kala senja mengetuk meganya di horison
gadis kesepian itu menunggu
duduklah ia diantara kelapangan hatinya
menunggu rahasia malam yang tak ia pahami
kantuknya merajai dan letihnya menari tiada henti
namun ditepis oleh semua resahnya
burung-burung mencaci namun hatinya berani
ia rebahkan tubuhnya di atas gundah gulana
mencari jawab dari sebuah tanya
sebuah tanya semisterius langit yang tengah ia tatap
gadis itu kembali merenung dan meratap
kla siang ia pincang, bisu dan buta
hanya malam yang kuatkan dia, suarakan kesepiannya dan tunjukan rasi bintangnya
kala terang ia pudar
hanya malam tempatnya bersinar
kala siang ia merana
hanya malam tempatnya bersandar dan menghibur dengan kilat-kilat mimpinya
namun sekarang malam telah berubah
menebarkan bau pekat kegelapan yang teselubung sesaknya rindu
ia pejamkan mata dan tutup telinga
mencoba tak melihat malam lagi
tapi gadis itu bodoh dan tak sadari kenyataan
gadis itu bukan siapa-siapa
dan tidak bisa apa-apa
gadis itu hanya meninggu atas dasar waktu
yang makin sempit dan terjepit
dan menghamba tuk bisa duduk lagi diantara kelapangan hati malam
di bawah payung resahnya
gadis itu mebuka mata dan menajamkan telinga
untuk memandang sisi wajah malam yang hitam dan yang putih
terus memandang tanpa berkedip dalam cahaya keraguan
matanya berkaca-kaca dan tak kuasa menahan airmata
hingga yang terlukis semua kelabu
hingga batas-batas kepercayaan itu pudar
di penghujung kelam gadis itu berharap
musim-musim yang berganti
menyisakan tempat di bumi ini
untuk malam tuk bersinar seindah biasa
dan dapat tertawa bersama bintang dan rembulan
walau gadis itu menahan titik-titik keputusasaan
yang menghujam merajam
gadis itu hanya berteduh di bawah payung keresahaannya
menunggu.....
menunggu.....
"gadis itu terlalu sayang pada bintang untuk takut pada gelap malam"
"ia jua terlalu sayang pada malam untuk takut pada kenyataan"
purbalingga, 28-29 Desember 2009
gadis kesepian itu menunggu
duduklah ia diantara kelapangan hatinya
menunggu rahasia malam yang tak ia pahami
kantuknya merajai dan letihnya menari tiada henti
namun ditepis oleh semua resahnya
burung-burung mencaci namun hatinya berani
ia rebahkan tubuhnya di atas gundah gulana
mencari jawab dari sebuah tanya
sebuah tanya semisterius langit yang tengah ia tatap
gadis itu kembali merenung dan meratap
kla siang ia pincang, bisu dan buta
hanya malam yang kuatkan dia, suarakan kesepiannya dan tunjukan rasi bintangnya
kala terang ia pudar
hanya malam tempatnya bersinar
kala siang ia merana
hanya malam tempatnya bersandar dan menghibur dengan kilat-kilat mimpinya
namun sekarang malam telah berubah
menebarkan bau pekat kegelapan yang teselubung sesaknya rindu
ia pejamkan mata dan tutup telinga
mencoba tak melihat malam lagi
tapi gadis itu bodoh dan tak sadari kenyataan
gadis itu bukan siapa-siapa
dan tidak bisa apa-apa
gadis itu hanya meninggu atas dasar waktu
yang makin sempit dan terjepit
dan menghamba tuk bisa duduk lagi diantara kelapangan hati malam
di bawah payung resahnya
gadis itu mebuka mata dan menajamkan telinga
untuk memandang sisi wajah malam yang hitam dan yang putih
terus memandang tanpa berkedip dalam cahaya keraguan
matanya berkaca-kaca dan tak kuasa menahan airmata
hingga yang terlukis semua kelabu
hingga batas-batas kepercayaan itu pudar
di penghujung kelam gadis itu berharap
musim-musim yang berganti
menyisakan tempat di bumi ini
untuk malam tuk bersinar seindah biasa
dan dapat tertawa bersama bintang dan rembulan
walau gadis itu menahan titik-titik keputusasaan
yang menghujam merajam
gadis itu hanya berteduh di bawah payung keresahaannya
menunggu.....
menunggu.....
"gadis itu terlalu sayang pada bintang untuk takut pada gelap malam"
"ia jua terlalu sayang pada malam untuk takut pada kenyataan"
purbalingga, 28-29 Desember 2009
Categories:
0 Opini:
Post a Comment
Bahasa menunjukan bangsa, jadi pergunakanlah bahasa yang baik dengan format sopan santun yang telah ada :)