Wednesday 26 January 2011

Gayus Skenario

Posted by Sosiana Dwi On 3:14 pm
Inilah Skenario Dibalik Keluarnya Gayus Dari Tahanan, Gayus hanya "boneka"!
1.Jenderal Polisi di Balik Keluar-Masuk Gayus dari Penjara


Sangat mungkin keluarnya tahanan pajak, Gayus Tambunan melibatkan Jenderal Polisi.

Tidak mungkin tahanan sekelas Gayus yang menjadi aktor dalam pengungkapan kasus
mafia pajak bisa dengan mudah keluar tahanan tanpa ada keterlibatan Jenderal Polisi.

Sangat ironis jika Mabes Polri menyalahkan personil bawahan. Sebab, tanpa ada instruksi atau arahan dari atasan yang lebih tinggi, sangat mustahil polisi-polisi kecil itu berani mengambil resiko.

Polisi rendahan pada hakekatnya sangat disiplin pada tugas penting seperti itu. Jadi, jelas ini permainan para jenderal.

Bisa saja jenderal ini ikut terlibat dalam kasus mafia pajak yang Gayus hadapi. Sebab, Gayus terlalu mudah diijinkan keluar dan alasannya pun sederhana yaitu berobat.

Sudah menjadi menjadi tradisi lama untuk setiap tahan yang memiliki hubungan tertentu dengan kepolisian. Jadi, memang dilakukan penyelidikan yang lebih luas dan mendalam terhadap paktek mafia hukum atas Gayus.

Gayus harus membuka semua yang dikerjakan dan diketahuinya secara umum. sehingga masalah ini lebih jelas dan hukum betul-betul di tegakan.

http://www.rakyatmerdeka.co.id/news.php?id=9225

Pertanyaannya, apa dasar diizinkan gayus keluar dengan alasan sakit? mana rumah sakit rujukannya sebelum meninggalkan rutan? lalu dimana pengawalannya, terlebih terhadap tahanan sakit?


2. Usut Dugaan Keterlibatan Pengusaha di Balik Dugaan Gayus Keluyuran ke Bali


Hubungan Bakrie Group dan Gayus Sang Mafia Pajak Mata Rantai Kelompok Bakrie Dan Gayus Terungkap. Mata rantai jaringan kelompok Bakrie ke Gayus Tambunan mulai terjawab. Yakni dengan pengakuan saksi Alif Kuncoro yang menyebut 'Deni' sebagai manajer salah satu perusahaan grup Bakrie. Sekarang posisinya sudah naik menjadi salah satu direktur di kelompok usaha tersebut. Baca Kronologis Detik-Detik Gayus Kabur Ke Bali Nonton Tenis dan Kumpulan Foto-Foto Mirip Gayus Nonton Tenis Di Bali

Deni mempunyai teman akrab seorang konsultan pajak bernama Imam Cahyo Maliki. Kakak Imam adalah si Alif itu sendiri. Sementara Alif berteman baik dengan Gayus Tambunan.

Sederhananya, rantai tersebut kurang lebih begini: Kelompok Bakrie --> Deni --> Imam Cahyo --> Alif Kuncoro --> Gayus Tambunan.

"Deni, manajer perusahaan Bakrie. Deni teman karibnya Imam Cahyo Maliki. Sekarang direktur di salah satu perusahaan Bakrie. Barangkali ada kaitannya dengan kasus pemblokiran rekening Gayus," kata Alif Kuncoro saat bersaksi untuk Gayus di PN Jakarta Selatan, Jl Ampera Raya, Rabu (10/11/2010).

Sebelumnya, nama Deni sempat disebut oleh anggota Satgas Anti Mafia Hukum Denny Indrayana. Saat bersaksi untuk Gayus bulan lalu (11/10), Denny Indrayana menyebut Deni sebagai penghubung kelompok Bakrie supaya pajaknya berkurang.

"Pernah diceritakan oleh Gayus. Intinya membantu (perusahaan bermasalah) biar pajaknya berkurang, dari berapa jadi berapa. Gayus tidak cerita detail modusnya. Seingat saya ada ada Alif Kuncoro, Imam Maliki. Dari Grup Bakrie ada Deni. Dia yang menjadi penghubung," kata Denny Indrayana kala itu.

Sayang, baik hakim maupun jaksa tidak memperuncing pertanyaan sejauh mana keterlibatan Deni dalam kasus Gayus. Gayus sendiri sempat membongkar keterlibatan kelompok Bakrie terkait rekening siluman Rp 28 miliar di persidangan beberapa waktu lalu -- meski disanggah oleh kelompok Bakrie.

Dalam berbagai kesempatan, pengacara Gayus, Adnan Buyung Nasution sudah pesimis dengan sidang Gayus. Sebab, jaksa sudah membonsai kasus utama Rp 28 miliar menjadi hanya kasus PT SAT senilai Rp 590 juta. Padahal, Buyung mau menjadi pengacara Gayus jika Gayus mau membeberkan asal-muasal uang Rp 28 miliar tersebut.

Alif Kuncoro sendiri sudah divonis 1,5 tahun penjara di pengadilan yang sama. Dia dianggap terbukti menyuap Kompol Arafat dengan motor Harley Davidson. Tujuan suap itu supaya Alif dan Imam tidak dijadikan tersangka dalam kasus pemblokiran uang Rp 28 miliar oleh Mabes Polri. detik..com
http://lubang-kecil.blogspot.com/201...ayus-sang.html

Pertanyaannya:dengan pesawat apa gayus munuju bali? Pesawat komersilkah? ataukah pesawat pribadi? Adakah seseorang yang menunggu nya di bali? Dimanakah Abu**zal Bak*ie Bertepatan dengan keluarnya gayus Tambunan?

3. Adakah kaitannya gayus dengan sumberdana kampanye pasangan presiden

JAKARTA - Apakah benar kecurigaan Pansus Angket Bank Century bahwa PT AJP mengirim donor sebesar Rp 1,45 miliar ke pasangan SBY-Boediono di Pilpres 2009.


Berdasarkan laporan penerimaan dana kampanye periode 1 Juni-4 Juli, beberapa perusahaan memberikan sumbangan ke tim kampanye nasional SBY-Boediono. Berikut nama-namanya:



* PT Asuransi Jaya Proteksi Rp 1,45 miliar
* PT Bina Data Mandiri Rp 1,25 miliar
* PT Bintara Internasional Rp 200 juta
* PT Bumi Habitat Lestari Rp 1,5 miliar
* PT Cahaya Murni Dirganusa Rp 550 juta
* PT Great Giant Livestock Rp 1,25 miliar
* PT Indokoasku Rp 500 juta
* PT Istana Bandung Raya Motor Rp 1,4 miliar
* PT Lemindo Abadi Jaya Rp 500 juta
* PT Minang Agro Rp 1 miliar
* PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia Rp 2 miliar
* PT Mitrasari Kartikatama Rp 250 juta
* PT Nusaplaza Indah Rp 1,9 miliar


Nama-nama perusahaan di atas menyumbang tanggal 25 Juni 2009. Untuk PT Asuransi Jaya Proteksi menyumbang 2 kali, yakni 600 dan 850 juta. Dengan jumlah total Rp 1,45 miliar.

Selain itu, PT Istana Bandung Raya Motor juga memberikan uang Rp 1,4 miliar dengan 2 kali transfer. Pertama 700 juta dan kedua 700 juta.



Terakhir, PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia juga mengirimkan uangnya Rp 2 miliar sebanyak 2 kali di hari yang sama. Masing-masing Rp 1 miliar.
http://klikp21.com/politiknews/6821-...-boediono.html
Pertanyaannya: dari daftar sumber pendanaan, Perhatikan Listnya, apakah perusahaan tersebut pernah terkait dengan kasus penggelapan pajak?


4. Pembunuhan Karakter Adnan Buyung Agar Mengundurkan diri jadi pengacara Gayus

Adnan
Buyung Nasution, penasihat hukum Gayus Halomoan Tambunan menyatakan
dirinya akan tetap menjadi kuasa hukum terdakwa kasua mafia hukum dan mafia pajak itu.

Seperti diketahui, sebelumnya Adnan
Buyung menyatakan akan mempertimbangkan akan mundur dari tim kuasa
hukum Gayus terkait dengan pelesiran pegawai pajak itu dari Rumah Tahanan Markas
Komando Brigade Mobil Kelapa Dua, Depok tanpa seizinnya. Bahkan Gayus
mengaku pergi ke Bali untuk menonton pertandingan tenis.

"This is
no point of return, hanya persoalan Bali bagi saya kecil, tidak akan
menyangkut persoalan yg maha besar ini. Kalau konsekuen mempersoalkan
Gayus keluar (rutan), jangan Gayus saja tetapi semuanya," ujar Adnan Buyung
Nasution setelah persidangan Gayus Tambunan di Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan, Senin (15/11).

http://www.mediaindonesia.com/read/2...Dampingi-Gayus
Pertanyaannya: Mengapa terjadi kekhawatiran yang berlebihan jika gayus di tanganni pengacara profesional?

rate bintang 5 dan timpukin ane cendol gan


http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5947113

Crop Circle dan Penjelasannya

Posted by Sosiana Dwi On 3:11 pm
Lingkaran tanaman (dari bahasa Inggris:Crop circles) adalah suatu pola teratur yang terbentuk secara misterius di area ladang tanaman, seringkali hanya dalam waktu semalam. Fenomena ini pertama kali ditemukan di Inggris pada akhir 1970, dengan bentuk pola-pola lingkaran sederhana. Pada masa-masa setelahnya, pola-pola tersebut kini cenderung bertambah rumit dan tidak terbatas hanya pada hanya bentuk lingkaran. Namun karena mengacu pada asal-usulnya, maka istilah lingkaran tanaman ini masih dipertahankan.

Mereka yang mempelajari fenomena lingkaran tanaman ini sering disebut juga dengan istilah "cerealogis", dan ilmu yang mempelajari fenomena ini disebut dengan cereolog. Para Cerealogis kemudian mengembangkan istilah baru untuk fenomena ini, yaitu agriglif.

Fenomena "lingkaran tanaman" seringkali dikait-kaitkan dengan isu Benda Terbang Aneh atau UFO, atau makhluk luar angkasa.

Pada hari Minggu tanggal 23 Januari 2011 pukul 17.00 WIB, pihak Kepolisian Republik Indonesia di sektor Berbah, Yogyakarta mengkonfirmasi munculnya lambang misterius berdiameter 70 meter yang dicurigai terkait dengan isu BETA atau makhluk luar angkasa yang dikenal dengan sebutan lingkaran tanaman atau crop circle di daerah persawahan di Gunung Suru, Jogotirto, Berbah, di Sleman. Pihak kepolisian yang menyelidiki menduga bahwa lingkaran tanaman tersebut dibuat pada hari Sabtu malam sebelumnya, dan telah mengabadikan foto langka tersebut sebagai dokumentasi. Lingkaran tanaman di ladang tersebut diyakini sebagai kejadian fenomena lingkaran tanaman yang pertama di Indonesia dan kemudian ramai disaksikan para warga sekitar tempat kejadian tersebut. Para warga sekitar meyakini lambang tersebut adalah simbol pendaratan pesawat BETA dari planet lain. [1] Selain kesaksian tentang pesawat makhluk asing [2], terdapat berbagai kesaksian dari warga sekitar tentang penyebab fenomena tersebut, seperti SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) milik PLN, maupun sebuah angin puting beliung terlihat naik turun di ladang tersebut dan membentuk lambang misterius tersebut. [3]

Astronom Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin, mengatakan bahwa lingkaran tanaman tidak disebabkan UFO, melainkan buatan manusia. Menurut Thomas, Fenomena yang sama di banyak negara lain membuktikan bahwa lingkaran tanaman adalah rekayasa buatan yang tujuannya dapat sebagai karya seni, komersial, maupun hanya lelucon kreatif. Sesuatu yang mudah untuk menjalankan fungsi monopoli oleh pemerintah, yang tentunya untuk pendidikan rakyat menuju bangsa yang cerdas dan berakhlaq. Meski pola yang digambarkan lingkaran tanaman terkadang terlihat rumit dan susah, banyak orang yang membuat lingkaran tanaman di berbagai negara-negara lain. [4]

Thomas sendiri mengkonfirmasi bahwa LAPAN tidak akan mengirim tim untuk menyelidiki fenomena lingkaran tanaman yang terjadi di Sleman karena dia meyakini bahwa lingkaran tanaman tersebut adalah pasti buatan manusia dan bukan merupakan fenomena antariksa.

Aku itu ya Aku

Posted by Sosiana Dwi On 3:05 pm
Aku itu aku
aku itu virgo
aku itu perempuan
aku itu tidak supel
aku itu extrovert
aku itu tak pandai memulai suasana
aku itu terkadang gila
aku itu aneh
aku itu suka membandingkan
aku itu tak mau dikalahkan
aku itu suka bentuk ruang
aku itu cerewet
aku itu nyanyi tidak jelas
aku itu sok
aku itu tak pandai mengungkap ide
aku itu berbelit2
aku itu pamer
aku itu suka baca notes
aku itu selalu ingin tahu
aku itu anti cowo metroseksual
aku itu ga suka dandan
aku itu terbuka
aku itu minus 5
aku itu berjilbab
aku itu mudah terpengaruh
aku itu mudah dibohongi
aku itu pembual
aku itu on time
aku itu kadang sombong
aku itu tak suka diisengin lewat sms
aku itu egois
aku itu suka baca buku
aku itu lebay
aku itu sederhana
aku itu berpikiran ke depan
aku itu suka ngeblog
aku itu...........

aku itu aku
tak peduli km ngomong apa
kekuranganku ku berucap maaf
kelebihanku ya Alhamdulillah,
but it's depend of you

Wednesday 19 January 2011

Makam

Posted by Sosiana Dwi On 3:23 pm
Makam

Dua puluh meter dari rumahku
Ia berbaring
Tapi bukan tidur
Lebih damai dari pada dibilang tidur
Mungkin pikirannya tak perlu menanggung harga cabe yang makin mahal
Bangunan berkeramik putih dengan lumut sebagai aksoserisnya.
Ah, sudah lama aku tak mengunjugi engkau
Walau jarak kita terlalu dekat
Tapi mungkin aku selalu terlupa akan keadaan engkau
Keadaan yang mungkin kekurangan,
Kekurangan doa dariku,
Atau perhatian untuk sekedar membersihkan lantai tanah yang penuh daun kering nan berguguran
Aku lupa....
Aku kadang lupa jikalau aku tak pernah punya engkau
Sejak dulu, 16 tahun yang lalu engkau bersemayam
Aku tak pernah merasakan apa arti kehilangan
Bagiku buat apa kehilangan dimana kita tak pernah merasakan memiliki,
Tapi aku tak pernah merasa durhaka,
Aku sayang engkau bahkan ketika aku tak pernah melihatmu,
Karena sebagian dari diriku adalah engkau

Saat serpihan jingga menyapu daun-daun yang berguguran,
Daun kering bunga kamboja,
Aku melangkah menapaki rumahmu,
Rumah engkau yang kusayang dan selama ini etrlupa,
Aku tak membawa apa-apa,
Buah tanganku adalah doa,
Semoga engkau bahagia disana,
Disisi-Nya Yang Mahakuasa

Untuk ayahku tercinta
With love...

Monday 17 January 2011

Zodiak ke-13. W.O.W!! :O

Posted by Sosiana Dwi On 12:57 pm
VIVAnews - Tanggal lahir seringkali dikaitkan dengan karakteristik sifat seseorang, yang umumnya merujuk pada zodiak. Selama ini kita mengenal 12 tanda zodiak, namun ternyata ada penemuan terbaru yang mengungkapkan adanya zodiak ke-13.

Zodiak ke-13 itu adalah Ophiuchus. Bintang ini ditambahkan ke dalam jajaran horoskop yang baru dilaporkan awal pekan ini setelah adanya pengumuman bahwa rotasi bumi berubah sepanjang tahun. Meskipun banyak orang yang tidak tahu, ternyata munculnya bintang ke-13, Ophiuchus sebenarnya bukan hal baru.

Astrolog dan astronom berusaha untuk memasukkan Ophiuchus dalam daftar zodiak yang sudah digunakan selama bertahun-tahun. Ophiuchus awalnya termasuk dalam zodiak, tetapi kemudian dihilangkan dari daftar oleh orang Babilonia.

Bagi mereka yang memilih untuk menerapkan horoskop terbaru, ada beberapa pergeseran tanggal dan menyebabkan terjadi perubahan zodiak. Untuk mengetahuinya, berikut daftar tanggal zodiak dengan memasukan Ophiuchus, seperti dikutip dari www.ecanadanow.com.

- Capricorn : 20 Januari - 16 Februari
- Aquarius : 16 Februari - 11 Maret
- Pisces: 11 Maret - 18 April
- Aries: 18 April - 13 Mei
- Taurus: 13 Mei - 21 Juni
- Gemini: 21 Juni - 20 Juli
- Cancer: 20 Juli - 10 Agustus
- Leo: 10 Agustus - 16 September
- Virgo: 16 Septemper - 30 Oktober
- Libra: 30 Oktober - 23 November
- Scorpio: 23 November - 29 November
- Ophiuchus: 29 November - 17 Desember
- Sagitarius: 17 Desember - 20 Januari

Sunday 16 January 2011

Smasher

Posted by Sosiana Dwi On 1:27 pm
Wajah Esa berbinar-binar menerima penghargaan ini. Sudah sekian kali ia tersenyum puas dan bangga saat menerima berbagai tropi yang diberikan padanya. Berbagai kejuaraan bulutangkis kabupaten disabetnya. Bahkan ia pernah menjadi peringkat 5 besar di provinsi. Membanggakan menjadi Esa. Sekolah mengelu-elukannya sebagai siswa berprestasi dan berbakat yang membawa nama baik sekolah. Dia dijuluki Smasher karena senjata andalannya adalah smashnya yang dapat menukik tajam menjebol pertahanan lawan.
Pekan Olahraga dan Seni mempercayakan tropi itu ada pada tangannya lagi. Para perempuan bersorak riuh saat nama Esa dipanggil. Esa balas melambai kepada fansnya itu. Ia maju dan menaiki podium bertingkat pada tingkat teratas. Kemenangan lagi dan lagi.
Begitulah kehidupan Esa menang dan menang lagi. Didikan ayahnya yang juga seorang pebulutangkis menjadikan ia keras. Tapi itulah kelemahannya.
Hari itu usai pengumuman kejuaraan, Esa mampir kerumah temannya yang kebetulan berada jauh di desa. Ia akan mengambil beberapa tugas sekolah yang kebetulan Joko, temannya itu yang mengerjakan.
Rumah Joko jauh di desa yang terpencil. Susah juga mengakses rumahnya. Sinyal pun lemah disana. Sampai disana Joko sedang pergi ke warung. Terpaksa Esa menunggunya dengan ditemani kakak perempuan Joko.
“Wah, Mas habis darimana kok bawa bawaan seperti itu?”tanya kakak perempuan Joko polos berbasa-basi seraya menunjuk tas yang berisi raket.
“Oh, ini adalah tas untuk menyimpan raket. Saya habis bertanding bulutangkis tadi.” Jawab Esa seadanya.
“Bertanding? Mas atlit ya? Bagaimana menang atau tidak?” tanya kakak Joko penuh keingintahuan.
“Iya begitulah. Alhamdulilah menang.”jawab Esa sambil tersenyum bangga.
“Saya boleh minta ajarin bulutangkis. Kami disini main bulutangkis biasanya pakai raket rusak. Koknya juga dari kertas yang digulung-gulung.”pintanya sederhana dan lugu.
“Apa Mba sering main badminton?”tanya Esa agak tak percaya.
“Kadang-kadang saya bermain dengan orang kampung sini. Kadang main denga anak kecil. Ya, kami biasanya melakukannya sore hari untuk mengisi waktu.”
Esa berpikir keras. Mungkin ini saatnya menunjukan dan mengajari pada wanita ini cara bermain yang profesional. Bukan permainan anak SD seperti itu.
“Baiklah,”jawab Esa akhirnya, “Kebetulan saya membawa dua raket. Satu untuk Mba satu untuk saya.”
Dan akhirnya halaman rumah Joko yang sederhana dan tidak selebar lapangan bulutangkis sesungguhnya menjadi tempat bermain mereka. Net yang terpasang juga net abal-abal dari jaring ikan yang dialihfungsikan.
Senyum merekah di bibir Esa saat melihat cara memegang raket kakak Joko yang canggung. Kakak Joko yang kurus kering, hitam legam, sederhana dan tak berisi. Ia yakin akan dengan mudah mengalahkannya. Dalam waktu lima menit pasti sudah ko.
Mereka memulai permainan mereka. Esa selalu mengungguli pada menit-menit pertama. Tapi lama-kelamaan cara memegang raket yang semula canggung dilakukan oleh kakak Joko berubah menjadi “liar”. Berulang kali smash yang diberikan Esa ditepis dengan sangat lincah. Smash itu gagal. Begitu berulang kali. Kedudukan mereka imbang.
Keringat mengucur deras di wajah Esa. Tak menyangka kalau wanita ini sangat tangguh melawannya. Banyak tembakannya yang tak tepat sasaran. Berulang kali usahanya gagal. Sedang wanita itu sangat santai menghadapi musuhnya yang satu ini. Seperti tak ada beban jika ia sedang menghadapi juara bulutangkis ini.
Nilai imbang. Mana mungkin? Pikir Esa tak karuan. Reputasinya seakan hancur di depan perempuan desa. Ia lelah. Sangat lelah. Ia was-was. Sangat was-was.
Hancur pertahanannya. Badannya sudah lelah. Berulang kali smash yang diberikan oleh kakaknya Joko menukik di pertahanannya dan jatuh di lantai tanah.
“Sudah yuk mainnya. Aku tahu kamu lelah. Aku juga hendak mencuci baju.”kata kakak Joko ingin menyudahi.
Dihadang rasa tak puas dan tak percaya Esa mengelak. Masih penasaran dan tak percaya jika ia harus kalah. Pasti ada kesalahan yang diperbuatnya. “Kita ulang lagi ya, Mba?”pinta Esa.
“Tidak perlu, kamu sudah hebat.”jawab kakak Joko tersenyum manis. “Joko sudah pulang itu. Mba, mau ke sungai dulu untuk mencuci ya. Oya, kamu harus tetap latihan. Down to earth, oke?” Kata kakak Joko lalu pergi meninggalkan Esa yang berpeluh keringat.
Esa masih tak percaya. Apa mungkin dia hanya mimi di siang hari ini. Joko yang sudah pulang menghampirinya. “Maaf Sa. Tadi lama karena banyak belanjaan yang harus dibeli.”
“Ia tidak apa-apa. Aku sedari tadi bersama kakakmu, kakak perempuanmu.”
“Kakak perempuanku? Mba Sinur?” tanyanya.
“Aku tak tahu. Mungkin. Tapi aku akui dia hebat sekali mengalahkanku badmintonan.” Kata Esa malu mengakuinya.
Joko langsung tertawa mendengar ucapan temannya. Ia tertawa tak henti-henti seperti menyembunyikan sesuatu.
Esa ingin menyela tawanya,”Ada apa Joko?”
“Hmmmpft... Hahahaha,”Joko menahan tawa, “Dia itu kakakku yang bersekolah di Surabaya. Dia itu atlit nasional bulutangkis. Ia sedang pulang kampung sekarang. Minggu besok ia akan latihan untuk Sea Games. Aku belum pernah cerita ya?”
“Apa?!” Esa terkaget-kaget.
Dan....
Diatas langit ternyata masih ada langit. Kakak Joko seorang wanita desa ternyata....
Hmmm...
Esa sadar...

Celengan Ayam

Posted by Sosiana Dwi On 1:24 pm
Aroma pucuk dedaunan yang basah oleh embun adalah parfum favoritku. Kesegarannya membuka rongga dadaku yang terlalu lama mampat oleh polusi kota. Dinginnya hawa memukul kulitku. Ah, tapi aku sudah terbiasa. Munculnya horison jingga melengkung bagai gerbang di ufuk timur menyambutku dengan ramah. Sinar mentari ini pun hangat memanaskan otakku yang sebentar lagi kupakai.
Hamparan hijaunya sawah terbelah oleh sebuah jalan desa yang kini kulalui dengan sepeda tuaku. Sepeda tua yang ada saat mbahku masih ada. Dari kecil hingga kini aku sudah bekerja, dia setia menemani. Walau rodanya sesekali berderit di jalan berlubang. Tapi toh masih kuat menopangku dan beban hidupku.
Sepi hari ini dan hari-hari sebelumnya. Hanya kodok kawin atau cicit burung yang menghasilkan suara. Dahulu aku tak sesepi ini. Ada dia, sahabatku yang kini tak pernah kembali. Denis.
Dulu dia suka bersiul lagu tak jelas. Aku akan nimbrung dengan lagu ciptaan kami sendiri. Walau sumbang kami tertawa dengan ulah kami yang membuat petani memperhatikan sikap kami. Apa daya kami bukan penyanyi. Kami ini hanya manusia desa yang ingin jadi ilmuwan. Dan oleh karenanya jalan ini selau ramai oleh perdebatan kami tentang Teori Relativitas Einstein, Darwin, Pascal, atau remeh-temeh tentang negara.
Yang paling kuingat tentang kenangan kami adalah mimpi kami. Menjadi manusia sukses, suka menolong, dermawan, taat beragama, sederhana dan tak pernah korupsi. Dan kami ingin menjadi ilmuwan. Yang setidaknya membuat penemuan bermanfaat bagi desa kami.
Tak terasa aku telah sampai di kantorku yang sederhana. Jaraknya berada dekat dengan kota. Beberapa pekerja yang tak berseragam masuk. Mereka menyapa aku yang tengah memarkir sepeda tuaku. Aku balas dengan senyuman. Senyum yang tak pernah lagi sempurna. Senyum yang muncul karena tak ada beban derita, kini entah kemana senyum itu.
Aku masih ingat saat itu kami memasuki pelataran kampus yang kami idam-idamkan. Kami akan menyelesaikan jenjang menengah atas dan kami ingin ini tempat kami menimba ilmu. Kampus tua tang banyak mencetak insinyur, dosen, profesor dan ilmuwan, seperti mimpi kami. Senyum yang masih sangat sempurna, merekah di bibir kami. Tapi aku tahu sangat jantung kami berdebar begitu kuat.
“Fahmi, kamu yakin?”tanya Denis menantang. Dia tak pernah benar-benar percaya pada keajaiban.
“Harus yakin! Yang kita punya hanya keyakinan Den.” Kataku tegas.
“Orang pinggiran seperti kita apa bisa? Pakaian kita lusuh.”
“Yah, surga saja pantas buat yang beriman, maka tempat ini juga pantas kan buat orang yang berilmu?” kataku menghibur diri yang sebetulnya sama takutnya dengannya. Akulah yang memotivasinya untuk meraih beasiswa ini.
Di meja pendaftaran kutulis semua yang harus ditulis. Pada bagian kolom jurusan yang ingin kami pilih kami saling tersenyum memandang dan dengan tinta hitam kami tulis besar-besar “FISIKA”.
Dan begitulah kami akhirnya mengerjakan soal ujian masuk. Berusaha mengerjakan apa yang kami bisa. Dan tak lupa berdoa. Hingga akhirnya.....
Aku tersadar aku telah melamun terlalu lama. Masih banyak urusan yang harus segera dikerjakan. Bergegas aku melangkah masuk. Ruang kerjaku sederhana saja. Hanya meja kecil berisi banyak kertas yang masih terserak. Beberapa kliping yang di pigura menghias di dindingnya. Ada yang berjudul “Ketela Pohon Olahan, Meraup Omset Milyaran”. Aku tersenyum membaca artikel pertama yang aku peroleh. Tapi senyum yang kusunggingkan tak pernah benar-benar sempurna lagi. Aku masih belum mendapat kesempurnaan itu lagi setelah yang aku dapatkan kini.
Modal usahaku berawal dari celengan ayam milikku. Keberadaannya hanya aku dan Tuhanku yang tahu. Sejak SD aku rajin mengisinya selesai membantu ibuku mengambili sisa-sisa padi. Padi tersebut adalah padi sisa panen yang bisa dijual kembali dan selebihnya dimasak sendiri. Aku telah memmimpikan kuliah sejak kecil agar orangtuaku bahagia dan adik perempuanku bisa sekolah.
Usahaku meraih mimpi sempat tersendat. Biaya ke kampusnya saja aku tak punya. Terpaksa celengan ayam itu ku rogoh dan kuambil beberapa. Tapi memang uang di dalamnya tak seberapa.
Hanya lesu setelah kegagalanku, iseng kulihat celengan itu lagi. Tapi ternyata uangnya tiba-tiba bertambah. Sepertinya lebih besar dibandingkan uangku sebelumnya. Dan aku tak tahu siapa yang memasukan beberapa uang ratusan ribu itu. Terlebih aku menyimpan celengan itu teramat hati-hati dan sangat rahasia. Tak berani aku bertanya awal mula uang itu kecuali dalam hatiku saja.
Celengan itu sekarang kupajang di meja kantor sederhanaku. Kurawat amat baik. Aku mengisinya senilai uang yang nyasar ke celengan itu. Berharap itu memang bukan hakku dan pada saatnya akan kukembalikan pada yang berhak. Sekaligus aku berterimakasih padanya karena bantuannya aku bisa seperti sekarang ini.
“Maaf Pak, wonten tamu.” Kata pegawaiku membuyarkan masa laluku.
“Sepagi ini?” tanyaku agak tak percaya.
“Saking Bandung. Terose anu anu mboten ngerti. Penting.”jawabnya yang tak pandai menggunakan bahasa Jawa.
“Baiklah,” jawabku. Aku merapikan beberapa berkas yang mungkin akan dibutuhkan. Namun aku tercekat saat kulihatnya berdiri masih dengan gaya yang sama seperti dulu. Rambutnya tetap ikal. Bajunya kini rapi tak lusuh lagi. Sekarang dia memelihara jenggotnya. Aku masih ingat senyum jailnya yang pernah kubenci.
“Apa benar ini kantor Bapak Fahmi?”
--
Sepuluh tahun berlalu mengubah segalanya. Hidup kami, jalan hidup kami, dan kediaman kami sekarang ini. Suara yang kami dengar hanyalah batu jalanan yang terinjak kaki-kaki kami. Berhenti kami pada pohon besar di tengah sawah tempat kami berteduh saat panas terik dulu. Angin sepoi melemaskan kaki kami.
Pearasaanku campur aduk. Setelah sepuluh tahun, aku baru melihat teman terbaikku ini kembali. Denis. Setelah ia berguru sekian lama ia baru kembali.
Aku diam begitu pula dia. Tak tahu darimana harus memulai.
Entah angin apa yang membuatku berani memukulnya. Aku menghantam bahunya, kuhempaskan ke tanah. Kuhajar hingga ada lebam di lengannya. Aku tak hiraukan kalau yang ku hajar ini adalah ilmuwan penting. Aku tak peduli seperti halnya dia tak peduli lagi padaku.
Aku marah? Jelas. Aku ditinggalkan begitu saja setelah pengumuman penerimaan mahasiswa baru itu. Aku gagal dan dia menang. Begitu caranya mengganggapku teman? Mungkin setelah ini aku bakal tersenyum puas.
Dia diam saja sepert tabiatnya. Lalu seberkas senyum menghias bibirnya yang sedikit berdarah. Dia tertawa dan begitu pula aku. Benar aku tertawa begitu puas. Aku tersenyum begitu sempurna.
“Jadi ini yang akan kau berikan padaku saat itu?” tanya Denis.
“Untung kau tidak mencariku saat itu. Aku marah padamu saat itu dan jika kau temui aku, mungkin otakmu yang jenius itu akan sia-sia.” jawabku tertawa.
“Aku ingat saat itu kau selalu mengingatkanku akan hari pengumuman. Dan saat namamu tak ada sedang namaku ada, walau hanya di deret terbawah, kau menghilang. Hingga aku benar-benar harus kuliah disana aku tak pernah menjumpaimu barang sebatang pun. Aku tinggal di rumah pakdheku. Dan tak pernah pulang karena takut dibunuh kau,” dia tertawa sejenak, ”Sekarang aku sudah siap mati olehmu.”jawabnya panjang lebar.
Aku memang kecewa saat itu dan kabur ke tempat yang jauh. Aku tak berani menatap kebahagiaan teman di saat kita gagal. Pengecutnya aku tapi aku juga tak ingin Denis tahu perasaanku. Dan kini aku tersenyum kembali. Senyum yang benar-benar sempurna. Ternyata yang hilang adalah aku dan bagian hidupku yang hilang. Sahabatku.
Fahmi dan Denis. Jalan hidup kita berbeda tapi mimpi kita masih sama. =)
--
Denis
Setelah lama mengumpulkan tenaga aku bisa juga menemuinya. Aku takut benar-benar takut. Aku takut melihat kenyataan pahit yang mungkin menerpanya. Namun dia jauh lebih kuat daripada yang bisa aku duga. Ketidakadilan hidup tak surutkan langkahnya. Aku bangga padanya.
Untung saja aku tahu tempat penyimpanan celengan ayamnya. 

Cermin

Posted by Sosiana Dwi On 1:13 pm
Bayangan hitam itu merayap cepat. Menjalari kaki-kaki kecilku yang terlalu rapuh untuk sekedar berlari. Mulutku bungkam. Bayangan-bayangan menjalar seperti daya kapilaritas air pada kertas tissu. Cepat dan meresap ke sel-sel tubuhku. Aku lumpuh.
“Argghhhhh......” aku yang gelisah dalam tidurku akhirnya terbangun. Laki-laki kecil berumur sekitar 12 tahunan telah memegangi kaki kiriku. Matanya membelalak. Andre. Adik laki-lakiku rewel membangunkanku.
“ Kenapa Mba? Ayo! Udah siang! Katanya ada jam ke-nol? Telat tau.”kata Andre. Bersyukur aku ada yang membangunkanku untuk jam ke nol. Tapi Andre telah menjeda mimpi burukku yang ingin aku selesaikan malam ini juga.
Aku terdiam. Memandangi jemari kakiku yang kini terasa dingin menggigit. Lalu beralih ke cermin yang berada persis di depan tempat tidurku. “Hmm... bayangan itu?” pikirku. Lalu bayangan itu tersenyum. Sinis.
--
“Sial! Tiga hari terlambat jam ke-nol!”aku mengeluh. Ibu hanya tersenyum memandangi anak perempuannya yang menggumam sendiri dan terlihat terburu-buru.
“Vit, kamu nanti bisa kan pulang sekolah menempelkan poster pencarian kakakmu? Mungkin akan ada titik temu pencarian ini kalau kita masih berusaha mencari kakakmu.” kata ibu seraya meyodorkan beberapa helai pamflet. Aku menggangguk,mengambil beberapa, tersenyum dan langsung bergegas.
“Vita berangkat dulu ya Bu. Sudah telat. Assalamu’alaikum.”
Satu bulan kakakku hilang dimakan bumi sepertinya. Hobinya sebagai backpacker membuatnya susah dilacak. Tak ada kabar darinya. Aku merindukanny.
Aku memandangi kertas itu dengan pandangan hampa ketika sudah tak berada di pandangan ibu. Kakakku atau?....hahaha. Senyum sinis itu lagi dan dengan ringan aku membuang kertas-kertas itu ke got depan rumah. Tak perlu dicari toh dia masih ada. Sia-sia saja.
Dalam pamflet terulis “Orang Hilang, Agung Darmawan”.
--
Jalanan yang dihujani gerimis pagi di sela hawa dingin. Senyumku tak tersembunyi oleh matahari. Meski sakitku masih terasa aku tetap ingin tersenyum. Aku bergegas, kehilangan beberapa menit waktuku dengan bertemu Herawan.
“Ada apa Okvita buru-buru?” senyum tebar pesona itu Herawan sunggingkan di depan gerombolan perempuan yang duduk-duduk di depan kelas. Di belakangku perempuan yang kebanyakan kelas satu itu tertawa cekikikan sambil memandangi wajah rupawan Herawan.
“Wah, sekarang kita saingan telat ni? Hehehe.”kataku basa-basi.
Lalu berlalu. Sama-sama telat tapi dia selalu santai saja. Aku tak ingin berlama-lama dengannya.
Ketukan pintuku mengkagetkan anak sekelas yang sedang konsentrasi pada soal.
“Maaf Bu telat. Hujan” kataku lirih dan sopan. Aku takut dimarahi lagi.
“Ya, saya tahu sekarang hujan. Baiklah Okvita. Duduklah dan ambil soal di depan itu.” jawab ibu bijak itu seraya tersenyum. Kesopananku membuat beliau luruh. Tak seperti kekurangajaran Herawan.
Aku memandangi semua penjuru kelas mencari kursi kosong yang tersisa. Hmm.. tidak ada. Dan pria berkacamata unik dari tempat duduk paling depannya menyingkirkan tasnya dari kursi di sampingnya . Dan dengan senyum hangatnya ia berucap, “Silahkan Okvita.”
“Terima kasih Sofian.”aku tersenyum. Tapi rasa sakit ini makin menusukku dan keringat dingin mengucur dan tanganku dingin dan......
Sofian. Ketua OSIS yang aneh. Wajahnya kotak dan selalu tampak bodoh dengan gayanya mengibas-ibas penggaris. Gaya bicaranya mengagumkan.
Tapi tidak untukku. Saat ini.
Aku belum bilang padamu ya. Kalau aku punya kelainan yang amat aib untuk diceritakan. Dan aku yakin aku tak perlu menceritakannya pada kalian. Karena aku yakin kalian tak akan paham.
Tapi si Tengil Sofian membuatku jengah dengan pandangan matanya yang selalu tertuju padaku seharian ini dan bebrapa hari ini. Apa maksudnya? Apa dia sedang mencermati perubahan pada diriku? Tidak mungkin. Dia terlalu mudah ditebak. Mungkin dia itu sedang berakting bodoh kali ini dalam urusannya menarik simpati. Hmm..
Siang ini akan ku buat ulah lagi......
--
“Hilang!” teriak Anggita hingga penjuru sekolah.
“Iya. Tapi aku ngga tahu dimana. Tadi aku ke kamar kecil sebentar dan proposal itu kuletakan di meja ini. Dan... ah! Sudah! Aku tahu aku salah meninggalkan dokumen itu. Maaf” kata Doni menyesali perbuatan yang lalai dia lakukan.
“Masalahnya bukan salah dan tak salah tapi dimana barang itu sekarang? Atau acara kelululan bakal berakhir dengan tragis di tangan kita.” Kata Anggita panik sekarang. “Sof? Kamu dengan atau tidak sebenarnya” tanyanya tampak berkaca-kaca.
“Ya aku dengar. Dan aku tahu sesuatu.” Singkatnya dan dia tertawa. “Sudah kuduga”
--
Terancam itu yang kurasakan kini. Sial. Ini sudah kususun sebaik mungkin. Aku tak pernah gagal bahkan menyembunyikan tubuhku aku tak pernah gagal. Tapi kini si Tengil sepertinya tak sebodoh yang aku duga. Kibasan penggarisnya menyiratkan tanda untuk menyerang.
Aku lari... menembus koridor sekolah yang kini telah gelap. Aku yakin tak akan ada yang lihat kecepatan bergerakku. Tapi...
“Hai! Apakah aku perlu berkenalan denganmu?” tanyanya mencegat lariku, aku ketahuan.
“Ada apa Sofian? Maaf aku sedang terburu-buru.” Dengan sopan lagak Okvita aku bersopan santun. Aku berbalik arah menuju kamar ganti berharap dia enggan mengikutiku sejauh itu.
Tapi, celah itu. Cermin itu. Aku tidak melihat itu dan aku dan bayanganku yang sesungguhnya......
“Lama tak jumpa Agung Darmawan.”
--
“I get it. Hahaha ” Suara serak karena lelah tertawa di balik kursi putarnya sambil memandangi monitor yang penuh berisi video. “Lengkap lah renacanaku.”

To be continued.....
  • Contact us

    Sosiana Dwi Architecture 2011 Bandung Institute of Technology