Saturday, 28 January 2012

Gombalan ala Eksis

Posted by Sosiana Dwi On 11:48 pm
Hai hai hai!
Sudah lama aku tidak mengeksiskan diri di sketsa-sketsa mimpiku ini, bagian dari rumah mayaku. Padahal dahulu sebelum banyak kesibukan syuting kejar anjing  tayang dan menjadi seorang pengangguran aku dan internet bagaikan sebuah saudara kembar siam yang sangat susah dipisahkan #ooh. Aduh, lebay sekali rasanya. Bukan Bukan , Bukan seperti kembar siam, lebih tepatnya sih seperti hape dan pulsa. Hahaha. 

Kenapa harus hape dan pulsa?
Nah lhoooo
Jadi, jika dan hanya jika hape bila dan bilamana tanpa dihadiri seonggok pulsa dalam tubunhya dia tidak akan bisa eksis di dunia. Bisa saja hape akan mati dan kehilangan fungsi utamanya. Hape alias Handphone bakal dibuang ketengah kali dengan tiada yang mengambil (aku mah mau banget 0.o haha).

Acuhkan peranalogian gaje tadi, haha. Jadi intinya tanpa internet hidup kita ga bakal eksis lagi sebagai fungsi utamanya di dunia sosialisasi. Ya tentu pada saat zaman sekarang lah. Kalau zaman dulu mah boro-boro pegang hape,kata kaka kelasku aja dahulu kala sebelum aku belum lahir yang bawa hape itu cuma raja minyak. Dan itu pun sebuah handphone dengan berat satu ton yang bisa buat menggebug maling.  Zaman sekarang tidak pegang internet bagaikan bersemedi dalam gua gelap. Dan ketika internet menyapa kehidupan itu bagaikan sebuah ilham yang besar. Sekali lagi penulis lebay.

Tapi dalam kelebayan penulis tersimpanlah sebuah keeksisan penulis dalam menulis di internet. Tidak mau menganggurkan internet gartisan, tidak mau melewatkan lomba dengan hadiah iPad, tidak mau bolgnya tidak eksis lagi karena jarang diisi  maka ini adalah simbol dari eksis dalam internet. 

Axis aka "Eksis" bisa jadi merupakan pulsa dalam hidup si hape dan hidup si saya untuk memeperoleh fungsi sekundernya meraih informasi dan bersosialisasi. Jadi sekalian saya kepo dan iklan disini saya mengucapkan sebesar-besarnya terhadap Axis atas sambutannya meraih penjangkau blogger yang suka ikut lomba-lomba ini. Semoga kedepannya Axis bisa tambah eksis! haha 

Guyonan diatas bukan lebih dari jilatan penulis semata. Bila ada kesamaan tokoh dan perasaan hanya penulis dan Tuhan yang tahu isi hatinya sendiri. 
Akhir kata Sukses Selalu!! Syalalala


Blog writing competition



http://duniaaxis.co.id 




Thursday, 26 January 2012

Pengalaman

Posted by Sosiana Dwi On 11:54 pm
Malam-malam di Bandung merenggut ceritaku di rumah mayaku. Malam yang penuh fanatisme terhadap pengalaman. Aku tahu ini semua bermula dari komitmenku sendiri, sebuah konsekuensi yang harus aku hadapi.

Masa pengalaman adalah masa belajar bagiku yang berarti pada saat inilah aku di kampus dimana masa pengalaman idealismeku mulai muncul.. Pepatah "Pengalaman adalah guru yang terbaik" agaknya menginsepsi kuat di otak. Dari sebuah latar belakang pepatah klise itu banyak keputusan yang aku buat yang membuatku jatuh pada komitemen. Kini aku menyadari beberapa konsekuensi yang aku terima, dari yang bermanfaat hingga yang mudharat. Aku dengan seenak jidat menerima semua pengalaman yang lewat, aku terima, aku iyakan dan aku lupa bahwa banyak sekali kewajiban yang juga belum aku kerjakan. Aku hanya meminta hak demi hak untuk meraih pengalaman. Aku menghancurkan diri sendiri hanya demi sebuah pengalaman. Aku melalaikan kewajiban hanya untuk pengalaman.

Pengalaman yang macam apa yang mampu menjadi guru yang terbaik jika aku saja tidak mampu menempatkan pengalaman-pengalaman yang ada dalam dimensi waktu yang sesuai.

Aku mulai menyadari ketika sebuah pepatah lain mulai meneruskan niat ini. Pepatah ini disampaikan oleh kak Inta, Menteri Komunikasi dan Informasi Kabinet KM ITB yang tidak lain dan tidak bukan atasanku (pepetahnya anonim), begini kira-kira "Jangan selalu berharap organisasi lah yang memberi manfaat buat kita, tapi berpikirlah bahwa kita dapat memberi manfaat kepada organisasi tersebut", simple note tapi cukup menusuk dan tepat kepada niat-niat melencengku.

Iya kini aku sadar tapi aku telah terjerat pda konsekuensi dan aku punya tanggung jawab terhadapnya.

Monday, 23 January 2012

Anies Baswedan, Intelektual Muda Peduli Bangsa

Posted by Sosiana Dwi On 12:05 am

Siapa tidak kenal tokoh satu ini, namanya mencuat berkat prestasi yang luar biasa dan dianugerahkan sebagai Rektor Termuda di Indonesia. Ya, tokoh tersebut adalah Anies Baswedan. Pria kelahiran 7 Mei 1969 tersebut dikenal sebagai tokoh intelektual muda Indonesia yang namanya sudah mendunia dan berwawasan global. Doktor ilmu politik dari Northern Illinois University, AS, ini lahir dari keluarga pendidik yang menyimpan tekad untuk turut membangun bangsa melalui jalur pendidikan, di antaranya dengan mengantarkan Paramadina menjadi universitas kelas dunia.
Masa kecil Anies -begitu beliau disapa- dihabiskan di Kota Pelajar, Yogyakarta. Kakeknya adalah seorang jurnalis dan perintis kemerdekaan yang pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan (1946) dan kedua orang tua Anies adalah dosen di salah satu Perguruan Tinggi di Yogyakarta. 


 
 
 
Sewaktu duduk di bangku SMAN 2 Yogyakarta, ia terpilih sebagai peserta dalam program pertukaran pelajar AFS Intercultural Programs yang diselengarakan oleh Bina Antarbudaya selama setahun di Milwaukee,Wiconsin, Amerika Serikat (1987-1988). Semasa kuliah di UGM (1989 -1955) ia aktif dalam organisasi kemahasiswaan. Anies pun terpilih menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa UGM. Berkat kepandaiannya, ia mendapatkan beasiswa Japan Airlines Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas bidang Asian Studies di Universitas Sophia di Tokyo, Jepang. Setelah lulus kuliah di UGM pada 1995, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi di UGM.
Kemudian, Anies mendapatkan beasiswa Fulbright untuk pendidikan Master Bidang International Security and Economic Policy di Universitas Maryland, College Park. Sewaktu kuliah, dia dianugerahi William P. Cole III Fellow di Maryland School of Public Policy, ICF Scholarship, dan ASEAN Student Award. Pada 2005, Anies menjadi peserta Gerald Maryanov Fellow di Departemen Ilmu Politik di Universitas Northern Illinois sehingga dapat menyelesaikan disertasinya tentang “Otonomi Daerah dan Pola Demokrasi di Indonesia”
Di tahun yang sama, Anies menjadi direktur riset pada The Indonesian Institute. Kemudian pada 2008, ia mendapat anugerah sebagai 100 Tokoh Intelektual Muda Dunia versi Majalah Foreign Policy dari Amerika Serikat. Pada 2009 Anies Baswedan terpilih menjadi Young Global Leader oleh The World Economic Forum yang berpusat di Davos, Swiss. Pada tahun 2010 menerima Yashuhiro Nakasone Award dari Bekas PM Jepang, yang dianugerahkan langsung di Tokyo Jepang bulan Juli 2010.
Pada 15 Mei 2007, Anies Baswedan dilantik menjadi rektor Universitas Paramadina. Anies menjadi rektor menggantikan posisi yang dulu ditempati oleh cendekiawan dan intelektual Muslim, Nurcholish Madjid, yang juga merupakan pendiri universitas tersebut. Saat itu ia baru berusia 38 tahun dan menjadi rektor termuda di Indonesia.
Tergugah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, Anies mendirikan gerakan pendidikan baru yaitu INDONESIA MENGAJAR. Sebuah program yang merekrut anak-anak muda terbaik lulusan perguruan tinggi di Indonesia untuk mengabdi sebagai guru di sekolah-sekolah dasar yang ada di pelosok Indonesia. Lewat program INDONESIA MENGAJAR, Anies Baswedan mengajak para pemimpin muda Indonesia yang telah selesai berkiprah di kampus, untuk terjun ke desa-desa di pelosok negeri yang tanpa listrik, tanpa sinyal telepon. Menyebarkan harapan, memberikan inspirasi, dan mengantungkan mimpi bagi anak-anak negeri lewat kehadiran para lulusan terbaik universitas ternama. Selain sibuk mensosialisasikan gerakan yang beliau usung, ia juga berpartisipasi di bidang pendidikan lainnya seperti menjadi Dewan Juri Lomba Karya Tulis Beswan Djarum Tingkat Nasional selama 2 periode berturut-turut (2009-2010).

Source :

Sunday, 15 January 2012

Dear Dee,

Posted by Sosiana Dwi On 10:50 am
Surat ini dibuat untuk blog contest mizan.com

Dear Dee,
Sejujurnya kalau boleh aku katakan aku belum sempat membaca bukumu yang fenomenal itu. Tapi aku kenal kau Dee, Dewi Lestari. Aku mengenalmu karena aku juga sering jalan-jalan ke Gramedia, dengan tanpa membeli buku aku mengenalmu di jajaran buku bestseller yang selalu ingin aku beli. Mengikuti lomba ini aku berharap bisa mendapatkan bukumu Dee secara gratis. Hobiku tetap membaca buku walau tanpa membelinya. Tapi bukan itu saja mengapa aku menulis ini, aku juga ingin bercerita padamu dan menulis mimpiku.

Aku ingin menulis. Menulis dan jadi penulis. Mimpiku yang aku tulis sedari kecil . Aku ingin menjadi Dee yang lain, bukan Dee seperti dirimu tapi sama sepertimu yaitu penulis. Menjadi penulis adalah cita-cita yang sudah kau milikki dan ingin aku miliki. Ingin juga suatu saat novel yang aku buat sama-sama melalang buananya sepertimu Dee, di pajang di kumpulan bestseller Gramedia bukan di pojok rak yang berdebu.

Tapi apa? Apa yang aku punya? Aku hanya punya jari-jari dan tuts keyboard ini. Aku tak punya cerita dan dunia. Aku hanya punya cukup kenekatan dan kenikmatan untuk merasakan kesederhanaan tulisan-tulisan ini. Aku belum pernah membuat karya dan aku bukan siapa-siapa. 

Dee, aku tak berharap kau membaca tulisan aneh ini tapi sekedar kau tahu aku ingin aku hanya ingin menulis ini dan membuat perjanjian dengan tulisan ini, mungkin denganmu Dee. Lima tahun aku ingin menulis sesuatu, mungkin novel. Sama sepertimu dan novel-novelmu seperti Perahu Kertas, Madre maupun Supernova yang dipajang dimana-mana dan melalang buana. Lima tahun ini aku ingin bejanji dengan tulisan ini agar aku bisa menyelesaikan tulisanku dengan berbagai pengalaman yang aku punya. Aku tak punya pengalaman tapi aku akan mengejar pengalaman itu. Jadi dengar Dee, aku akan jadi sepertimu tapi bukan jadi kamu.

Terima kasih untukmu Dee yang mendengar janjiku. :)

Dari    : Sosiana Dwi   
Untuk : Mizan.com



Monday, 9 January 2012

Promo PERMANGGA

Posted by Sosiana Dwi On 7:32 pm
Promo ke SMA memang hal yang baru bagi Permangga (Persatuan Mahasiswa Purbalingga yang ada di Bandung). Hal yang baru bagi kami yang terdiri dari banyak universitas di Bandung ini. Kekurangan SDM, masalah terbesar kami. Kebanyakan massa yang ada sedang melaksanakan UAS di kampus masing-masing. Sedangkan massa yang sudah ada di Purbalingga hanya UNPAD dan ITB. Kalo dihitung hanya ada enam orang (Aku, mas Ikhyan, Mba Dora, Anggita, Vanie, dan Awan). Ada yang udah libur tapi mereka entahlah pergi kemana , mungkin sibuk juga sih. Inno contohnya pergi ke Jakarta karena ada bisnis dengan dekan SBM. Deangga, Teknik Geologi UNPAD katanya matanya sakit. Joe Dipay, Sastra Jepang UNPAD dan mba Tria Matematika ITB entah kemana.

DEngan terbatasnya jumlah personil kami dengan nekat buat promo ke SMA 1 Purbalingga yang ga disangka-sangka welcome banget. Tanpa birokrasi yang ribet.

 file:///home/komputer14/Desktop/335647_1771593385477_1708533460_891708_56364447_o.jpg

Friday, 6 January 2012

Bulik

Posted by Sosiana Dwi On 7:33 pm

Aku merinding mendengar suara ibu di seberang pagi ini, “Nduk, Lik Siti sampun ninggal,” (Anakku, bibi/ tante Siti sudah meninggal), “Ninggal dengan tenang, sambil ibu ngaji di sampingnya, ibu bisa dengar Lik Siti bilang Allah dan dzikir, Alhamduliah Nduk.
Tak terasa mataku berat dan melelehlah air mata. Antara sedih dan bahagia.
Sedih karena satu-satunya bulik yang baik hati dan dengan ikhlas menyayangiku walau dengan sangat sederhana pergi. Aku akan sangat kehilangan saudara, saudara yang sangat baik hati. Walaupun bulikku ini bukan orang yang berada, dialah yang paling mau berkunjung ke rumahku sedangkan saudara lain ibuku tidak pernah. Tangerang ke Purbalingga dengan penuh senyum datang dengan membawa buah tangan sederhana. Bulik selalu tanpa pamrih menyayangi aku. Mungkin sekarang tak akan ada lagi yang akan berkunjung ke rumahku Purbalingga dari Tangerang dan dari daerah mana pun juga. Seperti hanya bulikku inilah satu-satunya saudara yang ibu punya. Dan dia kini telah hilang.
Sedih juga karena paklikku yang sangat setia kepadanya akan kesepian dan sendiri. Paklikku (pamanku) adalah suami bulikku yang baru beberapa tahun lalu menikah. Mereka pasangan yang belum diberikan momongan. Itu semua bermula dari sebuah kanker yang melekat di diri bulikku yang tidak sengaja ditemukan ibuku. Kanker payudara. Selama bulik sakit sel-sel kanker telah merenggut hari-harinya dan kesempatan memiliki anak. Namun tidak untuk kasih sayang dari paklik. Ia tak meninggalkan bulik apa pun walau keadaan menyerang fisiknya. Walau bulik berwajah hitam dan gosong karena radiasi, walau tubuhnya kurus digerogoti kanker Ia begitu menyayangi bulik dengan melakukan pekerjaan yang seharusnya bulik lakukan. Ia mencintai bulik dengan sangat sederhana. Dengan senyum yang tulus yang selalu ia sunggingkan dan cinta yang selalu tak alpha paklik persembahkan.
Namun diatas semua kesedihan akan hilangnya, ada banyak alasan untuk bahagia. Sel-sel kanker akan akan mati pula seiring jazadnya, seiring sakitnya. Tak akan ada lagi kesedihan. Tak akan ada pesakitan. Tak ada makanan rumah sakit lagi, tak ada larangan, tak ada kemmoterapi. Tak ada lagi anak kecil yang menyebutnya “orang gila” karena kepalanya yeng pelontos dimakan radiasi sinar kemmo. Tak ada penghinaan. Semoga kini bulik akan tenang dan semoga penyakitnya telah merontokaan semua dosa yang melekat padanya.
Aamin.

Ilustrasi penderita kanker yang tidak memiliki rambut
Dalam sebuah cerita seorang keponakan.
  • Contact us

    Sosiana Dwi Architecture 2011 Bandung Institute of Technology