Wednesday, 15 June 2011

Tiga Belas Kilometer

Posted by Sosiana Dwi On 10:44 am
Sementara yang lain lalu-lalang dengan motor besi pribadinya, aku slalu dan masih bertahan selama 6 tahun dengan Mercy Orange dan Bis antar jemput, yang stiap kali lewat berganti supir. Hehehe. Guyonan untuk menertawakan diri sendiri adalah hal yang paling menyenangkan untuk menikmati hidup yang kadang lebih rumit dari trigonometri.

Tigabelas kilometer, jarak peraduan dan ilmu. Kadang mengeluh adalah senandung basi yang tak berguna di tengah lamanya menunggu mobil atau kecamuk matahari saat di zenit yang membakar kerongkongan dan meneteskan liur.

Setengah enam pagi dan tak boleh telat atau aku akan ketinggalan momen ini. Sarapan sederhana tak pernah lupa. Langsung saja aku berdiri menunggu bersama orang yang akan ke pasar dengan beragam dagangan. Jika musim panen padi tiba kadang ibu perkasa yang akan 'nggosok' (mencari sisa-sisa batang padi untuk dijadikan beras- setidaknya itu yg aku tahu-) dengan karung beras dan topi caping yang setia menemani. Bis yang kami tunggu datang dengan bergegas, was-was bis lain datang mengejar pundi-pundi uang di depan sana. Perjalanan pagi tak begitu ramai, sepi namun pasti. Bis melaju dengan tergesa, jalanan yg tak rata membuat wajah kantuk kami brsungut-sungut. Sekedar musik campursari ringan pengantar perjalanan ini membawa beberapa orang dalam diam, lamunan atau kantuknya.

Mentari yg rebah di persawahan, memantulkan butir emas dan berlian di tiap tetes embunnya. Atau serpihan cahaya jingga yang berserakan di atas Kali Klawing. Live show, stiap kali pagi mengantarkan senyum pada bumi.

Tiga belas kilometer, beragam golongan pernah kujumpa. Nenek dan kakek yg setia, anak lelaki yg badung dan duduk di atap, bapak tuna netra yg selalu duduk di tempat yg sama, orang gila yg pandai berorasi dan fasih menyanyi dangdut, tukang obat dan rambut gimbalnya, kecelakaan kecil, bemacam buruh wanita, beragam pula seragam dari beragam sekolah, bau menyengat padi dan wajah yg terbakar matahari, wajah lelah, sepeda dan kakek tua, atau kambing baru dan cucunya. Banyak dan masih banyak cerita tak terungkap dalam satu perjalanan.

Tigabelas kilometer, itu tak ingin dilupa. Dalam keserderhanaan dan kesahajaan ia bercerita bagian kecil dari dunia.

Dari 13 km aku ingin menikmati lebih dari ini, puluhan, ratusan, bahkan ribuan kilometer cerita sang pencipta. Ingin kutempuh macam-macam kisah untuk kubawa pulang ke peraduan terakhir.

Purbalingga, 13 Juni 2011.
Categories:

0 Opini:

Post a Comment

Bahasa menunjukan bangsa, jadi pergunakanlah bahasa yang baik dengan format sopan santun yang telah ada :)

  • Contact us

    Sosiana Dwi Architecture 2011 Bandung Institute of Technology