Sunday, 28 October 2012
Saturday, 27 October 2012
Kawah Putih + Kebon Strawbery (Ciwidey)
Posted by Sosiana Dwi
On 9:59 pm
Sabtu, 27 Oktober 2012
Masih dalam satu periode liburan idul adha. Liburan idul adha ini memang aku tidak bisa kembali ke kampung halaman. Padahal dalam hati kecil aku sudah teramat rindu dengan rumah, dengan ibu, dan semua yang berbau kampung halaman. Sudah sejak dua minggu yang lalu hasrat untuk pulang itu mengeras dalam kepala dan angan-angan tapi apa daya akhirnya ini semua mencair dan tergantikan oleh tugas PKM yang tidak kunjung selesai.
Tapi ternyata ada hikmah di balik ketidakpulanganku. Yang aku pikir liburan ini tidak akan menyenangkan karena tidak akan ada makanan semacam daging ternyata salah. Malam sebelumnya ada kiriman daging kurban dari pak RT tempat aku tinggal. Daging sapi hasil kurban itu bisa dibilang cukup banyak untuk ukuran anak kost. Kita memang dekat dengan lingkungan tempat kost kami dan ada manfaatnya juga akan hal itu. Akhirnya aku, Fitri dan pacarnya Fitri membakar sate sapi di halaman atas kontrakan kami. Bahkan kami juga sempat membagi-bagikan rezeki kami pada teman-teman yang juga tidak sempat mudik ke kampung halaman.
Itu hikmah yang pertama dan yang kedua mungkin aku bisa diberikan kesempatan lebih untuk merasakan jalan-jalan di kota Bandung, tempat aku kuliah kini. Sudah lama aku mendengar tentang Kawah Putih yang terletak di Ciwidey tapi tak pernah sekali pun aku berkunjung kesana. Aku pernah melihat tempat itu di salah satu shooting sebuah film yaitu Heart dan sering pula mendengar ceritanya dari televisi. Sepertinya tempatnya indah. Mimpi itu terealisasi pula melalui kelompok 3 studio AR2100 yang yang masih berada di Bandung yaitu Zunaiza aka Bu Haji, Jihad, Arif Rizki Hutomo aka Tomo sang empunya mobil, Ninis, dan Ocha. Kami berenam janjian di gerbang depan kampus jam 07.00 namun dilanggar sendiri olehku yang baru bangun jam setengah 8 pagi. Hehe
Menempuh perjalanan yang cukup lama yaitu sekitar 3 jam an dengan bantuan google map navigasi dan tanya sana-sini sampailah kita di tempat tujuan. Lewat Pasteur - Tol Kopo - Ciwidey -Pasir Jambu - 16 km lagi ke atas buat menempuh kawah putih dengan total jarak 40 km (sumber Google map) .
Sesampainya di gerbang masuk kita diberi pilihan, akan menuju gate terdekat dengan kawah putih dengan mobil yang kita bawa dan diberi charge parkir mobil sebesar Rp 150.000,00 dan masih pula dihitung per orang Rp 15.000,00 atau naik ke atas menggunakan kendaraan umum yang disediakan pihak pengelola dengan rincian Tiket masuk Rp 15.000,00 ,tiket kendaraan Rp 10.000,00 dan tiket parkir Rp 6.000,00. Penuh perhitungan akhirnya kami ambil yang kedua! :D
Jarak antara gerbang masuk dengan lokasi kawahnya lumayan jauh sekitar 15 menit naik mobil ditempuh dengan kendaraan umum yang telah disediakan. Pemandangan yang kami lalui begitu indah dengan pepohonan hijau yang menjulang tinggi. Sampai pula pada titik akhir yaitu kawah putih. Kyaa, kami takjub dengan pengelolaan wisata ini dengan baik terbukti dengan kebersihan yang sangat amat terjaga. Tidak terlihat sampah sedikit pun kecuali di tempat sampah. Tempat sampah pun dibagi menjadi dua jenis yaitu anorganik dan organik. Dan tak hanya itu, pemandangannya bung! Cakep! Putih! indah! :D
Satu kata : KYAAAAAAAAA :D
Anjuran kalau datang kesini, kalau sudah mulai mual tenggorokan kering, pusing-pusing lebih baik hubungi petugas kesehatan yang berada di situ karena bisa di pastikan engkau tengah keracunan belerang.
Puas dengan Kawah putih dan foto-fotonya yang indah kami kelaparan juga dan membeli makanan yang berada di sekitar tempat parkir. Harganya rata-rata tempat wisata dari mulai 5000 - belasan ribu. Tak ingin kembali ke Bandung dengan tangan kosong maka segeralah kami beli oleh-oleh. Tapi kami ini penganut anti mainstream makanya kami mencari oleh-oleh Strawberi namun yang menyediakan sistem petik sendiri. Karena hari sudah mulai hujan dan hampir semua kebun tersebut tengah kosong persediaan strawberinya maka dapatlah kami terdampar di Saung Sari. Di tempat tersebut kita bebas memetik strawberi sendiri dengan membayar strawberi sebanyak yang kita ambil. Satu kilonya seharga Rp 40.000,00 dan rasanya manis tanpa asem. :D. Kita bisa juga menikmati strawberi goreng maupun makanan berbau strawberi dengan mengocek lebih banyak uang di kantong.
Dua kata untuk hari ini ; KYAAAAAAA KYAAAAAA :D
Note :
Seringkali kita jenuh dengan rutinitas, menyapa alam adalah alternatif untuk kita bisa menikmati dan mensyukuri hidup.
Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia
Masih dalam satu periode liburan idul adha. Liburan idul adha ini memang aku tidak bisa kembali ke kampung halaman. Padahal dalam hati kecil aku sudah teramat rindu dengan rumah, dengan ibu, dan semua yang berbau kampung halaman. Sudah sejak dua minggu yang lalu hasrat untuk pulang itu mengeras dalam kepala dan angan-angan tapi apa daya akhirnya ini semua mencair dan tergantikan oleh tugas PKM yang tidak kunjung selesai.
Tapi ternyata ada hikmah di balik ketidakpulanganku. Yang aku pikir liburan ini tidak akan menyenangkan karena tidak akan ada makanan semacam daging ternyata salah. Malam sebelumnya ada kiriman daging kurban dari pak RT tempat aku tinggal. Daging sapi hasil kurban itu bisa dibilang cukup banyak untuk ukuran anak kost. Kita memang dekat dengan lingkungan tempat kost kami dan ada manfaatnya juga akan hal itu. Akhirnya aku, Fitri dan pacarnya Fitri membakar sate sapi di halaman atas kontrakan kami. Bahkan kami juga sempat membagi-bagikan rezeki kami pada teman-teman yang juga tidak sempat mudik ke kampung halaman.
Itu hikmah yang pertama dan yang kedua mungkin aku bisa diberikan kesempatan lebih untuk merasakan jalan-jalan di kota Bandung, tempat aku kuliah kini. Sudah lama aku mendengar tentang Kawah Putih yang terletak di Ciwidey tapi tak pernah sekali pun aku berkunjung kesana. Aku pernah melihat tempat itu di salah satu shooting sebuah film yaitu Heart dan sering pula mendengar ceritanya dari televisi. Sepertinya tempatnya indah. Mimpi itu terealisasi pula melalui kelompok 3 studio AR2100 yang yang masih berada di Bandung yaitu Zunaiza aka Bu Haji, Jihad, Arif Rizki Hutomo aka Tomo sang empunya mobil, Ninis, dan Ocha. Kami berenam janjian di gerbang depan kampus jam 07.00 namun dilanggar sendiri olehku yang baru bangun jam setengah 8 pagi. Hehe
Menempuh perjalanan yang cukup lama yaitu sekitar 3 jam an dengan bantuan google map navigasi dan tanya sana-sini sampailah kita di tempat tujuan. Lewat Pasteur - Tol Kopo - Ciwidey -Pasir Jambu - 16 km lagi ke atas buat menempuh kawah putih dengan total jarak 40 km (sumber Google map) .
Sesampainya di gerbang masuk kita diberi pilihan, akan menuju gate terdekat dengan kawah putih dengan mobil yang kita bawa dan diberi charge parkir mobil sebesar Rp 150.000,00 dan masih pula dihitung per orang Rp 15.000,00 atau naik ke atas menggunakan kendaraan umum yang disediakan pihak pengelola dengan rincian Tiket masuk Rp 15.000,00 ,tiket kendaraan Rp 10.000,00 dan tiket parkir Rp 6.000,00. Penuh perhitungan akhirnya kami ambil yang kedua! :D
Jarak antara gerbang masuk dengan lokasi kawahnya lumayan jauh sekitar 15 menit naik mobil ditempuh dengan kendaraan umum yang telah disediakan. Pemandangan yang kami lalui begitu indah dengan pepohonan hijau yang menjulang tinggi. Sampai pula pada titik akhir yaitu kawah putih. Kyaa, kami takjub dengan pengelolaan wisata ini dengan baik terbukti dengan kebersihan yang sangat amat terjaga. Tidak terlihat sampah sedikit pun kecuali di tempat sampah. Tempat sampah pun dibagi menjadi dua jenis yaitu anorganik dan organik. Dan tak hanya itu, pemandangannya bung! Cakep! Putih! indah! :D
Satu kata : KYAAAAAAAAA :D
Anjuran kalau datang kesini, kalau sudah mulai mual tenggorokan kering, pusing-pusing lebih baik hubungi petugas kesehatan yang berada di situ karena bisa di pastikan engkau tengah keracunan belerang.
Kawah Putih |
Puas dengan Kawah putih dan foto-fotonya yang indah kami kelaparan juga dan membeli makanan yang berada di sekitar tempat parkir. Harganya rata-rata tempat wisata dari mulai 5000 - belasan ribu. Tak ingin kembali ke Bandung dengan tangan kosong maka segeralah kami beli oleh-oleh. Tapi kami ini penganut anti mainstream makanya kami mencari oleh-oleh Strawberi namun yang menyediakan sistem petik sendiri. Karena hari sudah mulai hujan dan hampir semua kebun tersebut tengah kosong persediaan strawberinya maka dapatlah kami terdampar di Saung Sari. Di tempat tersebut kita bebas memetik strawberi sendiri dengan membayar strawberi sebanyak yang kita ambil. Satu kilonya seharga Rp 40.000,00 dan rasanya manis tanpa asem. :D. Kita bisa juga menikmati strawberi goreng maupun makanan berbau strawberi dengan mengocek lebih banyak uang di kantong.
Dua kata untuk hari ini ; KYAAAAAAA KYAAAAAA :D
Kebon Strawberi petik sendiri |
Foto-foto kenangan |
Note :
Seringkali kita jenuh dengan rutinitas, menyapa alam adalah alternatif untuk kita bisa menikmati dan mensyukuri hidup.
Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia
Wednesday, 17 October 2012
Puisi Senja
Posted by Sosiana Dwi
On 10:30 pm
Aku dedikasikan kepada teman satu peng"goreng"an, Fitri Sekar Asih. Sudah lama tidak bermelow drama dengan bantuan puisi
Aku akan mengarungi pekat senja
Hingga nanti perjumpaan dengan malam
Hanya bintang yang akan berkisah keadaannya
lagu malam tentang dendang kesepian yang bersaut
Dan sinar mentari yang mampu memantulkan kisah itu pada raut rembulan
Kepada sang senja yang entah siapa, haha
Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia
Aku akan mengarungi pekat senja
Hingga nanti perjumpaan dengan malam
Hanya bintang yang akan berkisah keadaannya
lagu malam tentang dendang kesepian yang bersaut
Dan sinar mentari yang mampu memantulkan kisah itu pada raut rembulan
Kepada sang senja yang entah siapa, haha
Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia
Tuesday, 16 October 2012
Lahan Parkir vs Shelter Sepeda
Posted by Sosiana Dwi
On 9:52 pm
Malam ini dari kicauan burung biru terdengar ribur-ribut
mengenai shelter @bikebdg yang
tengah mengalami masalah dengan pihak Unikom.
Berita secara tertulis belum terdengar dari media cetak maupun online, hanya
saja media jejaring sosial sudah mengulasnya dengan beragam opini publik yang
terangkum dalam hastag sepedaVSUnikom.
Dari kumpulan opini aku menyimpulkan banyak klausa dalam benakku tentang apa
yang sebenarnya terjadi. Eng ing eng...
Bermula dari adanya program kreatif bertema bike sharing dari pemuda Bandung yang
diprakarsai oleh bike bdg dan Bandung
Creativity City Forum (BCCF) untuk membuat 10 titik peminjaman sepeda di
penjuru Bandung. Hebatnya program ini adalah yang pertama di Asia Tenggara untuk skala kota dan dibiayai bukan oleh
pemerintah! Selengkapnya bisa baca disini.
Salah titik shelter itu ya di trotoar yang berfungsi ganda
sebagai lahan parkir Unikom yang berada di Jalan
Dipati Ukur atau DU. FYI sih, jalan DU khususnya yang berada di depan
Unikom ini mencerminkan kesemerawutan lahan parkir. Terlihat jika saya sedang
melewati kampus ini terlebih sedang jam makan siang atau jam pulang mahasiswa.
Wuizz, macet gila. Apalagi Unikom ini bangunannya mendekati Simpang Dago,
sebuah perempatan yang trafficnya padat setiap harinya sehingga bisa terlihat
tidak ada Unikom-pun jalan ini bakal macet apalagi ditambah adanya lahan parkir
yang meluber ke trotoar bahkan ke jalan.
Karena kemeluberan yang semakin parah hal itulah mungkin
yang membuat si Rektorat tidak menyetejui adanya shelter tersebut. Padahal
tumpahnya sepeda motor dari lahan parkir ke trotoar itu bukan salah shelter
sepeda bukan? Dan hanya memakan lahan kira-kira 1x3 meter. Si rektorat
mempertahankan lahan seluas 1x3 yang biasanya berfungsi sebagai lahan parkir
mahasiswanya tersebut.
Dari kabar yang didengar oleh saya dari burung biru juga
didapat bahwa shelter tersebut Rabu malam, 17 Oktober 2012 resmi diusir dari
trotoar Unikom, dari trotoar milik negara. Kalau menilik dari aksesibiltas
jalan yang pernah saya pelajari di TPB SAPPK sebuah trotoar hanya berfungsi
sebagai tempat pejalan kaki berjalan
agar terhindar dari kendaraan bermotor. Bukan berarti pejalan kaki harus
membagi ruang dengan kendaraan bermotor berdiam diri. Tujuan trotoar kan untuk
keamanan pemakainya dari kecelakaan, pertanyaannya siapa yang butuh keamananan
ketika terjadi kecelakaan? Pejalan kaki atau motor?
Banyak pendapat nangkring di kumpulan hastag tersebut , salah
satunya seperti :
Xx :Gw kira ga perlu sekolah tinggi tinggi buat tahu bahwa trotoar tuh
bukan tempat parkir motor #sepedaVSunikom
G inget ma keselamatan pejalan kaki tuhh "@misshitta: Area trotoar mau dijadiin lahan
parkir. Itu yg gue nggak abis pikir#sepedaVSunikom"
UURI No.29.2009 Pasal 62(2) Pesepeda berhak a/ fasilitas pndkng
keamanan,keselamatan,ketertiban&kelancaran dlm brlalu lintas#sepedaVSUnikom
UURI No.29.2009 tentang lalu lintas & angkutan jln.Pasal62 (1) Pemerintah
hrs mmberikan kmudahan berlalu lintas bgi pesepeda#sepedaVSUnikom
·
Note : Inilah kekuatan revolusi bemedia massa
dan berdemokrasi di dunia maya, satu per satu opini yang tanpa kita sadari
membangun negara dan bangsa bermunculan walau tidak harus menjadi seorang
anggota dewan. Benar atau salah lagi-lagi kita yang menjadi kontrol atas emosi
yang kita keluarkan sendiri. Artikel ini hanya opini massa yang mna belum yang belum di
cross cek lagi. Saya hanya sedang berdialog dengan diri saya mengenai
aksesibilitas jalan saja yang pernah saya pelajari.
Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia
Dialog tidak penting
Posted by Sosiana Dwi
On 1:30 am
Ini tahun keduaku belajar di perkuliahan dan menjadi tahun pertamaku masuk jurusan. Perkuliahan dengan sistem yang berbeda dialami oleh diriku yang menempuh kuliah di ITB. Tidak hanya ITB tentunya, IPB pun menerapkan sistem yang sama yaitu Tahap Persiapan Bersama (TPB). Jadi satu tahun sebelum ini aku masuk ke dalam fakultas yang diberi nama SAPPK (Sekolah Arsitektur Perancangan, dan pengembangan kebijakan kota) yang didalamnya terdapat dua prodi yaitu Arsitektur dan Perencanaan Wilayah Kota atau biasa disingkat planologi.
Nah, jadi alurnya adalah masuk ITB --> Masuk fakultas/sekolah --> masuk jurusan
Bahagia rasanya bisa lepas dari TPB dan tidak lagi belajar mata kuliah Kalkulus, Kimia dan Fisika. Kalau di prodi lain mubkin mata kuliah ini amat sangat berguna. Namun di jurusan yang nantinya akan aku rasakan sepertinya agak terlalu terlalu dalam untuk mempelajari tiga mata kuliah itu. Tapi ya sudahlah, ini akan segera berakhir.
Oh ya, selalu ada cerita ketika orang bertanya jurusan padaku ketika aku masih TPB, seperti ini dialognya :
P : Kuliah dimana?
A : Di ITB
P : Ohh, jurusan apa emang?
A : Belum punya jurusan masih fakultas
P : Kok bisa? :o
A : Yah emang gitu sistemnya -_-. Aneh ya? !@#$
bisa juga
P : Kuliah dimana?
A : Di ITB
P : Ohh, jurusan apa emang?
A : Arsitektur (Ceritanya berusaha mempersingkat dialog dan sedang berdoa moga masuk arsi, tapi nyatanya ...)
P : Wah, udah masuk SPA donk?
A : Hah? Apaan tuh SPA?
P : Katanya anak arsitektur, masa gak tau sih? (muka ga percaya) itu lho Studio Perancangan Arsitektur
A : Kok masnya tau?
P : Saya kan arsitektur juga, tapi di univ X
A : Oh, hahahahahha !@!#!$ -_-
Atau dialog seperti ini :
P : Kuliah dimana?
A : Di ITB
P : Jurusan?
A : SAPPK
P : apaan tuh?
A : Sekolah Arsitektur Perancangan, dan pengembangan kebijakan kota (sambil ngos-ngosan)
P : Ooh, itu tentang apa ya?
A : gtu deh, (udah cape duluan) -_-'
Yang lebih parah adalah ini :
P : Gimana kuliahnya di Bogor?
A : Hah, Bogor? (muka bego)
P : Lho kuliah di ITB kan?
A : iya. Emang ITB apaan coba?
P : Institut Teknik Bogor kan?
A : heeh, iya , kemarin baru pindahan -_-
Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia
Nah, jadi alurnya adalah masuk ITB --> Masuk fakultas/sekolah --> masuk jurusan
Bahagia rasanya bisa lepas dari TPB dan tidak lagi belajar mata kuliah Kalkulus, Kimia dan Fisika. Kalau di prodi lain mubkin mata kuliah ini amat sangat berguna. Namun di jurusan yang nantinya akan aku rasakan sepertinya agak terlalu terlalu dalam untuk mempelajari tiga mata kuliah itu. Tapi ya sudahlah, ini akan segera berakhir.
Oh ya, selalu ada cerita ketika orang bertanya jurusan padaku ketika aku masih TPB, seperti ini dialognya :
P : Kuliah dimana?
A : Di ITB
P : Ohh, jurusan apa emang?
A : Belum punya jurusan masih fakultas
P : Kok bisa? :o
A : Yah emang gitu sistemnya -_-. Aneh ya? !@#$
bisa juga
P : Kuliah dimana?
A : Di ITB
P : Ohh, jurusan apa emang?
A : Arsitektur (Ceritanya berusaha mempersingkat dialog dan sedang berdoa moga masuk arsi, tapi nyatanya ...)
P : Wah, udah masuk SPA donk?
A : Hah? Apaan tuh SPA?
P : Katanya anak arsitektur, masa gak tau sih? (muka ga percaya) itu lho Studio Perancangan Arsitektur
A : Kok masnya tau?
P : Saya kan arsitektur juga, tapi di univ X
A : Oh, hahahahahha !@!#!$ -_-
Atau dialog seperti ini :
P : Kuliah dimana?
A : Di ITB
P : Jurusan?
A : SAPPK
P : apaan tuh?
A : Sekolah Arsitektur Perancangan, dan pengembangan kebijakan kota (sambil ngos-ngosan)
P : Ooh, itu tentang apa ya?
A : gtu deh, (udah cape duluan) -_-'
Yang lebih parah adalah ini :
P : Gimana kuliahnya di Bogor?
A : Hah, Bogor? (muka bego)
P : Lho kuliah di ITB kan?
A : iya. Emang ITB apaan coba?
P : Institut Teknik Bogor kan?
A : heeh, iya , kemarin baru pindahan -_-
"Jadi jangan coba-coba bertanya mengenai jurusan kepada anak ITB terlebih yang sedang mengalami TPB. !!!!"
Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia
Subscribe to:
Posts (Atom)