Gondjang-Gandjing
Kampoes mengusung tema “Kasih Sayang dalam Budaya".
Tema ini memiliki makna bahwa dalam seni budaya yang beragam kita bisa belajar
untuk menyayangi dan mengashi sesama manusia dan juga sebagai simbol
keberagaman Indonesia yang majemuk.
Keberagaman
seni dan budaya di Indonesia yang membentang dari Sabang hingga Merauke telah
menjadi ide dasar dibentuknya sebuah acara berjudul Gondjang-Gandjing. Acara
ini diprakarsai oleh Kemenetrian Seni Budaya Kabinet KM-ITB yang telah
berlangsung selama beberapa tahun dalam rangka mengusung kebhinekaan budaya di
Indonesia. Terlebih kampus ITB terkenal dengan kemajemukannya dan memiliki
puluhan unit kegiatan mahasiswa yang berhubungan dengan seni budaya.
Debut pertamanya di
kepengurusan 2012/2013 adalah pada tanggal 6 Oktober 2012 yaitu dilaksanakannya
Gondjang Gandjing Cisitu. Gondjang-Gandjing ini berlangsung di daerah Cisitu
yang merupakan daerah kosan mahasiswa ITB dan sukses menghibur baik mahasiswa
ITB maupun masyarakat Cisitu. Jumat malam lalu (15/02) Gondjang-Gandjing
kembali tampil dengan mengambil setting Aula
Timur kampus ganesha. Acara kali ini
bertajuk Gondjang Gandjing Kampoes (GGK) dengan mengusung tema “Kasih Sayang dalam Budaya". Tema ini memiliki makna
yang dalam yaitu dalam seni budaya yang beragam kita bisa belajar untuk
menyayangi dan mengashi sesama manusia dan juga sebagai simbol keberagaman
Indonesia.
Acara
yang dimulai pukul 19.00 ini dihadiri oleh puluhan massa kampus yang bertujuan mencari
hiburan di malam Sabtu setelah Senin-Kamis disibukan oleh kegiatan perkuliahan.
Acara dibuka dengan penampilan tarian modern bertajuk “Newbie on The Stage” dari Infinity ITB. Selanjutnya Indonesia Raya
pun berkumandang dengan merdu dinyanyikan oleh setiap elemen yang hadir pada
malam hari itu. Uniknya lagu lagu kebangsaan Indonesia tersebut dinyanyikan
lengkap dengan versi kedua dan ketiga yang selama ini jarang didengar sehingga
menambah kekhidmatan.
Setelah itu secara resmi acara dibuka oleh Ketua Panitia GGK, Mikael Adi Surya
dari Fakultas Teknologi Industri dan Presiden Kabinet KM ITB, Anjar Dimara
Sakti dari Teknik Geodesi dan Geomatika 2008, kemeriahan pun berlanjut dengan
penampilan tarian dari beberapa unit. Antara lain penampilan
tari Ratoh Duek dari UKA (Unit Kebudayaan Aceh), Tari Bedana, tari pergaulan dari Lampung oleh
UBALA (Unit Budaya Lampung), UKJ (Unit Kebudayaan Jepang) dengan Gekitei Ondo. Namun
ada hal yang tidak biasa dari penampilan ketiga unit budaya tersebut. Para
penarinya bukanlah penari dari unit budaya mereka masing-masing. Ternyata mereka
mengikuti Exchange Unit, yaitu pertukaran antara unit seni
budaya satu dengan yang lain. Misalkan unit daerah x belajar menari di unit
budaya y begitu pula sebaliknya. Pelatihnya saja yang berasal dari unit budaya
tarian tersebut. Dengan adanya Exchange
Unit ini mahasiswa akan belajar khasanah budaya secara lebih luas. Pandangan mengenai budaya
tidak hanya terpaku di budaya yang dibawanya sejak lahir saja.
Selain
Exchange, inovasi lain yang dibawa oleh
GGK adalah kolaboratif yaitu menggabungkan budaya satu dengan yang lain hingga
tercipta harmonisasi yang indah. Hal ini terlihat dari persembahan PSM (Paduan Suara Mahasiswa) dan PSTK (Perkumpulan
Seni Tari dan Karawitan) yang membawakan lagu-lagu jawa sinden seperti Macapat,
Ojo Dipoyoki, dan Cintaku Sekonyong-konyong Koder secara
medley. Kolaborasi antara UKSU (Unit Kesenian Sumatera Utara), UKM (Unit
Kebudayaan Minang), MGG (Maha Gotra Ganesha), dan Apres yang menyanyikan
bermacam-macam lagu hasil penggabungan beberapa budaya tradisional dengan
budaya modern. Lagu yang berlirik “Cinta-cinta
Indonesia” pun dibawakan dengan
apik dengan instrumen Minang-Bali-Batak yang dipadukan dengan band sehingga
menimbulkan tepuk tangan meriah dari para penonton. Himpunan pun tak mau kalah,
HMT (Himpunan Mahasiswa Tambang) dengan orkes semi dangdutnya sanggup
menggoyang Aula Timur dengan lagu-lagu dangdut andalannya seperti Goyang Erika.
Lalu HMT, HIMASITH (Himpunan Mahasiswa Sekolah Ilmu Teknologi Hayati) Nymphea dan
MTI (Mahasiswa Teknik Industri) bersatu dalam kolaborasi lagu dan tari
Kicir-Kicir yang berasal dari Betawi.
Tak
hanya itu saja, Kecak Satu ITB oleh mahasiswa TPB (Tahap Persiapan Bersama)
2012 yang dilatih oleh MGG berhasil memukau penonton. GGK pun diakhiri dengan
apik oleh penampilan sendratari Rama Shinta yang ditampilkan oleh LSS (Lingkung
Seni Sunda). Namun Gondjang-Gandjing ini tak akan berakhir disini, akan ada
Gondjang-Gandjing berikutnya yang berlangsung di bulan April di daerah Plesiran.
(Sosi)
PSTK dan PSM dalam satu Penampilan |
Himpunan Mahasiswa Jurusan dalam Kicir-kicir |
Ditulis untuk memenuhi tugas Jurnalimse Sains Teknologi |
0 Opini:
Post a Comment
Bahasa menunjukan bangsa, jadi pergunakanlah bahasa yang baik dengan format sopan santun yang telah ada :)