alih di cap pengangguran. Pagi berangkat jam 2-an pulang.

"Emang digaji berapa Sos?" tanya Fitri ketika aku tengah bercerita.
"Dua puluh lima ribu seminggu Fit" jawabku santai. Namun tidak serta merta ditanggapi santai oleh teman-teman yang ternyata mendengarkan percakapan absurdku dengan Fitri.
"Apa? Maneh di gaji berapa seminggu?" tanya Feisal tampak tak percaya.
"Dua puluh lima ribu. Lebih kayaknya, aku lupa. Itu udah kepotong pajak lho,"


Feisal dan si Alien dari planet Andromada si Mada land pun takjub tak percaya. Lalu ditertawakanlah aku. Aku masih bingung ada apa dengan sikap yang mereka berikan dengan pernyataanku tadi. 
"Emang kenapa?" tanyaku masih bingung.
"Maneh tau nggak buat aing dua puluh lima ribu itu abis dalam sehari."kata Feisal nyinyir
"Aku sekali ngelesin anak SD aja dapet 40.000 Sos. Masa seminggu cuma dapet dua puluh lima ribu? Dibohongin itu sama sekolah maneh." Mada land menimpali."Dua puluh lima ribu mah abis Cuma transport kali,"
"Itu kan harga jaman dulu. Wajar kali segitu," jawabku membela diri. 
"Heh Sos! SMA kamu sama SMA aku tuh beda berapa tahun sih? Temenku aja ngelesin sebulan dapet sejuta. SMA-nya duluan aku kan?" Zunaiza yang lebih akrab dipanggil bu haji pun ikut-ikutan mencemooh.
"Sos, aku nyebar kuisoner aja dapat berapa belas gitu satu kuisoner,"Aku menoleh ke Fitri dan aku tak dapat meminta bantuan pembelaan darinya karena 25.000 di Bandung itu hanya bernilai kecil apalagi untuk sebuah gaji seminggu.

Tiba-tiba aku tersadar ternyata aku memang dibohongi atau mungkin malah dibodohi. Atau pilihan ketiga apakah aku begitu tulusnya. Aku tak pernah menyalahkan orang yang telah menggajiku karena memang sistemnya bukan upah seperti yang aku ungkap diatas. Sistemnya adalah aku mendapat ilmu, pekerjaan daripada nganggur dan pengalaman. Ternyata aku menyadari bukan uang yang benar-benar aku harapkan dari pekerjaan ini karena benar kata Feisal, Mada Land, Bu Haji atau tatapan Fitri bahwa uang yang aku dapat pun tak seberapa dibanding pandangan mereka dengan uang 25ribu itu.
Aku hanya menyadari itu. Serendah itu ternyata.
Aku sudah lupa perasaanku pada saat itu karena sudah sekitar dua tahunan, jaman-jaman masih rada alay pula. Aku tak begitu ingat. Apakah aku dulu terlalu lugu, atau memang harga 25ribu di kotaku masih terlalu tinggi untuk ukuran anak baru lulus SMA aku sudah lupa. Yang aku ingat sekarang  ini aku tak menyesal dulu mendapat harga serendah itu menurut teman-temanku. Aku tak menyesal dihargai sebegitu rendah waktu itu. Aku tak menyesal perasaan bangga dapat gaji waktu itu ternyata hanya berupa nominal kecil bagi beberapa diantaranya. Aku tak menyesal sama sekali. 

Setelah sekian lama aku dikatakan 'dibodohi' oleh sebagian teman-temanku itu ,aku tak menyesal!

Aku justru menyesal apabila aku tak pernah magang di sekolahku dulu. Karena tidak akan ada cerita mengenai hal ini yang akan tertulis di blog ini. Tidak akan pernah ada pula cerita yang orang katakan perjuangan untuk masuk kuliah. Tidak akan ada uang 300ribu di kantong hasil keringat sendiri selama sekitar 3 bulan bekerja yang telah sangat membantuku hidup di Bandung awal-awal.  Tidak akan semangat yang membara karena merasa nyesek disindir teman-teman, semangat yang mengantarkanku meskipun tidak ikutan bimbel SNMPTN tapi alhamdulilah bisa meloloskanku ke kampus gajah. Tidak akan ada cerita kedekatan kami para magangers yang merasa satu penderitaan dan perjuangan mencari kuliah bersama. Tidak ada nama-nama pegawai TU yang pada akhirnya aku kenal satu-satu dengan baik. Tidak ada suguhan teh setiap pagi dan kopi susu khusus di hari Jumat. Tidak ada pula kesempatan mengkepo database nilai-nilai siswa (:P).

Aku utarakan ini pada kawan-kawanku yang menertawakanku dengan sedikit bercanda, "Suatu hari nanti kalau aku jadi orang sukses aku akan menceritakan bahwa aku pernah digaji dua puluh lima ribu untuk bekerja selama seminggu. Bakal jadi epik kan nantinya?" Hehehe.
Dan tentunya  tidak akan ada cerita menginspirasi untuk anak cucuku nanti.

Semoga menginspirasi!

Monday, 18 March 2013

Langit

Posted by Sosiana Dwi On 2:39 am

"Aku terlalu sayang pada bintang untuk takut pada gelap malam,"
Quote yang menggambarkan aku saat aku masih berseragam putih abu. Aku sendiri tidak yakin pasti darimana aku mendapatkan quote cantik tersebut. Yang aku ingat 'pepatah' itu adalah warisan dari kakak kelasku yang pernah berkecimpung dengan bidang astronomi. Entah dia yang membuatnya atau ia juga menyadur dari tempat lain. 

Aku menyukainya.

Bukan kakak kelasku itu tapi kata-katanya itu. Benar memang kadang ketika kita terlalu menyayangi sesuatu berlebih-lebihan, perasaan takut yang dulunya melingkupi seolah hilang dikikis rasa cinta. Kita lebih baik menghadapi ketakutan ketimbang merelakan tak mendapat apa yang kita suka. The power of Love.

Kata-kata diatas tidakhanya sekedar kata-kata bagiku. Secara maknawi sudah aku jelaskan diatas, secara lugas aku mengakui kalau aku jatuh cinta pada kerlip bintang di langit. Aku tak akan takut jika tengah malam aku rindu melihat bintang dan bergegas keluar rumah meskipun malam sudah terlalu larut dan menenggelamkan lampu-lampu rumah dan jalan. 




Kontemplasi, satu kata yang baru ku ketahui ketika kuliah. Disitulah aku berkontemplasi, merenung dan dibawah langit gelap itu aku merasa  ada jawab-jawaban atau ide-ide yang berhasil keluar menyeruak di celah-celah bintang. Ada kedamaian disana. Ada kepastian yang timbul dari ketidapastian yang aku pikirkan. Ada satu kemungkinan yang ditawarkan dalam pilihan yang aku bimbangkan. Ada tangis yang menetes di mata ini, entah karena teringat ayah yang belum pernah aku lihat, tentang ibu yang selalu ada, tentang kakak yang jauh di rantau, atau tentang masa depan yang  selalu menyembunyikan ceritanya. 

Menyukai bintang malam, menyukai astronomi adalah hal terindah yang pernah aku alami di SMA. Pernah menjadi gamang namun berhasil melaluinya seperti bisa menang dalam perlombaan nyanyi sekabupaten. Melihat bintang bukan hanya sebagai hiasan malam namun juga mahakarya Tuhan seperti menemukan Tuhan dalam kegelapan. 

Melihat langit malam aku tengah jauh menerawang masa lalu alam semesta. 3.000.000 m/s kemampuan kita cahaya sampai ke mata kita dan beratus-ratus abad pula yang tengah aku saksikan melalui mata di langit malam.

Aku bersyukur pernah dipertemukan dengan astronomi, bintang, karena aku berani bersyukur bahwa keindahan bisa membuat kita bersyukur hidup di bumi. Mulai dari bimbingan yang menyita hari-hari kegiatan belajar sekolah, menunggui  gerhana sampai fajar merekah, menghitung bintang jatuh di Orionid, mengetes otak di soal-soal OSN, pergi ke Semarang, Solo demi nama sekolah. Pelajaran ini tak sia-sia belaka karena ada banyak rahasia yang pernah aku singkap di dalamnya. 

Begitu rindunya aku akan langit malam yang berbintang meski nihil kudapati di Bandung. Langit gemerlap oleh lampu jalanan, kendaraan lalu lalang,, memerah karena aktifitasnya. Kehilangan kesempatan berkontemplasi seperti kehilangan kesempatan bersyukur dan mempebaiki diri. 

Saat nanti aku kembali di kota kecilku akan kusematkan rindu ini melebihi kesempatan lain. 

Tunggu aku langit malam. 

"The stars lean down to kiss you,
And I lie awake I miss you,
Pour me a heavy dose of atmosphere.
Cause I'll doze off safe and soundly,
But I'll miss your arms around me
I'll send a postcard to you dear, 
Cause I wish you were here.

I'll watch the night turn light blue, 
But it's not the same without you, 
Because it takes two to whisper quietly, 
The silence isn't so bad, 
Till I look at my hands and feel sad, 
Cause the spaces between my fingers
Are right where yours fit perfectly.

I'll find repose in new ways, 
Though I haven't slept in two days, 
Cause cold nostalgia chills me to the bone.
But drenched in Vanilla twilight, 
I'll sit on the front porch all night, 
Waist deep in thought because when I think of you.
I don't feel so alone.
I don't feel so alone.
I don't feel so alone.

As many times as I blink I'll think of you... tonight.
I'll think of you tonight.

When violet eyes get brighter,
And heavy wings grow lighter,
I'll taste the sky and feel alive again.
And I'll forget the world that I knew,
But I swear I won't forget you,
Oh if my voice could reach back through the past, 
I'd whisper in your ear, 
Oh darling I wish you were here." --Vannila Twilight (OWL CITY)




Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia

Monday, 11 March 2013

Keluarga AMI

Posted by Sosiana Dwi On 7:48 pm
H-1 acara

Di depan maskot AMI dan mena :3

Bersama bidadari AMI

Dari kiri AMI 2 , AMI 1, AKU







Dengan my partner 



Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia

Wednesday, 6 March 2013

Natamorta, Cerita Antara Hidup dan Mati

Posted by Sosiana Dwi On 1:52 am
Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB memang sudah mestinya menjadi cawan tempat berkumpulnya orang-orang kreatif yang juga mampu merealisasikannya. Isinya orang-orang gila nan kreatif dan out of the box. Ketika orang lain berpikir box itu kotak mungkin anak FSRD mikirnya box nya berupa bola. Bahkan anak-anak "buangan" dari SR bisa jadi nomer satu di jurusannya untuk urusan desain mendesain. Maksudnya buangan itu ya tidak masuk ke fakultas ini. Aku ngga bohong soalnya aku tidak dibayar untuk promosi semacam ini, hehe. Ini hanya pendapatku yang melihat hasil karya mereka.

Beberapa kali aku sempat ikut menonton pameran anak FSRD, beberapa kali pula aku berdecak kagum, dan beberapa juga aku sempat bingung dengan karya yang ditampilkan. Ini maksudnya apa ya? Seringnya sih begitu. Hehe, sense of art ku bisa dibilang rendah sih, aneh juga aku masuk jurusan yang masih bisa di golongkan sebagai jurusan desain.

To the point aja daripada muter-muter dengan prolog yang tidak jelas. Hehe. Kamis-Sabtu tanggal 21-23 Febuari 2013 mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV) ITB mengadakan pameran yang diberi nama Natamorta. Rangkaian acara berupa seminar, pameran karya, dan talkshow. Namun karena aku hanya mengikuti pamerannya saja maka kita bakal ngobrol-ngobrol mengenai pamerannya saja yang berlangsung di Gedung Gas Negara (GGN) , di Jalan Braga. FYI, GGN ini sudah sejak tahun 1998 tidak pernah dibuka lagi. Berkat kegigihan Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma (IMA-G) maka dengan cantik GGN ini kini jadi tempat exhibition yang terkenal dan memang cantik dilihat dari keindahan arsitekturnya. Tidak hanya pameran yang telah sukses diberlangsungkan bahkan GGN telah menjadi tempat syuting dari Film Madre-nya Dewi Lestari. Hebat kan?

Back to Natamorta,


Natamorta sendiri terdiri dari dua penggalan kata yaitu natal yang berarti kelahiran dan mortal yang berarti kematian. Di pameran ini kita seolah sedang menyelami perjalanan waktu dari mulai kita masih menjadi telur sampai kehidupan akhir. Start - End.

Mari kita susuri Pameran ini dari awal sampai akhir cerita dengan beberapa photoshoot :D


Desain kupu-kupu tertempel di beberapa sudut


Kita berawal dari suatu perjalanan , dari telur. Hidup lah kita 
7 Deadly sins ternyata tercermin pada semua princess di cerita dongeng masa kecil kita o: 
Kalo dilihat dengan seksama, di baca dari bawah  ke atas akan ada suatu cerita di dalamnya.  Jika bayi di rawat dengan benar oleh keluarga yang bahagia akan berpengaruh besar dengan perjalanan hidup si anak, begitu pula dengan bayi yang terlantar karena MBA yang diceritakan matinya jika tidak dibunuh ya bunuh diri. Miris tapi terjadi di sekitar kita 

Children dream, propertinya lucu. Jadi ada foto yang jika kita tarik bagian atasnya akan keluar mimpi si anak. Ada yang  ingin jadi dokter, guru dll.

Foto-foto masa kecil

Whatever My Mom say, I just go out and  play
Child


Menginjak dewasa kita sibuk mencari jati diri , termasuk penampilan nggak sih?
Perjalanan dari masa ke masa, orang dengan nilai jelek gedenya jadi pengusaha. Orang yang always cumlaude ujung-ujungnya jadi karyawan, awalnya rocker, berandal tuanya ustadz. Kecilnya berantem gedhenya malah nikah. Dan yang terakhir sih kocak abis, gedhenya SUPERHERO.


I'm Busy Reaching my Dreams,
Eta banget sih kalau udah dewasa teh penyakit paling utama


Dekorasi





Ada games seru juga lho disini. Ular tangga kehidupan, sampai ramalan profesi kamu.

Ramalan kebanjiran pun ada
Menginjak ke suasana akhir hidup

Pohon kematian.
Jika diperhatikan jalinan tali ini akan membentuk kata SIN..
Roda kehidupan
Karya seni. Gambar di meja dan refleksi di tabung. COOL


Kadang beberapa orang menganggap orang mati akan tenang dan menjadi salah satu dari ribuan bintang di langit 
Salah satu yang aku suka. Beberapa artis yang meninggal di tengah kepopularitasannya dan qoute mereka.





Dua orang alay tengah berpose -_-a


Salah satu kritik terhadap wanita yang dewasa ini  BANYAK ditemukan sebagai perokok aktif.


Ini cewe yang tadi. Detail banget nggak sih ampe bisa dilihat dari luar gedung 

Credit buat si empunya kamera. Pyong-pyong :3

Dan dua pembantu gahoool


Keren kan pamerannya? Kalau kesini beneran bakal ngerasa sangat-sangaaaaaat keren. Applause buat IPPDIG dan semua anak FSRD yang mendedikasikan karyanya di pameran ini. Maaf tidak mencantumkan credit kalian satu-satu padahal karya-karya tadi adalah karya yang patut dihargai secara harga dan kepemilikan. Angkat jempol dah :D
Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia

Tuesday, 5 March 2013

Dari Gedung Gas Negara ke Madre

Posted by Sosiana Dwi On 1:37 am
Fasad Gedung Gas Negara

Ngerasa feel likes home ketika lihat trailer Madre ini , hampir beberapa scene ada di Gedung Gas Negara terutama kelihatan banget dari dapur dan jendela-jendelanya. Lepas dari ceritanya si Madre dan juga kisah pengrusakan Madre yang sempet bikin kesel panitia Dies, gedung Gas Negara (GGN) adalah gedung tua yang sudah sejak 1998 tidak pernah lagi dibuka. Dengan event yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Arsitektur Gunadharma (IMA-G) yang ke-61 kemarin lah GGN dibuka dan pertama kali digunakan setelah 14 tahun ditutup. Super sekali. GGN menyimpan sejuta cerita tentunya bagi masa lalunya dan bagi masa kini. Dengan arsitektur khas Belandanya yang tinggi, skyfallnya yang menarik, semua-muanya bikin aku jatuh cinta dengannya.
Ramp

Kolom


Skyfall eh skylight


Masih ingat beres-beres GGN-nya nyapu-nyapu, ngepel dan ngelap, Measure drawing gedung ini, 
Pengukuran
jaga pameran GGN sebagai penerima tamu di depan pintu, foto-foto disini sampai puas, 
foto-foto
Foto-foto



@Natamorta DKV ITB




 ampe kemarin nonton Natamorta juga di gedung fenomenal ini.









 Apa sih lebay, Tapi satu yang pasti aku cinta GGN dan semua gedung di Braga, kecuali ramenya kendaraan yang lalu lalang di depannya. 
Harapannya, siapa pun walikota Bandung selanjutnya tolong jalanan di Braga dipake buat jalan kaki atau naik sepeda ajah. Kesan romantis heritagen-ya dapet banget soalnya :)

Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia
  • Contact us

    Sosiana Dwi Architecture 2011 Bandung Institute of Technology