Friday, 25 February 2011

Filosofi Cat Minyak

Posted by Sosiana Dwi On 3:40 pm
Sabtu siang,pelajaran terakhir, di salah satu ruang sekolah yang menguar bau terpentin kami memulai. Kanvas putih bersih itu akan kami lukai. Dengan tajamnya batu grafit yang kami asah tajam.
Kami tak terlalu pandai untuk memulai. Bahkan kami takut untuk memulai. Padahal kami punya sketsa-sketsa indah di kepala kami. Akan lukisan yang berwarna-warni, tentang air yang mengalir di lembah surga atau pelangi yang membias di kaki langit. Dengan berat hati kami hitamkan kanvas putih kami. Seperti halnya bagaimana kami memulai mimpi kami, dengan angan-angan yang begitu indah namun terlalu sulit untuk memulai. Awal dari mimpi adalah memulai.

Sesudahnya kami menyadari sketsa kami paling tidak persis seperti bayangan kami. Walau ada benjolan cacat di beberapa tempat namun inilah pondasi kami untuk memulai. Garis hitam batu grafit sebagai pembatas kefokusan kami. Kami pemula yang menyadari ada aturan-aturan nan mengikat. Suatu saat kami secara tak sadar tahu akan batas garis itu, nanti. Karena kami masih terikat peraturan.

Ya,kami punya pola itu, kami punya masalah itu. Yang kami butuhkan hanya cat-cat berwarna yang menempel pada kuas kami. Kami punya tangan untuk mewarnai kanvas putih kami. Mungkin dengan warna-warna cerah maupun warna nan suram. Tapi itulah kami, mengisi kekosongan pola hidup dengan jutaan pigmen warna. Perwujudan mimpi kami akan hampa tanpa warna itu.

Sesekali kami butuh minyak terpentin untuk melepas kepenatan hubungan kami, cat minyak itu. Di palet itu kami bercampur menjadi satu dari beribu. Seperti hari-hari kami karena bersama. Kami berbeda namun berwarna.

Lihatlah,lukisan kami. Kami pemula, namun lihat. Oh, mungkin tak seindah bayangan kami sebelumnya. Tapi setidaknya kanvas kami indah berwarna akan warna-warna yang sembarang kami tempakan. Bukan putih yang membosankan. Usaha kami akan keberanian memulai.

Dan lihat satu diantara kami bahkan mendapatkan lukisan lebih indah dari bayangannya. Ia berani mengekspresikan warna. Dan ia dapat hasilnya. Maka sesungguhnya bukan seberapa bagus kita memimpikan sesuatu namun seberapa besar usaha dan keberanian kita. Karena kami punya warna yang memperindah kami.

Bagiku ini adalah filosofi melukis dalam kanvas.

Dedicated for XII science 4,Bandit.

Travelling with Me

Posted by Sosiana Dwi On 3:29 pm
Rindu.
Rindu sekali kaki ini menjejak di negerimu, di kotamu. Aih, sekarang ini aku tak ada waktu untuk kembali mengunjungi negeri Piramid nan elok itu, yang dibelah sungai Nil nan panjang. Aku ingin kembali merasakan hawa terik udara gurun. Dan berteduh di Universitas islam tertua sembari menikmati kurma. Ya walau kini harus tergoyahkan pemberontakan namun aku tetap rindu tempat itu. Mesir membawaku membenamkan diri pada kekhusukan.




Tak hanya disana, mataku pernah tertuju tingginya puncak Effiel. Menikmati musim semi dan jatuhnya salju pertama. Tak lupa mengapresiasi lukisan, teatrikal, karya seni yang membuat negeri ini indah. Dan pelajar di seluruh dunia mengiblat padanya, menimba ilmu, begitu pula aku. Paris, Perancis namanya,jika kau ingin tahu. Langkahku juga membawaku keliling eropa dan juga Afrika. Pasti kau belum merasakannya.




Oh ya, aku juga ingat liburanku bersama Pi di Bollywood. Kami berpetualang menyeberangi Samudra Pasifik selama tujuh bulan. Menantang, menggetarkan, mendebarkan, ingin kuulang. Argh.
India sampai Kanada aku bercerita.




Tau Monalisa? Ah. Karyanya pernah membuatku jalan-jalan gratis menapaki perkumpulan gelap Iluminati, Opus Dei, dan ah, kamu tak merasakan tantangan ketika aku di Inggris.




Lagi dan lagi saat menikmati lepas hujan, bersama pelangi nan pendah di sekolah reyot. Aku tak mungkin lupa bau timah yang menguar di sepanjang jalan seiring bau semangat anak-anak desa yang terbakar matahari. Aku juga pernah mengendarai sepeda tua itu 80km. Warung-warung kopi berjejer. Mozaik yang kususun di Belitong.



Tapi itu dulu. Saat aktivitasku tak diusik perjalanan ke laboratorium untuk membedah DNA dan RNA. Terkadang mereaksikan aldehid dengan reagen fehling dan Tollent. Mencoba mencari gravitasi atau kecepatan mendekati cahaya. Sibuklah aku menjadi ilmuwan.

Hobiku itu traveling kawan. Menyenangkan bukan? Gratisan lagi. Aku ingin dan ingin. Jika kamu tahu tiketnya kamu pasti ingin berpetualang denganku. Murah kawan.
Datanglah ke perpustakan atau toko buku terdekat.
Buku jawabnya.

Surat Saya untuk Anda

Posted by Sosiana Dwi On 3:19 pm
Assalamu'alaikum,

Sekitar duaratus dua puluh limaan lembar halaman itu telah saya baca. Tapi bukan tentang pelajaran yang seharusnya saya baca mengingat saya sudah kelas tiga, mendekati UN. Yang saya baca adalah lebih itu. Sebuah pelajaran yang tak akan saya temukan pada buku science atau fotokopian jam ke-0 manapun. Sebuah pelajaran pengalaman.

Lantas saya amat berterimakasih pada saudara yang selanjutnya saya panggil Anda. Karena halaman Anda menginspirasi dan sedikit banyak memotivasi saya. Anda adalah guru pengalaman saya saat ini. Guru yang tak menggurui, tapi memahami.

Bahasa yang Anda gunakan sederhana, namun diksinya indah. Ide-ide yang Anda sampaikan pun 'out of the mind' namun mudah saya tangkap dan saya kebanyakan setuju dengan Anda meski saya tak berkomentar apa-apa. Entah mengapa saya menyukainya walau hanya di hati saja (tanpa tindakan mengacungkan ibu jari). Sebab Anda mentransfer ilmu dan ide Anda tidak secara menggurui. Dibanding orang yang terlalu menekan dan cenderung menyalahkan bahkan menjatuhkan pihak lain. Ya,saya sangat suka tulisan Anda. Anda telah mengubah saya dalam waktu sehari.

Tetapi saya ragu untuk mengungkapkannya secara langsung. Karena mungkin kita berbeda hal. Terlebih saya tidak terlalu mengenal Anda sehingga saya canggung. Dan terlihat dari karyanya, Anda adalah orang yang serius sedang saya orang yang suka bercanda. Maka dari itu saya membuat surat kaleng ini untuk Anda. Sebenarnya tak perlu juga Anda membaca. Boleh dibuang jika memang sembarang. Tapi saya hanya ingin menulis tentang Anda. Semoga surat kaleng dibawa oleh angin menuju beranda rumah Anda. Dan semoga Anda suka dengan 'didikan' Anda.

Purbalingga,6 Februari 2011
ttd,
Sosiana Dwi N.

#hanya sebuah ilustrasi.

Si-X

Posted by Sosiana Dwi On 3:17 pm
Sebut saja dia x. Dia itu berangan bebas, lepas, kadang tak terjangkau. X ingin berjalan-jalan ke seluruh negeri impian dimana semua alfabet berada. Dia ingin merasakan hembusan persahabatan, langkah kebebasan, pengalaman yang berwarna-warni. Dia ingin dan sangat ingin. Sayangnya x adalah orang desa nan jauh dari kota. Bukan, bukan itu alasan dia tak bisa menggapai inginnya. Dia hanya sekedar takut untuk melepas rantai-rantai yang mengekangnya kuat. Terlebih akan aturan yang ada.

Pernah suatu kali x mencoba mencicipi yang dia inginkan. Sebuah kebebasan yang menyenangkan, tentu dibawah semua aturan yang dia ketahui. Namun, rantainya lah yang akhirnya mengambilnya. Rantai-rantai itu takut menyakiti x jika dia bebas. Yang x tau hanya rantailah yang sebenarnya menyakiti hatinya.

X bukanlah orang yang menyerah pada keputusasaan. Dengan beberapa tipu daya ia mengelabui rantai. Ia kembali bebas, walau dalam hati tak tenang. Dan lihat, sang rantai begitu kecewa dan khawatir pada x.

Kini x menyadari. Rantai baik sekali padanya. X tak ingin menyakitinya lagi. Sehingga x menutup dirinya dari kebebasan. X menemukan alat yang cocok untuk melepaskan nuraninya. Dengan secarik kertas kumal ia menulis baris, deret dengan semua alfabet yang ia kenal. Namun dengan misterinya ia menulis namanya pada beberapa tempat. X dan x dan x.

X adalah orang yang bebas, meskipun ia terikat. X adalah misteri yang memikat. Setiap orang memikirkannya, tapi x adalah misteri.

An answer ur question.

  • Contact us

    Sosiana Dwi Architecture 2011 Bandung Institute of Technology