Apa sih protokoler?
Protokoler secara
sederhananya adalah orang-orang yang menjalankan protokol atau aturan yang ada.
Biasanya protokol ini ada untuk urusan kenegaraan, atau keinstansian yang
memerlukan sesuatu yang formal. Nah kalau di ITB sendiri fungsinya banyak
sekali apalagi yang membutuhkan protokol kampus, tak semuanya butuh biasanya
sih rektoratlah yang memerlukan jasa protokoler. Sebut saja acara wisudaan,
penerimaan mahasiswa baru, upacara 17 Agustus di saraga, upacara ketika ada
guru besar yang meninggal, ada presiden ke kampus, dan banyak lagi yang
lainnya.
Awalnya aku tahu
kehadiran mereka saat mengurusi wisudaan di kampus. Saat itu banyak laki-laki
berjas, dasi, tampak rapi sedangkan perempuannya memakai blazer dan fantovel
yang tentunya cantik dan genteng #eh. Lalu di majalah Boulevard ITB pun diulas
sedikit mengenai protokoler ITB (sedikit promosi lah) jadilah aku tahu sedikit
apa sih itu protokoler. Karena saat itu dibuka lowongan untuk maka tanpa
basa-basi aku pun ikut mendaftar. Karena mencari sesuatu yang berbau
profesionalitas apalagi ini berhubungan dengan instansi aku ingin mencoba
belajar. Bosan juga berada di balik layar saat mengikuti segala sesuatu
sekali-kali pengen eksis di depan pake baju formal pula. Aku berpikir sedikit
besarnya kegiatan ini bermanfaat untuk kegiatan perhumasan alias hubungan
dengan masyarakat agar tidak kaku.
Ternyata benar,
sampai pada diklat pun kami benar-benar di godhog dengan cermat bagaimana
berkomunikasi dengan orang lain. Karena nantinya kami akan diterjunkan di
hadapan banyak orang, mulai dari tamu kenegaraan, sampai pada orang biasa. Tak
ada yang membedakan, kami harus tetap ramah dan tersenyum. Salah satu motto
kami.
Sistem
penyeleksiannya terbilang cukup ketat saat itu. Melalui dua tahap kegiatan yang
pertama adalah psikotes dan wawancara. Psikotes yang dijalani cukup membuat
lelah seharian apalagi ada tes koran dan banyak soal matematika yang karena
otak sudah lama tidak dipakai mikir jadi gak panas-panas. Ditambah telat
datang, dikarenakan biasa lah lalai. Tes wawancara lah yang bikin hati cukup
deg-degan karena memakai bahasa inggris untuk bagian perkenalan. Masalahnya sih
ada denganku yang pelafalannya sering bikin salah kata. Dan alhamdulilah saya
lolos untuk yang kedua ini.
Sebelum benar-benar
terjun ke medan perang kami protokoler 2013 di diklat terlebih dahulu selama
tiga hari. Selama itu kita diberi tahu mengenai jobdesk, pengetahuan dasar
mengenai ITB, public relation, komunikasi
efektif, berbicara di depan publik yang disampaikan oleh M.Achir (pembawa
berita SCTV) , pengembangan diri dan banyak lagi yang lainnya. Disitu pula saya
jadi mengenal banyak orang, banyak tokoh sekaligus banyak teman. Banyak ilmu
tapi sedikit mencatat jadi banyak yang lupa. Hehe -_-
Dan jreng jreng
jreng jreng, sampailah pada tugas pertamaku. Harusnya aku bisa tugas di Wisuda
Juli hanya saja aku tidak bisa meninggalkan amanah di salah satu kepanitian. Ya
sudah aku ikut di tugas Penerimaan Mahasiswa Baru 2013 yang berlangsung di Sasana
Budaya Ganesha alias Sabuga :D #Yeee #prokprok.
Dengan pakaian yang
sangat formal berupa rok panjang hitam, blazer hitam, kemeja putih, kerudung
abu, dan sepatu fantovel aku bertugas. Pukul enam pagi sudah ready di Sabuga,
mungkin disangkanya au mau ngelamar kerja atau bahkan mau ikutan ospek ya? #err.
Sebelumnya sudah pernah gladi sih dengan peserta S-1 lebih dari 3600 mahasiswa.
WOW, saat gladi saja ini si jatah kursi S-1 sudah bikin kecil ukuran sabuga.
Dan hari H pun tak serumit yang ku bayangkan karena semua tinggal jadinya saja.
untuk logistik, konsumsi, acara dan lain-lain sudah ada yang mengatur dari
rektorat itu sendiri. Masalah terbesar si paling ada di mondar-mandir pake
sepatu yang bukan kets. Hehe. Heels pula.
Tugasku hari itu
adalah menjaga pintu masuk sabuga sebelah selatan, menyuruh maba S-1 untuk
melepas atribut OSKM, membagi-bagikan buku PMB dan membawakan baki penghargaan
untuk mahasiswa berprestasi ITB. Uwow, seneng juga sih membawa sesuatu penuh
rasa penghargaan untuk para mahasiswa untuk kemudian diberikan kepada rektor
dan terakhir diberi apresiasi oleh mahasiswa lainnya. Kalo liat ukuran IP sih
aku memang belum pantas dapat julukan mahasiswa berprestasi tapi berprestasi
menurut visiku sendiri aku tengah berproses. Eh jadi OOT.
Dan begitulah
ceritaku berada di Protokoler ITB. Sebenarnya informasinya hanya sekilas saja.
kalau ada yang rancu tanYakan saja ke sumber pemilik blog ini.
Semoga bermanfaat,
Sketsa-sketsa Mimpi, akan membawamu ke imajinasi penuh impian dalam sketsa kasar manusia