Berawal kisah saat aku masih belia
Ketika kau masih tertatih mengeja nama
Aku telah berulah
Menjelajah dimensi sains
Lewat kacamata Hawking dan Darwin
Bersama mereka
Berbaris ribuan fakta
Menindas spiritual
Merajai intelektual
Bersama mereka
Berderet ribuan tanya
“Dimana Tuhan?”
“Apa Dia ada untuk menjawab pertanyaan?”
“Atau hanya muncul dalam kitab yang diwariskan?”
Huft... aku tak tahu
Lalu sadarku mendewasakanku
Mata ini terbuka dan ini nyata
Kejam itu merajam sendi ketidakadilan
Disana,
diatas milyaran uang rakyat mereka tertawa
Tak mau buang waktu untuk sekedar sembayang
Sedang disini,
ribuan doa, jua tak buatku kaya apalagi bahagia
pecah hatiku meronta “Arghh!” aku berteriak,
di antara perih yang menghimpit
yang menjadi cadas di jalanku yang sempit
Tapi semua usang layaknya sepeda tuaku
Seperti mimpi-mimpiku
Seperti beban di pundakku
“Dimana Tuhanku Yang Mahaadil?”
“Apa Dia ada? Diantara jerit dan doa?”
“Apa Dia juga ada diatas nista dan derita?”
Lagi-lagi aku tak tahu...
Detik yang sesaat
Kutelusuri jalanku yang sesat
Pola pikirmu yang sederhana
Tak untukku yang susah dan resah
Aku limbung dalam bingung
Bagai balita kehilangan ibunya aku bertanya
“Dimana Tuhanku?”
….....
Aku butuh jawaban!
Bukan makian dan sindiran!
Bukan titel “Atheis” yang kuharapkan!
Bukan ayat-ayat kemunafikan!
Aku semakin limbung dan bingung
Lalu aku sendiri dan mencari
Jalan sesatku ini
“Oh Tuhan...(jika memang ada)”
“Dimana Engkau”
Kali ini dan untuk kesekian kali
Ku bertanya dan berdoa
Entah untuk-Mu atau logikaku
Aku mencari-Mu dalam gugusan bintang
Aku menanti-Mu dalam dehidrasi siang
Aku memimpikan-Mu dalam fatamorgana padang
Karena kejadian manusia dan alam semesta
Pasti kan ada jawabnya
Mungkin Engkau Tuhannku (jika memang ada),
mungkin sang alam dan para ilmuwan,
atau penderitaaanku yang mengaburkan logikaku
ditulis untuk tugas bahasa indonesia tentang balada. karena aku ngga punya kisah hidup yang indah akhirnya aku mengisahkan temenku. walau aku ngga minta izin dulu ke ida. tapi ya sudahlah. balada dia tas sebenarnya mengisahkan tentang teenku yang mencari aTuahnnya. pernah vacum kepercayaan selama beberapa waktu. tapi sekarang dia sudah menemukan Tuhan.
mencari Tuahan itu lebih indah daripada kita diberi dari orang tua kita lho...
begitu katanya
Ketika kau masih tertatih mengeja nama
Aku telah berulah
Menjelajah dimensi sains
Lewat kacamata Hawking dan Darwin
Bersama mereka
Berbaris ribuan fakta
Menindas spiritual
Merajai intelektual
Bersama mereka
Berderet ribuan tanya
“Dimana Tuhan?”
“Apa Dia ada untuk menjawab pertanyaan?”
“Atau hanya muncul dalam kitab yang diwariskan?”
Huft... aku tak tahu
Lalu sadarku mendewasakanku
Mata ini terbuka dan ini nyata
Kejam itu merajam sendi ketidakadilan
Disana,
diatas milyaran uang rakyat mereka tertawa
Tak mau buang waktu untuk sekedar sembayang
Sedang disini,
ribuan doa, jua tak buatku kaya apalagi bahagia
pecah hatiku meronta “Arghh!” aku berteriak,
di antara perih yang menghimpit
yang menjadi cadas di jalanku yang sempit
Tapi semua usang layaknya sepeda tuaku
Seperti mimpi-mimpiku
Seperti beban di pundakku
“Dimana Tuhanku Yang Mahaadil?”
“Apa Dia ada? Diantara jerit dan doa?”
“Apa Dia juga ada diatas nista dan derita?”
Lagi-lagi aku tak tahu...
Detik yang sesaat
Kutelusuri jalanku yang sesat
Pola pikirmu yang sederhana
Tak untukku yang susah dan resah
Aku limbung dalam bingung
Bagai balita kehilangan ibunya aku bertanya
“Dimana Tuhanku?”
….....
Aku butuh jawaban!
Bukan makian dan sindiran!
Bukan titel “Atheis” yang kuharapkan!
Bukan ayat-ayat kemunafikan!
Aku semakin limbung dan bingung
Lalu aku sendiri dan mencari
Jalan sesatku ini
“Oh Tuhan...(jika memang ada)”
“Dimana Engkau”
Kali ini dan untuk kesekian kali
Ku bertanya dan berdoa
Entah untuk-Mu atau logikaku
Aku mencari-Mu dalam gugusan bintang
Aku menanti-Mu dalam dehidrasi siang
Aku memimpikan-Mu dalam fatamorgana padang
Karena kejadian manusia dan alam semesta
Pasti kan ada jawabnya
Mungkin Engkau Tuhannku (jika memang ada),
mungkin sang alam dan para ilmuwan,
atau penderitaaanku yang mengaburkan logikaku
ditulis untuk tugas bahasa indonesia tentang balada. karena aku ngga punya kisah hidup yang indah akhirnya aku mengisahkan temenku. walau aku ngga minta izin dulu ke ida. tapi ya sudahlah. balada dia tas sebenarnya mengisahkan tentang teenku yang mencari aTuahnnya. pernah vacum kepercayaan selama beberapa waktu. tapi sekarang dia sudah menemukan Tuhan.
mencari Tuahan itu lebih indah daripada kita diberi dari orang tua kita lho...
begitu katanya
Categories: experience
0 Opini:
Post a Comment
Bahasa menunjukan bangsa, jadi pergunakanlah bahasa yang baik dengan format sopan santun yang telah ada :)