Aku menjadi bagian
dari tim penilai sayembara Surat Cinta Untuk Indonesia (SCUI) yang dikirimkan
oleh anak-anak SMA dari seluruh penjuru Indonesia. Ketentuan sayembara ini
adalah mereka membuat cerita mengenai kehidupan sehari-har i mereka, cita-cita
mereka masuk ITB, dan mimpi mereka selepas dari ITB. Yah, semua adalah tentang
ITB karena ini bagian dari acara panitia Aku Masuk ITB.
Ada-ada hal yang
lucu dan unik ketika melihat tulisan-tulisan mereka, ada yang berisi kepolosan
dan keluguan yang pernah aku rasakan juga saat SMA. Ada tulisan yang ketika kau
membacanya kau merasa terbakar oleh semangat. Fire!
Warna-warninya ada
pula yang membawamu kembali ke masa SMA dulu. Beberapa ceritanya membuat aku
terharu oleh kisah yang dialaminya walau pun tak sampai berlinang air mata.
Bahkan ada salah satu cerita yang, "aing pisan" atau Aku pisan lah.
Surat-surat ini
serasa menampar kesadaranku!
Aku jadi teringat
ketika aku masih memakai seragam berwarna putih dengan bawahan biru (yang kata
orang abu-abu) apalagi ketika kelas XII. Aku begitu bersemangat masuk ITB,
dengan banyak alasan pokoknya aku harus masuk ITB.
Aku ingin kuliah di
tempat pak Soekarno dan pak Habibie pernah menimba ilmu.
Aku ingin menjadi
bagian dari institut terbaik bangsa ini.
Aku ingin menjadi arsitek di negeri ini lulusan dari
institut terbaik ini.
Aku ingin belajar
bangunan di ITB yang unik ini.
Aku ingin bisa
membanggakan Tuhan, bangsa, dan almamater.
Aku ingin hidup di
lingkungan kampuss yang sepertinya nyaman dengan banyak orang cerdas si
sekitarku
Aku ingin begini..
Aku ingin begitu..
Lalala banyak
sekali.
Mimpi itu semakin
lama semakin mengakar, bahkan ketika aku tidak lolos SNMPTN Undangan. Aku
belajar terus-menerus karena menyadar i kemampuan finansialku yang tidak bisa
ikut bimbingan belajar di tempat bimbel yang mahal. Bekerja dan menabungkan
uangku dari hasil magang di TU SMA adalah bekal sederhana untukku ke kampusku
kelas. Ketika aku akhirnya lolos SNMPTN tertulis aku menyadari kekuatan
bermimpi dan doa bisa mengabulkan segalanya. Betapa bahagianya aku saat itu,
bahkan aku tak mamu menahan teriakanku di warnet ketika membuka pengumuman itu.
Semua sedih dan lara tersapu oleh surat pemberitahuan itu.
Aku masuk ITB!!
SAPPK pula, betapa
senangnya, dan amat sangat senang terlebih aku bisa mendapatkan bidik misi
untuk meringankan kuliahku.
Acara sidang terbuka
yang berlangsung di Sabuga kubuka dengan mata berkaca-kaca. Sungguh aku
menangis saat itu, bangga masuk bagian dari jaket almamater hijau dan bisa
mengumandangkan salam Ganesa yang menggetarkan jiwa itu. Bahagia semua keinginanku terwujud.
Itu flashback ketika aku ingin masuk ITB dan
akhirnya masuk ke ITB ini. Sekarang ketika sudah dua tahun aku hidup di kampus
ini semangat muda yang dulu bisa membakarku perlahan-lahan seolah hilang
ditengah aktivitas. Semangat tiap hariku kini berubah menjadi keluh kesah
setiap hari. Kelelahan yang aku kiranya dulu akan sangat menyenangkan ternyata
menyudutkanku dalam cerita rutinitas. Seperti hidup dan tak hidup digantungkan
dalam dua dunia . Entah karena ini semua tidak sesuai bayangan awal atau aku
lupa akan perjuanganku dulu. Jika aku lupa pada masa aku berusaha keras di SMA
maka aku akan sangat berterima kasih kepada kak Aditya Agung Putra, kaka
Taplokku yang juga kakak yang menawarkan pekerjaan membaca sayembara SCUI ini.
Karena aku sadar aku hidup dari masa lalu untuk terus bertahan di masa kini karena keyakinan di
masa lalu akan tetap sama sampai kapanpun juga. Meskipun kondisinya sudah
berbeda kini tapi semangatnya tidak akan boleh berganti!
Dan, mengutip
perkataan mas Ikhyan Dwi Kurniawan,
"Kita tidak boleh menjadi beban almamater,"
Almamater ini sudah
cukup terkenal namanya, aku tidak boleh begitu saja bernaung di bawahnya. Aku
harus mandiri dan membuktikan nama besarnya.
:)
Bandung, 17 Febuari
2013
Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia
0 Opini:
Post a Comment
Bahasa menunjukan bangsa, jadi pergunakanlah bahasa yang baik dengan format sopan santun yang telah ada :)